TERSADAR

10 3 2
                                    

"Iya, Kamu mau nggak jadi pacar kakak?"

"Aku nggak salah dengar, Kak?" tanya nya kembali.

"Beneran, Kakak mau kamu jadi pacar kakak!" Balasku.

Hana terlihat berfikir amat mendalam dengan tingkah yang kikuk seraya menikmati segelas es kopi yang ia pesan untuk menemani sesi obrolan kali ini.

Aku bertanya kembali, "Iya, apakah kamu mau?"

Ia malah menjawab pertanyaan dengan bertanya kembali, "kenapa mau menjadikan aku sebagai pacar kakak ?"

Aku malah terdiam mendengar pertanyaan ia, yang membuatku merasa deg-degan takut salah jawab hingga menyebabkan salah tingkah dengan membersihkan kacamata yang ku kenakan agar terlihat tidak salah tingkah.

Aku akhirnya menjawab, "karena aku melihat kita sudah semakin dekat, kamu sudah merubah panggilan ku menjadi kakak, dan kita bahkan sudah mesra panggilannya seperti orang berpacaran!"

Dia tertawa terbahak - bahak mendengar jawabanku. Senyumnya sangat lebar dan ia terlihat menutupi mulutnya dengan tangan agar aku tidak memperhatikan tawa yang terlalu berlebihan dari dirinya.

Ia akhirnya memberikan jawaban, "aku melakukan itu bukan berarti aku ingin kita berpacaran. Aku nyaman sama kak Khavi karena Aku menganggap Kamu sebatas Kakak Aku, Kak," jawabnya lugas dengan jeda menghela nafas sejenak kemudian berkata kembali, "maaf, aku belum bisa berpacaran sama Kak Khavi. Kita baru dekat beberapa minggu meskipun sudah kenal lama. Kakak terlalu terburu-buru."

Aku ingin memotong obrolannya. Namun, Ia langsung berbicara kembali, "Sebenarnya kakak terlalu terburu-buru. Kita sama-sama baru saja merasakan patah hati. Aku nggak mau kalau kita berdua saling menjadikan pelampiasan saja. Rasanya sakit kalau hanya dijadikan pelampiasan."

Ia bahkan meminta sesuatu kepadaku, "Aku harap, meskipun Aku menolak kakak, Kakak tidak merubah sikap kakak seperti cowok pada umumnya yang langsung pergi menjauh karena patah hati setelah di tolak. Aku mohon kita tetap seperti ini. Aku nyaman sama kak Khavi. Urusan jodoh udah ada yang ngatur. Kalau memang kita jodoh nanti pasti akan bersatu kembali."

Sekarang giliranku yang menjawab, "Aku terlalu terburu-buru karena takut kehilangan kamu."

Dia terlihat tertawa sedikit dengan senyum yang memperlihatkan lesung pipinya itu sementara aku memutuskan untuk membakar rokok sejenak untuk mendengar tanggapan Hana.

Hana menanggapi dengan santai, "tapi caranya tidak seperti ini. Lukaku amat dalam. Semua butuh waktu untuk pemulihan. Aku nggak mau menjadikan kakak sebagai pelarian disaat hatiku belum pulih oleh luka karena perselingkuhan sahabat dan mantan Aku."

Balasku kembali, "Iya meskipun seperti itu, Kakak tetap akan seperti ini. Kakak yakin akan membuatmu yakin terhadapku, Dek."

"Nah gitu, dong. Baru Kak khavi yang kukenal sebagai seorang laki-laki yang suka berjuang."

"Cinta memang butuh kepastian. Namun, bukan terburu-buru untuk meminta kepastian dengan seseorang yang belum sembuh akan luka masa lalu."
-Lara Sandyakala-

Setelah pembicaraan itu, kita saling diam saja. Sampai akhirnya Hana melanjutkan obrolan dengan pengalaman dia dimasa lalu soal percintaannya. Dimana Sebelum diselingkuhi ia pernah berpacaran sebanyak dua kali dan semuanya gagal karena perselingkuhan. Namun, ini yang terakhir merupakan perselingkuhan paling kejam karena melibatkan sahabatnya sendiri yang merupakan orang yang mengenalkannya dengan mantannya itu.

Aku menanggapi dengan seksama apa yang disampaikan oleh Hana, sesekali menanggapi seadanya karena memang bertujuan untuk menjadi pendengar yang baik agar ia tidak merasa risih telah bercerita panjang lebar terhadapku ini.

Kami saling berdiskusi soal kemungkinan penyebab Hana diselingkuhi, penyebab Hana diperlakukan seperti itu, dan penyebab Hana merasakan diselingkuhi berkali - kali. Hingga mendapat jawaban 'Hana terlalu to the point' yang membuat laki-laki merasa gagal menjadi seorang lelaki karena tingkah Hana yang seakan terlalu independen.

Obrolan kami berlanjut hingga menjelang sore hari. Sampai akhirnya Hana memutuskan untuk meminta diantar pulang karena sudah berjanji akan pergi bersama orangtuanya malam ini.

Aku pun mengantarnya pulang hingga sampai di rumah dengan selamat dan tak lupa menemui orangtuanya untuk berpamitan karena mereka sedang menunggu di depan rumah sambil bercengkrama hangat.

Aku pulang dengan ucapan perpisahan dari Hana, "terimakasih, Kak. Hati-hati di jalan dan kabari jika sudah sampai rumah."

"Oke, Aku pulang, Bye, " kataku sebelum pergi.

"Cinta datang karena terbiasa, tetapi tidak memaksa."
-Lara Sandyakala-

#day27
#Tim2
#paradesolo

KHAVITahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon