14 - Martabak

143 25 13
                                    

Bara, Aksa, dan Marvel tengah duduk di kantin. Jam pelajaran belum selesai, bel istirahat juga belum berbunyi. Tetapi mereka sudah lari ke kantin. Jangan tanya apa, sudah pasti mereka bolos untuk menghindari pelajaran fisika yang sangat tidak menyenangkan. Bara tidak pernah menyesal memilih jurusan IPA, karena jika ada pelajaran kimia, fisika, matematika wajib, dan matematika umum tinggal Bara hindari saja dengan membolos.

Aksa mengelap pinggir mulutnya dengan tisu, ia baru saja menghabiskan dua mangkuk mie ayam. Ntah yang darimana, Bara juga tidak tahu. Biasanya cowok itu memintanya untuk mentraktir.

"Kenapa kita kalo beli satu sepatu dikasih dua?" ujar Aksa.

"Hah? Maksudnya?" Marvel mengernyit tak mengerti.

"Karena kaki kita dua, bukan satu!" jawab Bara.

"Lah, iya juga, ya." Aksa yang membuat pertanyaan justru terjebak dalam jawaban pertanyaan itu sendiri. Cowok itu malah membuka ponselnya.

"Gak jelas lo!" ujar Marvel.

Aksa tak menghiraukan Marvel, setelah membuka ponselnya ia justru menatap Bara. "Salah! Because it's called sepatwo!"

"Sok inggris," kata Bara

"Gue emang orang Inggris. dulu sempet tinggal di sana, waktu kecil." jawab Aksa.

"Bacot, ah." ujar Marvel.

"Kemarin ada yang kayak begini nih, besoknya meninggal." kata Bara.

"Anjir lo, Bar!" ujar Aksa.

Bara tertawa kecil, pandangannya tak sengaja melihat bayangan seseorang yang sangat ia kenali. Orang itu yang membuat Bara kelabakan karena tidak membalas chat nya. Dan rumah orang itu pun tutup tadi pagi.

Mata hitam miliknya menelisik bahwa orang itu juga bolos, sama dengannya.

"Bar, Anindya tuh," Marvel yang duduk di sebelah Bara menyikut lengan cowok itu.

"Panggil, panggil. Panggil, Vel. Cepet!" ujar Aksa yang melihat Bara sama sekali tidak ada niat untuk menyapa, lagi sakit hati agaknya.

"Woi, Anindya!" Marvel menguatkan suaranya, Anindya langsung berbalik dan menatap ketiganya.

"Apa?!" suara Anindya terdengar nyolot.

Marvel langsung kelabakan. Kenapa Anindya terlihat begitu garang? Seperti cewek itu sedang ada tamu bulanan.

"Eh, gak papa, kok. Kalo ada waktu mampir sini join." jawab Marvel.

Anindya membuang wajahnya, dan melengos pergi meninggalkan ketiganya.

Melihat kepergian Anindya, Marvel langsung menatap Bara. "Lo lagi berantem sama Anindya?"

"Gak tau,"

Marvel memutar bola matanya malas, jawaban dari Bara sama sekali tidak membantu ke kepoannya.

***

Anindya kembali ke kelas dengan muka yang masam. Jika bukan karena Anindya yang berbicara lebih dulu, Bintang dan Jihan tidak mau berbicara. Karena bisa saja itu malah tambah membuat Anindya terganggu, dan mood cewek itu jadi tambah buruk. Dan bisa juga mereka yang kena imbasnya.

"Kantin tumben-tumbenan sepi tadi," kata Anindya.

"Mungkin karena udah mau ujian semester, jadi guru-guru pada masuk." jawab Jihan.

"Tapi kita nggak tuh," ujar Bintang.

Benar kata Bintang, guru mereka tidak masuk mengajar di kelas. Itulah sebabnya mengapa Anindya pergi ke kantin, cewek itu tidak bolos. Walaupun sebenarnya memang sering bolos.

Freak RelationshipWhere stories live. Discover now