HATI KE HATI BERSAMA PELANGI

12 3 0
                                    

Aku, Satrio, Pelangi, Dan Adit masih mengobrol tentang kejadian perselingkuhan Dinda. Dimana Aku adalah pelaku perselingkuhan yang selama ini disembunyikan oleh kekasihku sendiri.
Obrolan kami serentak berubah ketika Satrio yang membahas hal random yang berhasil mengalihkan obrolan kami sekaligus membuatku aman untuk sedikit bernafas karena kejadian barusan.

Tak terasa obrolan kami sudah memasuki sore hari sebelum maghrib. Akhirnya kami semua pamit, Aku diantar oleh Adit pulang, sedangkan Pelangi diantar Satrio.
Sepanjang perjalananku pulang ke rumah. Adit tak banyak bicara hanya sesekali memancing candaan ketika melihat hal - hal lucu yang kami temui sepanjang perjalanan menuju kerumahku di daerah Depok - tak terasa sudah sampai di rumah dan Adit langsung pamit dengan ucapan, "Jangan aneh - aneh, Lo. Kalo butuh temen nge-gila kabarin aja. Ntar malem ke Kedai biasa aja jam 11 an gua dateng."
Tak lupa kuucapkan, "terimakasih, Bro." Lalu dia pergi begitu saja.

Sesampainya di rumah. Ayah, Mama, dan Pelita sedang asyik mengobrol di teras rumah. Mereka sepertinya memperhatikan dengan tatapan yang tajam. Namun, tak berani mengatakan apa - apa karena melihat wajahku yang nampak kusut seperti seseorang yang tak niat untuk hidup. Aku bersalaman dengan mereka lalu pergi begitu saja menuju kamar.

Aku merebahkan badan ke kasur dan memainkan handphone. Hingga terpikirkan mencoba menghubungi Pelangi untuk mengajaknya bertemu ke basecamp, kedai kopi tempat si Hana bekerja. Meskipun baru saja bertemu, tetapi Aku seakan ingin bercerita banyak dengannya.
Untungnya Pelangi mengiyakan ajakan untuk bertemu dan lebih mengejutkannya lagi adalah Dia mau menjemputku karena rasa bersalahnya minggu lalu. Awalnya aku menolak. Namun, ia memaksa. Jika Aku tidak mau dijemput olehnya maka pertemuan akan dibatalkan, maka dari itu akhirnya mengiyakan apa yang ia suruh.

Aku pun langsung saja menuju kamar mandi untuk bersih - bersih. Lalu bersiap di depan rumah untuk menyambut Pelangi, tetapi Ayah nampak tidak senang ketika Aku ingin pergi dan berkata, "baru pulang kok mau pergi lagi, Bang?"

"Yah. Tadi baru ketemu Dinda dan Abang udah putus," jawabku kepada Ayah.

"Kok bisa? Ada masalah apa?" balasnya cepat.

Aku termenung dahulu, "Aku dipergokin sama Pacarnya. Ternyata selama ini cuman dijadiin selingkuhan sama dia dan minggu lalu mereka baru saja bertunangan."

"Apa?!" teriak Ayah dengan lantang hingga melotot tajam kearahku, "gimana ceritanya sih?"

Sesaat ingin menjawab apa yang Ayah tanyakan datanglah Pelangi menggunakan sepeda motor matic yang langsung turun mengarah ke orangtuaku untuk bersalaman.
Disaat yang bersamaan, Pelita berlari menghampiri Pelangi sambil berteriak, "Kak Pelangi ... Ayuk kita main!"

"Maaf, sayang. Kakak mau pergi sama Kak Khavi ada urusan penting soalnya," untaian kata lembut keluar dari bibirnya menjawab adikku, Pelita.

"Yah, yaudah deh. Aku sama Mama aja," jawab Pelita kembali.

"Iya, Sayang. Anak pintar ya kamu dibilangin nurut."

Tiba - tiba Mama nyeletuk, "Nurutnya sama kamu aja, Pelangi. Sama Mama ngebantah terus."

Diiringi tawa kami semua yang mendengar ocehan Mama kecuali Aku yang tetap diam tanpa tertawa mendengar apa yang Mama ucapkan. Aku pun mengatakan, "Yaudah, Mah, Yah. Abang keluar sama Pelangi, ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," Serentak mereka berdua menjawab salamku dan Aku mencium tangan mereka berdua yang diikuti Pelangi dengan hal yang sama.

Sesaat kami akan berangkat Aku sudah mengajukan untuk membawa motornya Pelangi. Namun, ditolak mentah - mentah. Karena Dia masih ingin hidup dan tidak ingin mati diboncengi oleh seseorang yang penuh perban. Aku pun menuruti saja karena memang sudah bersyukur dijemput oleh seorang cewek meskipun harus melupakan gengsi.

KHAVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang