PERNIKAHAN ADINDA

13 4 0
                                    

Aku langsung bersiap - siap setelah ditegur oleh Yudha karena asik meratapi foto pre-wedding Dinda dengan Jack.

Aku bergegas mempersiapkan tripod, peralatan lainnya, dan setting kamera untuk diposisikan dekat dengan area akad nikah nanti.

Saat sudah menyiapkan semuanya dan menunggu untuk acara akad, kami asyik merokok di halaman luar gedung. Dani menghampiri kami semua, "bang, boleh join ngerokok bareng."

Rey menganggapi, "iya, Bro. Sini gabung," ucapnya sambil tersenyum tipis menjawab pertanyaan Dani.

Sedangkan aku hanya diam selama merokok sambil mengecek handphone. Tiba - tiba ada chat masuk dari Pelangi, [Sorry, Vi. Aku gabisa datang ke acara mantanmu. Hari ini cowok yang mau mengajakku menikah mau ke rumah mengobrol dengan orang tuaku.]

Aku yang terkejut memutuskan untuk menceritakan semuanya ke mereka. Tanggapan Rey adalah menyemangatiku untuk bisa kuat bertahan meskipun tanpa Pelangi diacara pernikahan hari ini.

Dani mendengarkan dengan seksama apa yang aku sampaikan sampai ia merespon, "Sabar, Bang. Kalau butuh bantuan nanti saya backup. Kebetulan saya beberapa kali ikut teman yang sering jadi fotografer acara pernikahan."

Rey menanggapi kembali, "santai, Bro. Gua jadi Khavi bisa profesional. Gua tahu kerakter kerjanya dia."

Yudha malah tertawa saja dan berkata, "udah lah, jalanin aja. Yang pasti lo nggak bawa senjata tajam, 'kan?!"

"Lupa, ketinggalan tadi di dapurnya Rey," balasku yang ditanggapi dengan tawa oleh mereka bertiga.

Sekarang sudah mendekati acara akad yang ditandai dengan pihak Wedding Organizer menghampiri kami untuk segera bersiap - bersiap karena keluarga Jack sudah dalam perjalanan.

Kami pun melangkah masuk ke area dalam gedung untuk bersiap memotret acara akad pernikahan, moment ini langkahku pelan sambil merunduk dengan pikiran dan hati yang bertengkar hebat. "Semoga kuat hari ini," ucapku dalam batin.

Waktu semakin berlalu hingga kini keluarga Jack sudah tiba dengan sambutan acara sebagai penanda acara. Aku sudah memulai bekerja dimana pembagian tugasku ada memotret bagian keluarga mereka semua.

Moment sakral pun dimulai dengan pembacaan Ayat Al-qur'an, sambutan - sambutan dari tokoh keluarga, dan dilanjutkan dengan kedatangan Adinda untuk duduk dikursi tempat Akad nikah akan dilangsungkan.

Dinda sangat terlihat cantik nan mempesona membuatku yang melihatnya merasa iri dengan Jack yang beruntung sekali mendapatkan Adinda.

Aku menahan rasa sakit yang amat menyakitkan ini. Tak terasa air mata berlinang saat Jack mengucapkan janji suci yang diiringi suara, "sah."

Aku yang membawa sapu tangan pun membersihkan air mata sambil berbalik arah agar tidak terlihat jika menangis. Namun, tetap saja ketahuan oleh Rey yang menepuk pundak sambil berbisik, "ayo lo kuat, lo pasti bisa kuat, Vi."

Aku hanya mengangguk dengan senyuman tipis - tipis yang memperlihatkan bahwa aku baik-baik saja meskipun hati teriris sangat dalam.

"Terkadang cara terbaik melupakan adalah melihat kebahagiaan dia meskipun rasa sakitnya amat menyakitkan."
-Lara Sandyakala-

Setelah acara akad selesai dilaksanakan. Ada waktu kosong untuk makan sejenak, dimana aku bersama rey dan Yudha memilih untuk makan yang dilanjutkan dengan merokok sebentar di halaman luar.

Saat merokok dengan segelas kopi. Aku masih merenungi apa yang terjadi. Rey tiba - tiba berbicara, "lo masih sanggup nggak?!"

"Aman, tadi nangis sih tapi gua tahan karena nggak mau ketauan orang - orang," balasku.

"gapapa, nangis aja. Kalau makin parah langsung keluar aja. Yang penting lo bisa tenang," ucap Rey dengan menepuk pundakku yang selanjutnya berbicara, "gua yakin lo bisa sabar, vi."

"Hmmm … iya," lirihku perlahan.

Tak lama berselang kami pun kembali ke acara untuk mengikuti prosesi adat dimana mempelai mulai masuk ke area resepsi. Aku mulai memotret mereka dengan perasaan yang campur aduk. Sesekali Rey dan Yudha menghampiriku untuk menyemangati, tetapi tidak berpengaruh kepadaku yang sudah merasa terpuruk.

Memotret mereka dari awal sesi pengantin masuk ke dalam acara hingga pemotretan para tamu dengan pengantin membuatku makin drop dengan perasaan yang makin campur aduk. Hingga saat tamu sudah semakin sedikit karena acara mendekati akhir, Aku izin kepada Rey dengan Yudha karena sudah tidak sanggup dengan perasaan ini.

Aku melangkah menuju area luar dipaling ujung dimana tidak ada yang melihat. Ku bakar rokok lalu menghisapnya dengan dalam.

Tiba - tiba Dani datang dengan membawakan segelas kopi untukku. Setelah meletakkannya, ia memelukku sambil berkata, "Bang makasih sudah memutuskan datang sebagai fotografer diacara Kak Dinda."

Aku melepaskan pelukannya sambil berkata, "sama - sama. Gua gapapa, kok."

Dani mencoba menenangkanku dengan berbicara soal acara theater beberapa minggu lalu yang ku tanggapi seadanya saja. Lalu setelah selesai merokok langsung mengajak Dani untuk masuk kembali ke acara.

Ketika sudah datang ke dalam gedung, rey mempertanyakan, "sudah tenang?"

"Sudah lebih baik, Rey."

Yudha juga bertanya, "gimana?"

"Aman," balasku sambil tersenyum tipis.

Kami pun kembali memotret hingga acara pun selesai. Kami langsung bersiap siap membereskan peralatan pemotretan lalu bersiap untuk pulang.

Sesaat kami akan pergi meninggalkan acara, tiba - tiba saja Jack dengan Dinda yang sudah berganti pakaian terlihat juga ingin pergi menuju hotel untuk honey moon.

Jack menghampiri kami, mengucapkan, "terimakasih," dengan tangan yang mengajak bersamalaman Rey.

Rey menanggapi tangan dari Jack yang dilanjutkan dengan ucapan, "selamat, Jack. Semoga bahagia sampai maut memisahkan kalian.

Yudha pun melakukan yang sama, hingga entah apa yang merasuki pikiranku hingga ikut bersalaman mengucapkan selamat kepada mereka dengan tanganku yang mengajak Jack dan Dinda bersalaman.

Aku mengucapkan, "selamat, semoga menjadi keluarga yang samawa."

Jack membalas, "iya, terimakasih."
Dinda juga menanggapi, "iya terimakasih sudah menjadi fotografer diacara Aku sama Jack.

Tiba - tiba Jack menghampiriku lalu berbisik, "Gua menang lawan lo. Dinda jadi milik gua. Emang enak jadi selingkuhan?!"

Aku terdiam dan merunduk tanpa menjawab apa-apa kalimat provokatif dari Jack yang diikuti Rey yang menarik ku karena takut ada perkelahian antara kami berdua.

Selesai moment itu, mereka langsung menuju ke hotel dan aku bersama tim menuju co-working space untuk mengembalikan peralatan.

Setelah membereskan semuanya, aku pergi sendirian menuju kafe didaerah kemang, Jakarta Selatan. Merenungi nasib, menenangkan diri, dan berdamai dengan diri sendiri ialah jalan yang kupilih untuk bisa menjadi lebih tenang.

Aku menghubungi pelangi dengan sebuah pesan untuk mengajakknya bertemu malam ini sebagai pelarianku dari kondisi yang mengkhawatirkan ini.

Pelangi malah menelponku untuk mengajak bertemu, tidak berdua melainkan bersama Satrio Juga. Sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikan pelangi. Karena ia menolak untuk di jemput olehku. Melainkan ia ingin datang sendiri ke kedai kopi.

"Maaf, nanti aku sendirian aja ya berangkatnya, kita janjian disana," ucap pelangi.

"Mencari pelarian bukan berarti mencintai. Melainkan mencari penenang untuk perasaan yang tidak karuan."
-Lara Sandyakala-

#day21
#tim2
#paradesolo

KHAVIWhere stories live. Discover now