BERCERITA LEBIH DALAM

37 9 2
                                    

Setelah bingung harus mengobrol tentang apa, Aku berbisik mengajak Satrio ke coffee & Resto terdekat untuk mengobrol lebih serius. Kebetulan sekali, dia memiliki rekomendasi tempat nongkrong terdekat dari sini. Kami pun memilih untuk berlanjut ke tempat tersebut, sebelum pergi terlebih dahulu berpamitan dengan Hana karenanya sudah menemani kami mengobrol ngalor – ngidul - kesana – kemari hingga menyarankanku sebuah pesan berdasarkan intuisi sebagai seorang wanita yang sering bermain rasa menggunakan hati.

Kami pamit menggunakan motor masing – masing, hanya tujuh menit perjalanan menuju sebuah Coffee & Resto bertemakan nuansa Jejepangan favorit kami berdua, langsung saja bergegas menuju halaman belakang tempat smoking area dikarenakan memang kami adalah seorang perokok.

Ketika sampai di meja pilihan, yang dilakukan hanyalah merokok sambil melirik kanan – kiri, kebetulan banyak sekali cewek - cewek berusia dua puluh-an yang nongkrong disini.

Bersama saling memandangi suasana sambil menikmati sebatang rokok, tak ada obrolan sama sekali sampai datangnya hidangan yang kami berdua pesan, beberapa jenis sushi dengan minuman kopi susu kekinian dengan berbeda rasa. Disaat saling menikmati makanan, Satrio bertanya – bertanya perihal hubunganku, “Kenapa berani ngenalin pacar lo ke orang tua, sedangkan lo sendiri nggak pernah bawa cewek sendirian ke rumah?! Seberaninya bawa cewek itu pun beberapa orang teman masa sekolah menengah pertama.”

Aku meresponnya dengan santai, “Gua punya niat dalam hati kalau punya cewek langsung bawa ke orang tua, karena agar mereka tahu kalau anaknya dekat dengan siapa!”

Dia tertawa, mendengar apa yang baru saja kukatakan – entah apa yang salah dari ucapanku barusan sehingga membuatnya tertawa – ia malah melirik tajam kearahku lalu berkata, “biasanya cowok yang ke rumah ceweknya. Karena cewek punya kekhawatiran tersendiri - eh kebalik lo nggak pernah ke rumah cewek sekadar antar – jemput depan gang,  itu cupu namanya!”

“Kampret, Sat! Gua kan udah tanyain itu sama dia, gua juga pengen main, tapi mas mempertanyakan malah ngambek!”

“Bego! Jangan pas makan, ege. Tunggu moment, Lo cowok bukan sih, begitu aja kagak ngarti?!” balasnya cepat membalas obrolanku.

“Sekarang gua harus gimana jalanin hubungan ini?”

“Yang jalanin Elo, yang rasain juga Elo, senyamannya aja jalanin, tapi nggak bisa lah lo backstreet terus sama cewek lo. Inget umur, Bro. Ada benarnya juga omongan si Hana, jangan – jangan lo hanya menjadi pelampiasannya saja!”

Aku terhentak mendengar ucapannya barusan, ku bakar sebatang rokok untuk mendapat sebuah wangsit agar bisa mencerna apa arti ucapan Satrio barusan. Di dalam otakku terdengar, “Vi, Lo harus kenalan dengan orang tuanya jangan backstreet melulu!” sedangkan hatiku bergejolak seakan berkata, “selagi lo nyaman ya jalanin aja, semua itu butuh waktu.”

Pergejolakan dalam diriku sangat sengit antara logika dengan hati, sampai entah apa yang merasuki otakku hingga bibir menguntaikan kata secara spontan, “mau dikenalin ke orang tua ataupun belum, Dia udah sayang sama Gua, kok. Buktinya kalau ketemu selalu cium tangan, apalagi kalau manggil selalu panggil sayang. Kan jelas kalau dia begitu berarti sayang sama gua, Sat!”

“Goblok! Susah ngomong sama orang jatuh cinta, ibarat ‘tai kucing rasa cokelat’! lo mah jadi laki baperan banget cuk! Cium tangan sama panggil sayang belum tentu beneran sayang dan berharap serius sama lo, Cewek itu jago play victim! Bukan cuman cowok bad boy yang bisa begitu, cewek bad girl seorang player yang suka mainin hati cowok juga banyak… susah Gua ngomong sama sad boy kaya Elo, Khavi!” untaian kata yang terucap terdengar sangat tajam tetapi tidak menyakiti hanya sedikit membuatku tertawa meskipun aku sendiri tidak tahu apa yang menyebabkan keluarnya tawa terbahak – bahak.

Sesaat akan merespon obrolan … gawaiku berdering memunculkan sebuah notifikasi whatsapp dari Adinda yang berisi [Aku sedang haid hari pertama, besok Aku kerumahmu sebagai permintaan maaf, tetapi jangan bahas masalah orang tua ku. Terima kasih.] Langsung saja ku tunjukkan ke Satrio isi pesan yang baru saja ku terima kepadanya – dia tersenyum membaca isi permintaan maaf kekasihku itu, bahkan mengucapkan, “hati – hati, Vi, jangan terlalu bersemangat sama cewek model kaya begini, pas gagal diantara gila atau rencana bunuh diri. Kan bahaya!”

“Hahahaha, jarang lho cewek minta maaf sampai mau ke rumah! Berarti cewek gua serius, Sat.”

Akhiri Satrio, “Susah kalo ngomong sama Sad Boy mantan jomblo tujuh kali ganti kalender! Bucinnya goblok, terlalu baperan jadi cowok, otaknya kagak kepake!” 

Balasku kembali, “kurang ajar Lo Bang Satrio – eh … Bang-Sat! Hahahahah.”

“ Sahabat memang orang yang paling mengerti apa yang kita mau, tetapi ia tidak tahu tentang kita selain hati dan logika dri sendiri. Meskipun intuisi sahabat selalu benar. Namun, percaya dengan diri sendiri adalah pilihan terbaik saat ini. Biarlah waktu yang menjawab. ”

-Lara Sandykala-

Setelah obrolan tadi, kami berganti pembahasan mengenai makanan jejapangan yang sedang di santap, dari jenis ikan sushi yang dipakai, nama – nama jenis dari sushi, dan sampai culture jepang yang kami ikuti yaitu Anime, serta pembahasan terakhir yang dibahas adalah pembahasan mengenai anime summer season on –going viral yang harus kami berdua ikuti alur ceritanya.

Tak berselang lama akhirnya kami berdua memutuskan untuk pulang ke kediaman masing – masing setelah melihat jam yang menunjukkan pukul 23 : 45, terlihat seisi tempat nongkrong yang mulai sepi dan sudah close order dari pukul 23 : 00. 

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah kurang lebih menempuh perjalanan sebentar 10 menit, yang kebetulan tempatku tinggal berada di Daerah Jawa Barat, tepatnya Kota Depok yang memang tak jauh dari daerah tempatku nongkrong hari ini. Sesaat setelah tiba, langsung masuk kamar. Langkah pertama yang diambil adalah membalas chat Adinda yang kebetulan masih Online Whatsapp, “Maaf, aku baru pulang habis nongkrong sama Satrio, besok kabarin mau jam berapa ke rumahku,” balasku singkat. Aku tunggu dia membalas sekitar lima belas menit. Namun, sama sekali tidak ada balasan. Hingga rasa bosan mulai menghantui.

Aku memutuskan untuk bermain game berjenis PvP 5 vs 5 Real Time Battle Game menggunakan Handphone untuk menghilangkan Overthinking berlebihan karena tidak ada balasan dari kekasih yang online tetapi tidak merespon sama sekali.

Bermain game pun terhenti ketika rasa kantuk datang menghampiri tepat pukul 03 : 00. Namun, tetap saja Handphone belum ada notifikasi balasan pesan dari Adinda yang masih terlihat Online. Status pembacaan masih saja centang dua putih tak berubah menjadi biru, “Ah dia mah kebiasaan ketiduran pas lagi main hape sampai ninggalin hape menyala,” gumamku lantang bernada tinggi untuk menenangkan diri agar tidak mengalami overthinking berlebihan akibat permasalahan ini.

Akhirnya Aku tersadar dari tidur pukul 05 : 30 karena alarm berbunyi ayam berkokok yang menimbulkan bising seantero rumah sampai mama berteriak, “Shubuh Kak! Ayam lo berisik banget, Ya Allah,” tak sampai disitu sahut Ayah berteriak keras, “Gua guyur air coolant mobil atau lo bangun sekarang!” 

Sontak aku terbangun keluar kamar untuk membasuh wajah dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta menyambut fajar yang mulai menampakkan cahaya pagi yang indah. Setelah selesai akhirnya aku memilih tidur kembali. 

Lagi – lagi bunyi handphone sangat berisik yang memaksaku bangun dari tidur yang sangat nyenyak di hari sabtu pagi ini. Ketika mengecek hape ternyata ada 15 panggilan tak terjawab dari Adinda, dimana ia terakhir menghubungi 30 menit lalu dan sebuah pesan [ Aku Otw, Yang ]

Aku terkejut membaca pesan itu, sontak saja berlari keluar kamar mencari handuk, baju, dan celana untuk bergegas menuju kamar mandi karena tidak mau terlihat baru bangun tidur oleh kekasih pujaan hatiku, Adinda tersayang.

" separah apapun masalahnya, selagi masih menghubungi pasti akan baik - baik saja. Karena komunikasi adalah kunci untuk saling mempertahankan hubungan. "
-Lara Sandyakala-

#paradesolo #day3 #tim2

KHAVIحيث تعيش القصص. اكتشف الآن