Transmigrasi Vira || 53

Mulai dari awal
                                    

Rion mulai melangkah menuju ke sebuah makam,Nara pun ikut melangkahkan kakinya mengikuti Rion.Hari memang sudah gelap,namun tempat pemakaman tersebut sudah terpasang banyak lampu.

Rion berhenti di sebuah makam,menaruh setangkai bunga yang sempat ia ambil dari bagasi mobil.Nara mengalihkan pandangannya ke arah makam yang dituju Rion,netranya melebar.

Jantungnya seakan berhenti sejenak,matanya mulai berkaca-kaca dan menatap tak percaya."Lo,lo kalo ngeprank kaya gini nggak lucu sumpah."ucap Nara dengan suara yang terdengar bergetar menahan tangis.

"Buat apa aku mempermainkan makam orang?"

Ucapan dari Rion itu membuat Nara langsung meluruhkan tubuhnya ke tanah,air matanya menetes dengan deras.Hatinya terasa hancur berkeping-keping,bayangan dimana senyuman Elang terukir jelas di wajahnya membuat tangis Nara semakin kencang.

"Mana janji Abang?bang Elang bilang,selalu lindungi aku kan?kenapa malah pergi ninggalin aku?"racau Nara dengan air mata yang tak berhenti mengalir.

Tangan Nara terulur untuk menyentuh makam Elang,berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi semata.Rion yang melihat Nara seperti itupun mengalihkannya pandangan nya.

"Jadi ini nggak mimpi,ya?"gumam Nara terkekeh miris.

Nara menepuk-nepuk dadanya yang terasa sangat sesak.Kini tidak ada lagi suara tangisan,Nara hanya diam menatap makam didepannya dengan wajah yang sudah sembab.

"Kenapa harus Abang?padahal aku udah berharap Abang bakal rayain ulang tahun aku kaya dulu."Nara mencoba untuk mengatur nafasnya yang sesak,karena ia yang terlalu lama menangis dengan sesugukan.

"Kenapa sih?udah gak sayang aku lagi,ya?"

"Atau abang ngira aku gak sayang Abang?"

Nara mencengkram bunga pemberian Rion tadi,air matanya benar-benar susah untuk berhenti mengalir.Semakin berusaha ia hentikan,semakin deras pula air mata yang keluar.

"Aku sayang banget sama bang Elang.Tapi kenapa,kenapa bang malah pergi gitu aja?aku udah gak punya keluarga kandung lagi selain Abang,"racau Nara.

Rion berjongkok,dan mengusap punggung Nara yang bergetar hebat."Abang tau gak sih?di sini,"Nara menunjuk dadanya.

"Di sini rasanya sakit,banget.Aku,aku gak mau di tinggal sama Abang."tangis Nara mengisi keheningan malam.

"Ayo,Abang balik ya?Nara janji,gak bakal suka ngambek lagi deh.Kita tinggal di apartemen lagi yuk,disana kan kita udah banyak buat kenangan."

"Hari ini ulang tahun aku,loh.Masa Abang gamau ngerayain kaya dulu lagi?"Nara sudah tak sanggup untuk mengeluarkan suara,Nara menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya.

Menangis untuk mengeluarkan semua perasaan yang terasa campur aduk dihatinya.Di tinggalkan oleh seorang kakak laki-laki terbaik,dan terhebat, kira-kira bagaimana perasaan kalian?

Nara merenung mengingat kembali semua kenangannya bersama Elang.Dari mulai pertama kali mereka berdua pindah ke apartemen,setelah itu Nara yang membantu Elang memperbaiki beberapa barang yang rusak.Nara juga ingat,dimana Elang berusaha untuk mencari pekerjaan agar dia bisa tetap sekolah.Elang yang selalu membuat nya tertawa dengan segala tingkahnya,Elang yang selalu membantu menyelesaikan segala masalah yang dia alami.Nara ingat semua itu.

Ah,dan satu lagi,Elang yang selalu mengucapkan kalimat selamat ulang tahun padanya.Namun sekarang,tepat pada saat hari ulang tahunnya,Nara malah dihadapkan dengan kematian orang yang sudah dia anggap sebagai seorang kakak sekaligus orang tuanya.

Elang,adalah seorang kakak laki-laki terbaik yang dia punya.Nara benar-benar bersyukur karena mempunyai kakak seperti Elang.Elang bisa memerankan se sosok ibu sekaligus ayah padanya.

Mengingat semua itu,Nara hanya bisa tersenyum miris.Sekarang dia sudah tidak mempunyai keluarga kandung.Semuanya telah meninggalkannya.Jika saja Nara masih di dunianya dulu,Nara pasti sudah menjadi sebatang kara.Tidak ada keluarga,maupun kerabat.Nara tidak mempunyai apapun,yang dia punya hanyalah dirinya sendiri.

"Nara,ayo pulang."ajak Rion.

"Lo aja,"ucap Nara dengan suara seraknya.

"Kita harus pulang,Nara."

"Kasihan bang Elang,dia sendirian disini.Pasti dingin ya?"Nara mengusap makam Elang dengan lembut.

Rion memejamkan matanya,hatinya terasa sakit saat melihat kondisi Nara yang tidak bisa dibilang baik-baik saja."Nara,pulang ya.Besok kalo kamu mau,kamu bisa kesini lagi,pasti Elang lebih senang lagi kalo kamu bawain dia bunga."

Nara menggigit bibir bawahnya, berusaha untuk menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Rion,"

"Ya?"

"Kenapa,kenapa bang Elang meninggal?"




Halo semua;)
Maaf karena part ini dikit,aku udah kehabisan ide buat dialog Nara:(
Serius,aku nulis dialog yang makam Elang itu sambil nangis.Karena aku ke inget sama kakek dan paman aku yang udah meninggal,mereka itu baikkk banget.Rasanya waktu hari raya jadi hampa  karena udah gak ada mereka.
Eh kok malah curhat,vote and komen ya teman-teman 😊

Btw,mau nanya serius nih,kalian setuju gak kalo cerita Transmigrasi Vira di jadiin Novel?
Komen ya,jangan di baca doang

~see you~

Transmigrasi Vira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang