Transmigrasi Vira || 61

Start from the beginning
                                    

"Kenapa harus di hutan sih mansion nya?"gumam Nara berdecak kesal.

"Anda tidak perlu cemas,nona.Kebutuhan disana lengkap,jadi anda tidak perlu mengkhawatirkan apapun."ucap Zico.

"Hm,"Nara hanya membalas dengan deheman,padahal bukan itu yang dia risaukan.Nara takut Rion berbuat macam-macam padanya,dan berujung tidak bisa kabur karena berada di kawasan hutan.

"Namamu Kai,kan?"tunjuk Nara pada lelaki yang duduk disebelah Zico.

"Ya,nama saya Kai.Apa ada yang ingin anda tanyakan?"tanya Kai tanpa menghadap ke arah Nara.

"Iya,kira-kira sampai kapan saya disana?Maksud saya,kapan orang itu sembuh?Tidak lama,kan?"

"Untuk itu,saya belum mengetahuinya.Kemungkinan besar akan sedikit lama.Karena menyembuhkan mental yang tidak sehat itu membutuhkan proses yang lama,nona."

"Baiklah.Ah,saya ada pertanyaan lagi."

"Apa itu?"

"Apa tujuan kalian membawa saya?Untuk terapi?Saya rasa itu tidak ada hubungannya."

Zico dan Kai terdiam sebentar,Kai melirik Zico yang fokus mengemudi."Untuk menjalani penyembuhan,tentu saja tuan harus didampingi oleh orang yang tuan maksud.Dan nona lah yang dimaksud oleh tuan."

"Oke."

*****

Nara menatap mansion mewah yang menjulang tinggi dihadapannya,ini sungguh membingungkan.Bagaimana bisa ada mansion se mewah ini di tengah hutan?Pikir Nara.

"Silahkan masuk,nona."ujar Zico membuat Nara tersadar dari lamunannya.

Saat Nara melangkah masuk, langkahnya menjadi melambat,netranya menatap sekelilingnya dengan lamat.Selain depannya yang mewah, interior didalam mansion ini juga sangat luar biasa.

Nara menatap beberapa maid dan bodyguard yang berjejer rapi seperti sedang menyambut kedatangannya.Namun ia merasa bahwa para maid itu menatapnya dengan sinis,Nara hanya menghembuskan napas kasar.

"Mari,nona."Zico menekan tombol lift hingga pintu lift itu terbuka, diam-diam Nara berdecak kagum.

Saat berada di dalam lift,Nara dapat melihat pemandangan indah yang menyegarkan mata.Ia menatap angka yang akan mengantarnya ke Rion,lantai 7!?
Nara pikir mansion ini hanya sampai 5 lantai saja.

Pintu lift terbuka,Nara langsung di suguhkan sebuah lorong yang dimana ujung lorong tersebut adalah tempat Rion berada.Nara mengikuti langkah Zico dan Kai,ia meremas jari-jari nya gugup.Bagaimana jika Rion melakukan yang tidak-tidak padanya?Ah,atau jangan-jangan ini hanya tipu daya Rion saja?Ck,Nara menyesal karena telah bertindak gegabah.

"Silahkan masuk,nona."ucap Zico yang sudah membukakan pintu kamar Rion.

"Kalian,gak ikut masuk?"tanya Nara.

"Tidak,nona.Tetapi nona tidak perlu khawatir,kami akan tetap menunggu disini.Jadi jika nanti tuan mengamuk,kami bisa langsung menolong nona."jawab Zico dengan wajah yang meyakinkan.

"Baiklah."

"Tunggu,"ucap Kai membuat Nara menatap nya.
"Saya harap nona tidak membantah,ataupun memberi penolakan terhadap tuan.Karena itu akan membuat tuan terpancing emosi."

"Oke."

Nara masuk kedalam kamar tersebut dengan waspada.Kamar Rion benar-benar suram seperti orangnya.Saat ia sudah masuk kedalam,Nara dapat melihat seorang lelaki yang meringkuk di atas kasur.

"Sudah kubilang,jangan menggangguku sialan!"sentak Rion tanpa melihat orang dibelakangnya.

Nara merotasikan bola matanya,"Oke,gue pergi."

Mata Rion membulat,dengan cepat ia meloncat dari ranjangnya dan berlari memeluk tubuh Nara erat.Rion memejamkan matanya,menikmati aroma tubuh Nara yang menenangkan.
"Jangan pergi."lirihnya.

Nara menirukan kata-kata Rion dalam batinnya,tapi dengan nada mengejek.Nara hanya diam saat Rion semakin mengeratkan pelukannya.

Beberapa menit terlah berlalu,Nara yang mulai lelah pun berdecak sebal."Bisa lepasin gak?Pegel nih gue."

Nara bisa merasakan pergerakan Rion yang menggelengkan kepalanya."Aku masih pengen peluk,boleh?"tanya Rion.

"Gak.Gue pegel."bantah Nara.

"Yaudah,ayo ke kasur."ajak Rion tanpa melepas pelukannya.

Nara mencibir dalam hati, benar-benar menyebalkan!

"Nara,"panggil Rion.

"Apa?"

"Elus rambut aku."

"Males."

"Nara,"ucap Rion penuh peringatan.

Nara menahan kekesalannya dengan cara menggigit bibir bawahnya.Tangannya terulur untuk mengusap surai hitam Rion.

"Ubah kosakata kamu juga,ya."ucap Rion.

Nara menatap Rion yang memeluknya dengan julid."Banyak maunya Lo."ketus Nara.

"Apa kamu gak dikasih tau sama Kai?Kamu kan gak boleh nolak permintaan aku."ucap Rion dengan suara yang samar,karena ia menyelundupkan wajahnya di leher Nara.

"Oke-oke.Gu-aku turuti permintaan kamu itu."tekan Nara dengan wajah kesalnya.

Rion tersenyum manis."Aku suka kamu,Nara."

Tanpa Rion sadari,Nara membuat ekspresi seolah-olah sedang muntah.Dirinya tidak akan kemakan omongan busuk Rion.

"Sayang,"panggil Rion membuat Nara kembali menatapnya jijik.

"Apaan!?"tanya Nara.

"Aku laper."

"Terus?"

Rion merubah posisinya menjadi berhadap-hadapan dengan Nara.Iris matanya menatap Nara dengan dalam,hal itu membuat Nara melemparkan tatapan bombastis side eye.

"Suapi aku makan."perintah Rion.

"Plis deh,tangan Lo itu gak ada yang luka.Jangan ngira gue bakal turuti semua keinginan Lo,ya."ucap Nara yang mulai jengah dengan sikap manja Rion.

Rion menatap Nara datar."Memangnya kenapa?Harus banget ya aku lukain tangan aku dulu? Lagipula kamu itu tunangan aku.Jangan suka nolak permintaan aku,itu gak baik."

Nara terperangah mendengar penuturan Rion,tunangan katanya?
"Tunangan matamu!Dari dulu gue juga gak minat tunangan sama Lo."

"Oh ya?Terus maksud kamu yang ngejar-ngejar aku itu apa heh?Khilaf?Bullshit."

"Lupain aja lah,mata gue dulu cuma agak bermasalah aja.Mangkanya tanpa sadar gue itu ngejar-ngejar Lo kayak orang gak waras."elak Nara.

"Bukan gue sih,tapi si Nara tolol itu."batin Nara.

Rion tersenyum sinis,tangannya yang kekar mengungkung tubuh mungil Nara.
"Lo pikir,gue terima setelah Lo mainin gue kayak gitu?Yang awalnya ngejar,dan waktu gue udah suka,Lo langsung bilang gak punya perasaan apapun.Coba Lo pikir deh,gimana kalo Lo di posisi gue?"

Nara meneguk salivanya dengan susah payah,ini kan bukan salahnya.Tapi salah si Nara itu.
"Ya bukan salah gue lah.Yang ngejar Lo waktu itu kan Nara,bukan gue."

Rion tertawa kencang,membuat Nara merinding dengan suara tawa yang ia dengar itu.
"Ternyata Lo belum sadar juga,ya?"cetus Rion.

"Apa?"Nara menatap Rion bingung.

"Semenjak Lo yang menempati tubuh Nara, gue mulai tertarik sama Lo sejak pertemuan di rumah Nara itu.Yah,Lo memang gak ngejar gue dulu.Tapi sayangnya..."gantung Rion menatap Nara dengan senyuman lebar.

"Gue udah terlanjur jatuh hati,dan ternyata perasaan gue malah semakin dalam waktu gue liat perubahan Nara.Dan orang yang bener-bener gue suka itu Lo,Vira.Bukan Nara."






Up nih<⁠(⁠ ̄⁠︶⁠ ̄⁠)⁠>
Gimana sama part kali ini?
Tolong vote and komen ya,makasih karena udah dukung saya sampai sejauh iniಥ‿ಥ

NEXT OR NO?

~see you ~

Transmigrasi Vira [END]Where stories live. Discover now