PROLOG

14K 1.2K 39
                                    

Hari itu cerah. Matahari bersinar terang di langit, kian menyemarakkan hari itu. Seolah semesta ikut bahagia dengan bersatunya dua hati yang saling mencintai.

Amerta rasa-rasanya tidak menginginkan apa pun lagi di dunia. Impiannya sudah terwujud untuk menikah dengan lelaki yang dipuja pun memujanya. Dalam ikatan janji suci yang sudah tersimpul pagi tadi.

Kata ‘sah’ yang menggema dari para saksi, berhasil mengundang air mata yang jatuh begitu saja dari ujung pelupuk Amerta. Sekuat tenaga ia menahan diri, pada akhirnya bentuk bening kebahagiaan itu luruh juga. Jantungnya berdentam cepat dalam suka cita saat kemudian ia mencium takzim punggung tangan Nuraga. Raga. Suaminya.

Ya Tuhan … Amerta tidak pernah menyangka bahwa hari ini akan tiba dalam hidupnya. Hari ia menjadi ratu dalam hidup lelaki yang sangat diimpikan.

Raga mencium keningnya lama. Pria itu terlihat pucat dan gerogi. Tangannya bahkan terasa amat dingin saat tadi Amerta sentuh. Tapi senyum indah penuh kebahagiaan darinya tak bisa ditutupi. Ada lega dalam ekspresinya yang tegas saat menatap sang istri. Juga rasa hangat yang terpancar.

“Akhirnya,” ujar lelaki itu pelan penuh syukur, sebelum kemudian mereka menegadahkan tangan untuk mengaminkan doa dari penghulu.

Ya, akhirnya.

Usai ijab kabul, keduanya langsung mengadakan resepsi hari itu juga. Sebab sulit rasanya menunda di hari lain mengingat Amerta dan Raga tak berasal dari kota yang sama.

Sore kemarin keluarga Raga tiba dari Jakarta, dan rencananya mereka akan langsung bertolak besok pagi. Raga dan Amerta akan menyusul pekan depan.

Benar, pengantin baru itu akan menyusul. Mereka akan tinggal dengan ibu dan adik Raga.

Raga yang sejak lulus SMA sudah menjadi tulang punggung keluarga tidak mungkin bisa membangun istana sendiri. Dia sangat menyayangi ibu dan adiknya yang manis. Dayana.

Ah, tak apa. Amerta tidak keberatan sama sekali. Terlebih, sejak pertama kali diperkenalkan, ibu dan adik Raga sangat baik padanya. Tutur kata mereka lembut. Dayana juga amat sopan dan menghormatinya.

Walau harus diakui, Amerta juga berat meninggalkan orangtuanya di sini dan tinggal jauh di kota orang. Mau bagaimana lagi? Harus selalu ada harga yang dibayar untuk satu kebahagiaan.

Mengingat ayah dan ibunya sendiri, Amerta melirik ke samping kiri. Pada pasangan baruh baya yang terlihat tersenyum paksa pada para tamu undangan. Orangtuanya. Jauh berbeda dengan ibu dan paman Raga di sisi lain yang tampak begitu semringah.

Tentu saja. Mereka masih kecewa pada keputusan Amerta. Putri kesayangan mereka yang pulang dari kota dengan membawa pria lain, mengabaikan fakta bahwa dirinya sudah bertunangan.

Menarik napas panjang, Amerta embuskan lewat mulut perlahan. Setidaknya, semua drama telah berakhir. Ia sudah mendapatkan apa yang diinginkan. Setelah ini, hanya kebahagiaan yang menanti.

Ya, kebahagiaan.

Amerta tersenyum membayangkan masa depan.

***

Yeay, cerita baru lagiiii ....

Yuk, kenalan sama Amerta, Raga dan Gema. Tokoh yang beneran baru dan nggak ada kaitan sama cerita2 sebelumnya.
Semoga kalian suka, ya ^^

Bdw, di kk ini udah sampe bab 6 loh, dan sejauh ini masih bisa diakses gratis, Cah.

Kalian bisa baca di sana. Atau di sini. Fyi, seperti biasa di sana update lebih cepet, ya.

06 Jun 2023

Bukan Lagi Tentang RasaWhere stories live. Discover now