You are My Puzzle - Chapter 3

23 4 0
                                    

Sejak pagi, Sheila sudah berada di kamar Sachi untuk mendandani adiknya itu secantik mungkin. Sheila mengutus Sachi untuk mewakilinya pergi ke suatu tempat siang ini.

Sachi tampak mengenakan pakaian semi gaun. Riasan natural yang elegan telah membuat wajahnya lebih cerah dari biasanya. Hari ini, Sachi benar-benar terlihat berbeda. Tidak seperti Sachi biasanya yang cukup sembrono dalam hal penampilan.

"Pokoknya nanti kamu pas datang tinggal duduk aja di meja yang udah dipesan. Kalau dia belum datang, tungguin aja. Dia pasti datang," kata Sheila sambil menata rambut Sachi.

Sachi menghela napas. "Mama kok sampai segitunya, Kak? Dia sama temennya itu joinan mesenin meja dan makanan di restoran hotel bintang lima. Haduh, dia berarti bener-bener mengharapkan kamu cepet-cepet nikah," kata Sachi sambil menatap kakaknya itu melalui cermin rias.

"Nggak tahu lah! Mama kayak gak percaya aja aku bisa nyari cowok sendiri," keluh Sheila.

"Kenapa kamu nggak bilang aja kamu punya pacar? Kalian udah pacaran mau setahun kan? Yaa, walaupun selama itu, kamu belum ngenalin sama aku bahkan," kata Sachi.

"Males ah bilangnya, ntar aja. Tenang aja, nanti aku kenalin ke kamu juga kok! Sebelum ke Mama dan Papa, aku kenalin ke kamu dulu. Pokoknya sekarang aku mengutus kamu dulu nemuin anaknya sahabat Mama itu, ya! Dan ingat apa ya ng sudah kita bicarakan semalam!" Sheila memberi sentuhan akhir di rambut Sachi. "Tuh, udah cantik! Siapa tahu, anaknya sahabat Mama itu malah sukanya sama kamu! Lumayan kan Mama gak kecewa banget nantinya. Huehehe..."

Bibir Sachi menyungging. "Ya kalo aku juga suka dia! Kalo nggak, ya maaf-maaf aja lah!"

Sheila tersenyum. "Iya-iya!" ia menepuk pundak Sachi. "Tunggu aku dandan sebentar ya, nanti keluarnya kita bareng!" kata Sheila dan segera kembali ke kamarnya.

Sachi menatap kakaknya itu keluar kamar. Ia menghembuskan napas dalam lagi. Kalau bukan karena akan diberi laptop, ia tidak akan mau berbuat sejauh ini.

***

Selang setengah jam kemudian, Sheila dan Sachi keluar rumah bersama setelah pamit kepada Mama. Sheila pamit akan menemui undangan pertemuan empat mata yang dibuat Mama, sedangkan Sachi berdalih akan main bersama teman-teman kampusnya.

Keduanya menaiki taksi bersama. Sheila menurunkan Sachi tepat di depan gerbang Hotel Blue Continental, sedangkan ia meneruskan perjalanannya ke tempat pertemuan dengan kekasihnya.

Sesaat setelah turun dari taksi. Sachi menghela napas panjang sembari menatap kemegahan bangunan hotel bintang lima itu. Usai menata napas dan menguatkan hati, ia langsung berjalan menuju salah satu restoran yang ada di dalamnya.

Sachi mengingat-ingat diri bahwa hari ini ia berperan sebagai kakaknya. Setidaknya, ia harus ingat bahwa namanya hari ini adalah Sheila.

Tidak sulit menemukan restoran mewah yang berada di lantai dua gedung hotel itu. Kemewahan restoran itu sudah bisa terlihat sejak sebelum memasukinya.

Meski tidak begitu ramai, tapi pengunjung restoran yang terkesan ekslusif itu terlihat bukan orang-orang sembarangan. Setidaknya mereka harus memiliki gaji bulanan dua digit agar bisa makan di sana. Penampilan mereka juga elegan tapi tetap terkesan mewah. Setidaknya itu yang melintas di pikiran Sachi.

Setiap melihat orang yang ada di sana, mereka semua menenteng barang-barang branded yang sudah pasti sangat mahal.

"Gila Mama sama temennya kenapa sih? Buat apa melakukan pertemuan perjodohan di tempat kayak gini? Hambur-hamburin uang aja. Giliran aku minta dibeliin laptop perhitungan banget!" keluhnya sambil mengamati ruangan restoran itu.

You Are My PuzzleWhere stories live. Discover now