KISAH TERAKHIR (Tamat)

26 4 2
                                    

"Setiap hari punya cerita. Namun, ku harap hari ini menjadi kebahagiaan yang akan dikenang lama.
-Lara Sandyakala-
Diriku telah siap untuk menuju ke kampus Hana untuk memberi selamat kepadanya yang sudah selesai menyelesaikan sidang skripsi. Aku bergegas dan tak lupa membeli sebuah bucket bunga untuk diserahkan kepadanya.

Saat tiba di kampusnya langsung bergegas menuju tempatnya maju skripsi di salah satu gedung dikampusnya. Kebetulan saat sampai digedung tersebut, Aku bertanya kepada mahasiswi yang menggunakan jas hitam seperti setelan sidang. Ternyata dia adalah rekan Hana yang akan sidang skripsi.

"Pacarnya Hana ya, Bang?"

"Kita baru PDKT, Kak. Belum pacaran," jawabku.

"ih ... So Sweet banget - belum pacaran tapi sudah bela - belain buat support sidang. Semoga cepet jadian, Bang," Ucapnya dengan pelan.

"Guys Hana mana? Nih cowoknya datang bawa bunga sama coklat," Teriaknya di depan teman - teman yang berada di depan ruangan sidang.

"Itu sudah masuk 20 menit. Bentar lagi juga kelar," ucap seseorang laki - laki yang berbadan tinggi, kurus, dan berkacamata yang mirip dengan diriku.

"oke Bang, " Jawabku lantang lalu duduk di dekat tangga yang berada di samping ruangan sidang.

Sudah 30 menit setelah ku datang. Akhirnya Hana keluar dengan teriakan darinya, "Guys, Gua nggak direvisi sama sekali. Gua lulus."

Terlihat Ia dipeluk oleh rekannya yang tadi menemaniku ke ruangan ini, ia pun mendapat ucapan dari rekan-rekan yang lain.

Setelah selesai, Aku bangkit dari tangga dan menuju Hana yang sedang diam mempersiapkan barang-barangya ke dalam tas.

"Selamat, ya, Sayang," ucapku yang mengagetkannya.

"ikhh, kamu beneran datang," Hana berlari dan memelukku sangat erat disertai tangisan dari Hana yang nampak terharu.

Kami pun duduk bersama di area tangga untuk menunggu teman dari Hana selesai sidang Hana bercerita banyak soal kondisi sang ayah yang sudah sadar dan kondisinya stabil. Tinggal menunggu kondisinya pulih agar bisa kembali ke rumah secepatnya.

Tak lama berselang Aku memotret mereka menggunakan kamera yang sudah kusiapkan untuk memotret Hana. Disini ada moment mesra berdua, dimana salah satu teman laki - laki Hana juga seorang fotografer yang memotret ku bersama Hana. Ada beberapa pose menarik dari memegang bunga sampai moment foto berpegangan tangan berdua. Pose kami sangat indah seperti pemotretan Pre-Wedding.

Akhirnya setelah prosesi foto bersama selesai. Aku bergegas menuju sebuah restoran All You Can Eat disalah satu mall yang berada di Jakarta Selatan. Kami sangat mesra saling suap = menyuapi. Sampai setelah makan Hana membuka obrolan soal hubungan kami berdua.

"Kak, Aku sudah siap menjawab soal hubungan kita!"

"Apa, Dek?" tanyaku penuh keraguan.

"Aku punya prinsip lebih baik mencintai daripada dicintai. Maka, Aku belum siap berpacaran sama Kakak. Aku hanya menganggap kita Kakak - Adik. Karena aku tidak punya kakak laki - laki."

"Yaudah, kalau kaya begitu," jawabku.

"Kakak jangan berubah, ya. Kak Khavi harus tetap seperti ini. Aku sayang kamu, Kak. Sayang sebagai Kakak-adean."

Aku terdiam, termenung, dan meratapi nasib karena mendengar kejujuran Hana soal perasaannya kepadaku.

"Jujur, Kamu baik banget. Berdua bersamamu membuatku nyaman, tetapi tidak untuk hubungan yang lebih serius. Kamu terlalu baik untukku," Pungkas Hana.
Aku sontak membalasnya, "Kenapa Kamu tidak mau mencoba berpacaran sama aku? Kan kita sudah sedekat ini!"

"Cinta itu bukan melibatkan rasa dua sejoli. Aku belum merasakan itu," ucap Hana dengan Lantang seraya bersiap siap untuk pulang. Sepertinya apa yang ingin diucapkan Hana sudah tersampaikan semuanya.

"Aku boleh mendekatimu seterusnya," tanyaku kembali.

"Jika Kita berjodoh, Pasti akan dipertemukan di waktu yang tepat. Namun, kedepannya siapa yang tahu, Kak?!"

"Kak, Aku pamit, ya, Aku sudah pesan Ojek Online untuk mengantarku ke rumah sakit,"

Aku makin terkejut, "Kenapa nggak Aku antar saja?!"

"Aku nggak mau membuatmu makin sakit, Kak."

Hana pun pergi begitu saja meninggalkan ku sendirian. Tak berselang lama, Aku bergegas menuju basement lantai 2 untuk menuju parkiran motor.

Alangkah terkejutnya Aku, dimana Hana dijemput oleh Adit. Iya, Itu Adit teman yang ku kenal di Kedai Kopi Rasa. Aku melihat Hana mencium tangannya, lalu mereka bergegas pergi begitu saja.

"Tuhan, Apa salahku? Mengapa kisah cintaku seperti ini?" Gumamku dalam Hati.

Aku pulang ke rumah dengan perasaan yang kian terkikis. Entah bagaimana caranya untuk memulihkan hati meskipun aku sudah terlatih disakiti. Namun, kini rasanya amat perih.

"Meskipun terlatih disakiti. Namun, rasanya tetap saja perih. Lukanya akan selalu ada membekas dan bertahan lama hingga pulih seutuhnya."
-Lara Sandyakala-

#day30
#tim2
#paradesolo

KHAVIWhere stories live. Discover now