15 - Coklat

132 14 16
                                    

Hari minggu, hari yang sangat di nanti-nanti oleh Anindya. Atau hari yang dinanti-nanti dengan kalian juga. Di hari minggulah Anindya bisa bersantai tanpa memikirkan guru yang memarahinya saat tidak mengerjakan tugas, atau di kejar-kejar oleh Bu Ratih saat terlambat. Akhirnya ia benar-benar bisa beristirahat dengan tenang. Tapi masalahnya, ini semua adalah bayang-bayang Anindya saja. Hari minggunya tak setenang yang ia kira. Reina menyuruhnya untuk menyiram bunga, setelah itu menyapu halaman. Dan yang membuat ia malas mengerjakannya adalah saat melihat Bara yang tengah mencuci Bryan.

Sepertinya Bara benar-benar tidak tahu pasal, mencuci motor adalah pemanggil hujan paling ampuh.

Jangan sampai Bara merusak pagi minggu Anindya yang cerah ini.

"Kenapa sih, Kak? Kok ngeliatin Bang Bara terus." Tata menatap Anindya yang dari tadi terus mencuri pandang ke arah rumah depan mereka. Tata bukan semata-mata menganggu Anindya disini, justru cewek itulah yang mengajak Tata kemari untuk membantunya. Anindya yang menyiram bunga dan Tata yang menyapu halaman.

"Hah? Ngeliatin Bara? Yang bener aja!" ujar Anindya tak terima, walaupun memang itu kenyataannya.

"Ah, Kakak bohong. Aku panggil Nih, ya." Tata langsung menghadap tepat di depan rumah Bara.

"Jangan, Ta! Anjir lo, ah!"

"Kakak kasar,"

"Emang,"

Tata merengut kesal, detik selanjutnya cewek itu menempatkan kedua tangannya di sisi mulutnya. "BANG BARA, KAK ANIN NYARIIN NIH. KOK NGGAK PERNAH KEMARI LAGI KATANYA!"

"Bangsat, adek bego."

Tata langsung mendorong Anindya keluar dari pagar rumah. Selanjutnya cewek itu menutup pagar itu dan membiarkan Anindya di luar.

Anindya tak terima, ia mendorong pagar dan menggoyangkannya sekuat mungkin, berharap pagar itu bisa terbuka. Pasalnya, Tata tidak hanya menutup begitu saja. Terapi juga menggemboknya.

Cewek itu bernafas pasrah, tidak mungkin pagar itu akan terbuka. Anindya membalikkan badannya, dan menemukan Bara yang sedang menatapnya. Namun cowok itu cepat-cepat mengalahkan pandang dan fokus mencuci Bryan.

"Gue tau tadi lo ngeliatin gue, Bara."

"Gue juga ngeliat lo pas boncengan sama cowok semalem." balas cowok itu yang membuat Anindya mengerutkan keningnya.

"Gue? Boncengan sama cowok? Mimpi ya lo!"

"Jelas-jelas lo meluk dia semalem."

Anindya semakin tak mengerti apa yang di maksud Bara. Ia tidak pernah berboncengan dengan cowok selain Bara. Cewek itu memegang kepalanya kuat sambil menutup mata, mencoba merekam kembali adegan yang ia lakukan semalam.

Anindya langsung membuka matanya. "Itu tukang ojek, Bara!"

"Tukang ojek ngapain pake pelukan segala," ujar Bara tak terima.

"Gue pegangan! Kalo nggak gue jatuh dong nanti!" ujar Anindya yang ikut tidak terima.

"Sama gue nggak pernah tuh pegangan,"

"Karena gue tau, kalo sama lo pasti gue aman."

Bara memalingkan wajahnya. Perkataan Anindya sungguh menggelitik perutnya. Tolong, Bara baper.

***

Anindya berbinar melihat Reina yang membawa banyak masakan untuk makan malam. Biasanya Reina sangat malas untuk masak makan malam, tetapi hari ini sepertinya sangat bersemangat. Mungkin karena seharian ini Anindya yang mengerjakan rumah, dan Reina hanya duduk santai. Jadinya, energi Reina tidak terkuras habis.

Freak RelationshipWhere stories live. Discover now