LAMARAN

9 3 0
                                    

Setelah pulang dari Kedai Kopi Rasa. Aku beristirahat lalu terbangun keesokan harinya.

Setelah bangun langsung bersiap - siap untuk menuju rumah sakit karena harus bergantian dengan Mama. Saat tiba dirumah sakit ternyata Pelita diperkenankan pulang saat siang hari dan aku bersama mama memutuskan untuk menunggu siap seraya mengurus administrasi yang harus diselesaikan sebelum bergegas untuk pulang ke rumah.

Setelah pulang aku pun membantu segala sesuatu yang dibutuhkan selama masa pemulihan Pelita hingga pulih total. Begitu kegiatanku selama seharian hingga malam tidur melepas kepenatan.

Seusai tersadar di pagi hari langsung bergegas menuju Co-working space untuk melakukan pekerjaan. Lalu ke kedai kopi rasa hingga mereka tutup sekaligus berbincang seraya mendekati Hana yang mulai menaruh rasa kepadaku karena ia sudah merubah panggilan dari abang menjadi kakak dan dari lo - gue menjadi aku - kamu.

Kegiatanku seperti ini berlangsung berturut - turut dari hari rabu hingga jum'at malam.

Ketika memasuki hari sabtu malam minggu. Aku berjanjian dengan Satrio dan adit di kedai kopi Rasa. Disini kami membahas soal pakaian yang serasi untuk digunakan saat acara lamaran Pelangi esok hari.

Aku hanya diam dan membisu mengikuti apa yang mereka mau karena tidak bersemangat sama sekali untuk datang. Namun, apa daya karena itu adalah hari bahagianya, maka Aku harus datang sebagai sahabatnya.

"Hana, besok ikut yuk pagi - pagi acara lamaran Pelangi," ucapku didepan teman - teman perkopian yang sedang duduk disebelahku.

"Ayo, Kak. Sama bang satrio dan Adit juga, 'kan?"

"Iya, mereka ikut," balasku cepat.

Satrio berbisik kepadaku, "lo lagi deketin Hana." Ia berbicara dengan tatapan tajam melirik kearah ku seakan akan yang salah dengan tindakanku mendekati Hana.

Ku tanya sambil berbisik kepada Satrio,  "kenapa?"

"Gapapa. Penasaran aja."

Kami pun langsung berbincang keras soal pernikahan Pelangi kembali. Karena takut yang lainnya mengetahui apa yang dibahas barusan saja. Entah Hana menyadari apa tidak yang pasti aku yakin dia mulai tertarik kepadaku.

Kami pun bergegas pulang setelah selesai melakukan pembahasan soal pernikahan Pelangi dan Aku bertugas mengantarkan Hana pulang dengan selamat ke rumahnya. Kebetulan sudah seminggu ini setiap Hana pulang langsung ku antarkan ke rumahnya.

Hari ini berbeda, karena orangtuanya sudah tertidur. Karena sudah seminggu ini setiap aku mengantarkan Hana pulang selalu disambut oleh mereka, tetapi tidak untuk hari ini.

Aku pun bergegas pulang lalu memutuskan untuk tidur agar segar bugar keesokan harinya saat lamaran Pelangi.

Saat pagi hari kami semua berjanjian untuk bersama - sama menuju rumah Pelangi yang berada di daerah Cijantung, Jakarta Timur.
Kurang lebih 15 menit perjalanan sudah tiba disana. Karena kondisi yang sedang ramai akibat penutupan jalan disebabkan oleh car free day di hari minggu.

Setibanya si kediaman pelangi, Ayahnya menghampiriku, "Makasih, Khavi sudah datang. Maaf, saya memilih dia dibanding nak khavi. Orangtua itu ingin anaknya dinikahin bukan hanya diajak berpacaran saja."

"Iya, Pak, maaf. Saya belum siap," ucapku sambil tersenyum dan berkata, "ini teman dekat saya namanya Hana, Pak."

Ayah dari Pelangi tersenyum melihat hana, ia bertanya, "kapan kalian menikah?"

"Saya belum lulus kuliah, Om. Menunggu lulus kuliah terlebih dahulu saja," jawab Hana menanggapi pertanyaan dari Ayahnya Pelangi.

"Oh gitu, yaudah. Semoga langgeng kalian," akhirinya sambil melangkah ke dalam rumah.

Tak berselang lama keluarga dari calon suaminya Pelangi pun datang langsung menuju dalam rumah untuk melakukan acara lamaran.

Aku bersama yang lainnya mengikuti acara ini dengan seksama. Namun, hatiku terasa teriris ketika melihat calon pendampingnya memasangkan cincin di jari manis milik Pelangi dengan sangat mesra.

Hana menggenggam tanganku, ia berkata, "kamu jangan sedih, Kak. Aku kan datang menemani kamu bukan melihat kamu menangis disini."

Aku yang speechless lebih memilih untuk mengencangkan genggaman ketangan Hana yang membuatku merasa lebih tenang karena mendapat support system di pernikahan sahabat yang kukenal sejak kecil dahulu kala.

"Sabar, Bre, jangan nangis," lirih Satrio yang melihat kearahku dengan sinis.

Aku hanya diam mendiamkan mereka semua dengan tangan yang masih menggenggam tangan Hana di depan mereka semua.

Saat sesi acara selesai dan dilanjut dengan acara makan - makan, disini Aku menghampiri mereka bersama dengan Hana.

"Selamat ya, Pe."

"Iya, Vi. Makasih udah dateng. Lho kamu sekarang dekat sama Hana, ya," ujar Pelangi seraya melihat ke arah Hana.

Hana memotong pembicaraan, "Iya, Aku sama Kak Khavi sekarang, Kak."

"Semoga kalian bisa menyusul ya," Pelangi berbicara seperti itu kepada Hana dengan penuh senyuman.

Kami pun berdua hanya diam tanpa berkata apa - apa. Langsung memilih untuk makan bersama lalu bergegas untuk pulang karena acara sudah selesai.

Satrio dan Adit pulang terlebih dahulu meninggalkanku bersama Hana. Kami akhirnya memilih pergi berdua menuju Caffe tema jepang di daerah Kalisari untuk mengobrol bersama.

Saat sudah duduk diarea smoking area. Aku berkata, "Na, Kamu mau nggak jadi pacar kakak?"

"Hah?! APA?!" Teriaknya terkejut.

"Iya, Kamu mau nggak jadi pacar kakak?"

#day26
#tim2
#paradesolo

KHAVIWhere stories live. Discover now