You Are My Puzzle - Chapter 16

7 0 0
                                    


Bharata dan Sachi kini sudah berada di sebuah kafe yang dimaksud. Dalam obrolan satu jam pertama, mereka hanya membahas tentang pekerjaan sembari menyelesaikan deadline. Sachi cukup terkejut dalam satu jam itu, Bharata sudah menuntaskan tugasnya menggambar.

"Kamu sudah selesai?" tanyanya.

"Tinggal finishing. Nanti malam saja!" jawabnya sambil mematikan tablet. "Kamu masih lanjut?" tanyanya.

"Hmm... kayaknya otakku juga udah lelah. Nanti saja," kata Sachi.

Bharata tersenyum. "Ya sudah, ayo kita minum dulu!" ujar Bharata sambil mengangkat minuman espresso yang sudah lebih dahulu di pesannya.

"Ah iya, aku mau kasih TMI buatmu!" katanya setelah menyesap kopinya.

"TMI?!" Sachi mengerutkan dahi.

"Ya, Too Much Information. Informasi yang kubagikan di luar yang kamu tahu, ya, seperti itulah kira-kira" Bharata menjelaskan.

"Iya, aku tahu. Maksudnya, kenapa tiba-tiba mau kasih aku TMI?" Sachi terkekeh.

"Ah.. hehe.. ingin saja!" Bharata tersenyum malu.

"Apa?"

"Hmm... aku kan ini pesan espresso. Sebelum kejadian waktu itu, aku sama sekali tidak pernah minum espresso. Tapi, berkat kamu, sekarang aku suka espresso," Bharata akhirnya menyampaikan TMI yang dimaksud.

Sachi diam sejenak. Otaknya memproses kalimat yang disampaikan Bharata itu. Ya, maksud ucapan Bharata adalah kejadian saat pertama kali mereka bertemu, ketika Sachi mengganti kopi Bharata yang ia tumpahkan tanpa sengaja.

"Bukannya kau sendiri yang bilang kau suka espresso?" tanya Sachi.

"Iya, aku suka espresso karena kamu. Sebenarnya, itu kesimpulannya. Aku jadi menyukai espresso setelah itu, apalagi setelah mendengar filosopi espresso yang kamu sampaikan, aku jadi semakin menyukainya. Intinya, aku suka espresso karena kamu. Itu TMI-nya," katanya.

Sachi diam. Otaknya berusaha mencerna. Tiba-tiba saja, perasaan tak enak itu muncul kembali. Apa benar begitu?

"Oh.. begitu.. hehe.." hanya itu respons Sachi. Dia terlalu salah tingkah.

"Masih ada TMI lainnya," kata Bharata lagi. Ia lalu mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah amplop cokelat yang di dalamnya terdapat foto-foto yang dicetak. Ia lantas menyodorkannya kepada Sachi.

"Waktu itu, aku sempat pergi ke Kota Kuno dengan Arthur. Aku belajar memotret dengannya. Di tengah kami sedang memotret berbagai sudut di situ, aku melihatmu."

Kali ini Sachi tersentak. "Hah?! Kkkaamu.. lihat aku?!" Sachi terkejut bukan main ketika mendengar informasi itu, sekaligus melihat dirinya ada di foto-foto yang diberikan Bharata.

"Ya, aku melihatmu! Saat itu juga, aku langsung membidikmu dengan kamera yang kupegang. Ini hasilnya, cukup bagus kan untuk pemula sepertiku?!" katanya.

Sachi diam dengan ekspresi tak menyangka. Ia masih melihat foto-foto itu dengan perasaan tak karuan. Bagaimana bisa Bharata memotretnya sebanyak ini secara candid dan bahkan dicetak pula.

"Ambil saja fotonya, itu hadiah untukmu!" lanjut Bharata.

"Ttapi.. kkkenapa, kau melakukannya?"

"Aku suka!" katanya.

"Apa?!" jantung Sachi kembali berdetak kencang.

"Aku suka memotretnya. Ini potretan pertamaku untukmu. Tolong apresiasinya. Hehe..."

You Are My PuzzleWhere stories live. Discover now