25{Graduation}

301 13 0
                                    



*🕊 *

𝚆𝚊𝚕𝚊𝚞𝚙𝚞𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚒 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚝𝚎𝚖𝚞 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚝𝚊𝚙𝚒, 𝚛𝚊𝚜𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚝𝚎𝚖𝚞 𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚔𝚘𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚝𝚒𝚊𝚙 𝚑𝚊𝚛𝚒𝚗𝚢𝚊. 𝙼𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚗𝚝𝚊𝚛 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚒 𝚖𝚊𝚜𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚊 𝚍𝚒 𝚂𝙼𝙰 𝚗𝚢𝚊. 𝙼𝚎𝚗𝚐𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚒 𝚔𝚒𝚜𝚊𝚑 𝚖𝚞𝚍𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚊𝚛𝚐𝚊, 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎 𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚎𝚕𝚊𝚔.

*🕊 *

   Langit menggelap, semilir angin malam menyelimuti. Keira telah melewati masa kritisnya, dengan matanya yang masih terpejam ia terus menyebutkan satu nama. Membuat dokter dan para perawat disana terkejut, pasalnya orang yang memiliki penyakit seperti yang di deritanya hanya memiliki sedikit harapan untuk bisa melewati masa kritis seperti tadi. Tapi lihat lah, ia bahkan masih bisa menyebut kan nama seseorang berkali kali walaupun matanya masih terpejam.

   Dokter keluar dari pintu kaca yang memisahkan mereka "Apa disini ada yang bernama Raka?" Tanya nya

"Saya dok, gimana keadaan pacar saya dok?"

"Pasien telah melewati masa kritisnya sekarang sudah kondisinya membaik, ia terus menyebutkan satu nama dengan matanya yang masih terpejam"

"Saya Raka dok, saya boleh masuk?"

   Dokter mengiyakan dan langsung membuka pintu kaca kembali untuk memeriksa keadaan pasiennya.
Raka duduk disamping Keira yang terbaring lemah di ranjangnya.

   Raka menggenggam tangan Keira "Aku disini kei" lirihnya. Ia tak bisa menahan air matanya yang lolos begitu saja.

   Merasa ada pergerakan dari jari Keira yang ia genggam ia tersenyum dan menghapus air matanya "Kei? Dok jari dia gerak dokk" seru nya

   Keira perlahan membuka matanya, mengerjapkan matanya untuk beradaptasi dengan cahaya di ruang itu. Ia memperhatikan sekitarnya, matanya menangkap seorang lelaki yang menggenggam tangan nya begitu erat, melihat mata lelaki itu yag berbinar, melihat senyum nya yang begitu manis di matanya.

"Rakaa..." lirih nya pelan

"Iya sayang" Raka tersenyum tetapi lagi lagi ia menangis, tangan nya terulur mengelus lembut surai rambut Keira

"Sakit" katanya

   Raka terdiam, ia tak tau harus menjawab apa. Pedih rasanya ketika mendengar satu kata itu keluar dari mulut Keira.

"Kamu kuat, bertahan sebentar lagi yah" akhirnya kalimat itu lah yang keluar dari mulut Raka

"Katanya kamu juga mau punya cincin kaya Letta" lanjutnya, mengingat kala itu Keira yang ingin sekali memakai cincin seperti Letta.

ngode itu tuu, minta cepet cepet di tunangin juga

"Kita bakal pake cincin yang sama kaya mereka, jadi tolong bertahan sebentar lagi yah aku slalu di sini Kei" Keira tersenyum

"Raka harus janji dulu" Keira mengulurkan jari kelingking nya

"Janji"

   Letta yang melihat mereka dari balik kaca besar itu menangis terharu, entah lah ia malah mengingat saat ia terakhir kalinya mengobrol di rumahsakit bersama abangnya, Rian.

ALVARIOजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें