34. finally, we meet again

55.8K 4.9K 3.5K
                                    

hai mocha is back 🤎 part ini aku jamin seruu! sooo jangan lupa tinggalin komen di setiap paragraf ya 🫶🏻🫶🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hai mocha is back 🤎 part ini aku jamin seruu! sooo jangan lupa tinggalin komen di setiap paragraf ya 🫶🏻🫶🏻

happy reading 🏁🏁🏁

***

"Jadi sekarang Meisya tinggal di apart lo, Nin?Terus gimana kabarnya? Baik-baik aja, kan?" Devan terkejut waktu mendengar kabar dari Nindya di telepon.

"Hooh. Dia sehat-sehat aja, much happier than before. Tambah produktif juga," jelas Nindya.

Devan terdiam. Dia senang mendengar Meisya baik-baik saja, namun juga sedikit sesak dengan kenyataan Meisya lebih bahagia tanpanya.

Karena itu artinya, dia sudah gagal menjadi suami yang baik untuk Meisya selama ini.

"Syukurlah kalau gitu. Gue titip dia ya, Nin? Ingetin Meisya, jangan terlalu kecapekan," pesan Devan dengan suara sedikit gemetar.

Yutha yang sedang berjalan di samping Devan langsung merebut ponsel dari tangan ketuanya itu dan berkata pada Nindya. "Okeh, udah dulu ya Nin. Kuota Bos Depan abis, bye."

"Apa sih lu?!" sentak Devan memelototi Yutha.

Yutha langsung merangkul Devan. Dia hanya tidak mau melihat Devan terpuruk lebih lama lagi. "Dah, dah. Ngga usah galau. Besok malem kita happy happy. Sudahi gamonmu, mari kobam bersamaku. Anjay,"

Devan berdecak. "Kobam, kobam mata lu. Gue trauma sama minuman dajjal itu, ngga mau lagi,"

"Terus lo minum apaan besok malem?" tanya Yutha.

"Au dah. Air ketuban kali," jawab Devan kesal.

"Serius, anying,"

"Kaga tauu. Gue juga belum tau jadi ikut apa kaga." Devan menghela napas. "I think i'm not ready yet."

Yutha mendengus sebal. "Padahal itu kesempatan yang bagus."

"Gue pengen menyibukan diri aja. Cariin event apa gitu kek," suruh Devan.

"Ngga laki, ngga bini, sama aja lo berdua," cibir Yutha.

***

"Buset dah gantian. Tadi lakinya, sekarang bininya. Jadi nyamuk gue lama-lama. Kenapa nelpon gue, Mei?"

Meisya mengerenyit. "Devan nelpon lo?"

"Iya. Dia nanya kabar lo."

Deg. Jawaban Nindya di telepon barusan membuat jantung Meisya berdebar kencang. Jadi Devan masih peduli padanya? Tapi mengingat kejadian kemarin ... dada Meisya kembali sesak. Mungkin saja Devan hanya penasaran.

"Oh gitu," sahut Meisya.

"That's it? Lo nggak respon apa gitu?"

"Ngga." Meisya mengambil astor dari toples di meja depannya dan kembali bersandar di sofa dengan santai. "Gue pengen ikut kegiatan lagi. Ada volunteer ngga si? atau tempat kursus gitu gue ikut dong,"

RENDEZVOUS [SELESAI✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang