You Are My Puzzle - Chapter 7

14 3 0
                                    

Akhirnya Sachi, Arthur, Bharata, dan Ayudi duduk bersamaan di kafe itu. Meskipun sedikit canggung, tapi itu semua terjadi karena Ayudi yang memaksa mereka bertiga untuk mau duduk bersama-sama setelah perkenalan yang juga tak kalah canggung.

"Kak Arthur?" tanya Ayudi sesaat setelah dirinya dan Bharata masuk ke kafe itu.

Arthur yang terkejut sedikit salah tingkah. "Ayudi?" ia balik bertanya.

Sachi dan Bharata pun ikut tersentak ketika mata mereka saling beradu. Keduanya hanya bisa diam dan bertatapan canggung.

"Kak, ini guru lesku. Kak Arthur!" kata Ayudi kepada Bharata.

"Oh? Ah, halo! Aku Bharata, kakaknya Ayudi," ujar Bharata kemudian.

"Ah, halo! Aku Arthur, guru les gitarnya Ayudi," kata Arthur.

Bharata tersenyum simpul. Ia lalu melirik ke arah Sachi yang masih diam memperhatikannya serta Ayudi disamping Arthur.

"Itu..." Ayudi turut mengikuti pandangan Arthur kepada Sachi.

"Ah, ini Sachi, temanku. Sachi, ini Ayudi, muridku!" kata Arthur kemudian memperkenalkan.

"Ah, iya! Halo, aku Sachi temannya Arthur!" Sachi tersenyum canggung ke arah Ayudi yang berakhir dengan lirikannya kepada Bharata.

"Oh?" Ekspresi Ayudi berubah. Ia refleks melirik Bharata. Rasanya, ia familiar dengan nama yang baru saja disebutkan teman Arthur itu. Bharata langsung melirik Ayudi terkejut. Ia menaikkan alisnya seolah bertanya mengapa.

"Hai, Kak Sachi! Aku Ayudi, muridnya Kak Arthur," katanya mengalihkan.

Sachi tersenyum masih dengan kecanggungannya sambil mengangguk.

"Selagi kita barengan di sini, kita duduk bareng aja yuk, Kak Arthur, Kak Sachi! Gak apa-apa kan, Kak?" Ayudi berinisiatif.

Spontan Bharata langsung menarik jaket adiknya itu. "Nggak usah, kita kan nggak akan lama!" katanya.

Arthur dan Sachi saling pandang. Haruskah mereka menyetujui usulan Ayudi. Sesungguhnya Sachi merasa keberatan karena keberadaan Bharata. Sepertinya, lelaki itu juga demikian.

"Sebentar saja yuk, Kak, sebentaaar!" Ayudi sedikit memaksa kepada Arthur.

"Ah, oke-oke!" Arthur lantas menyetujuinya. Ia melirik Sachi dan Bharata dengan salah tingkah.

Kecanggungan kedua orang itu juga terlihat sangat jelas. Bharata lantas hendak mengikuti Ayudi dan Arthur yang sudah berjalan lebih dahulu ke salah satu meja yang kosong, sedangkan Sachi harus mengorganisir laptopnya terlebih dahulu.

"Kelihatannya kamu sedang meneruskan tulisanmu. Sepenasaran itukah dengan soal tadi siang?" tanya Bharata tiba-tiba saat akan melewatinya.

Sachi mendelik. "Nggak usah intip-intip laptop orang! Aku paling nggak suka, kalau ada orang yang ngelihatin aku lagi kerja!" kata Sachi mengulang kalimat Bharata tempo hari dengan judes.

Bharata mendesis sinis. "Ternyata kau sampai semarah itu, baik!" katanya.

Sachi menyunggingkan bibir. "Kamu juga nggak sanggup kan menuhin syarat dariku?" tantangnya.

"Syaratmu nggak penting, Cuma buang waktu!" ujar Bharata kemudian seraya melanjutkan langkahnya mendekati Ayudi dan Arthur yang sudah duduk di tempat yang dipilih.

Emosi Sachi seketika membara. Bagaimana bisa syaratanya dianggap lelaki itu tak penting? Padahal hanya meminta agar membelikannya segelas kopi dan mengubah deadline tulisannya ke semula.

"Isshh.. aku udah nggak peduli ya, dia tahu umurku lebih tua setahun dari mana. Aku cuma mau dia belikan kopi dan kembalikan deadline ke semula!" dengusnya kemudian.

You Are My PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang