You Are My Puzzle - Chapter 13

10 1 0
                                    


Bharata berjalan menjauh dari coffee shop tempatnya melihat Sachi dan Arthur bersama. Entah mengapa hatinya kalut, padahal ia ingin menyampaikan bantuannya pada Sachi. Namun sepertinya, semesta belum mendukung. Sudah ada tempat berlabuh bagi Sachi untuk menenangkan hati. Ah, tidak, ia menemuinya untuk membantu bukan untuk menjadi tempat berlabuh.

Bharata menghela napas panjang. Sepertinya, ia hanya perlu menelepon Sachi saja. Biarlah itu dilakukan di rumah. Rasanya hari ini ia sudah lelah. Sedang begitu, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Ada nama Arthur di sana. Dahi Bharata berkerut.

"Halo!" sapanya.

"Kayaknya aku tadi lihat kamu, lagi ada di deket coffee shop Bulan kan?" tanyanya.

Bharata langsung menoleh ke arah coffee shop tadi yang sudah ada beberapa meter di belakangnya. "Emangnya kenapa?" ia balik bertanya.

"Ke sini aja, kau mau ketemu Sachi kan? Mau bahas soal masalahnya tadi?" kata Arthur.

"Ah, itu... Nanti saja aku telepon dia," ujar Bharata seperti tak ingin mengganggu.

"Udah ke sini aja! Sekalian temani dia, aku sebentar lagi harus pergi mengajar adikmu."

"Dia masih les gitar? Bukannya sudah selesai?" ekspresi Bharata langsung berubah.

"Sudah, tapi ada les lainnya."

"Les apa?!" Bharata terlihat panik.

"Melukis! Sudah ya, cepat datang ke sini!" katanya dan telepon pun tertutup.

"Hah?! Halo... Halo!" Bharata menghela napas setelah tahu telepon Arthur diputus sepihak. "Apa? Melukis?! Ayudi melukis? Sejak kapan dia mau melukis? Lagi pula, kenapa kalau melukis dia harus les? Aku jago gambar, jago lukis, jago ilustrasi, kenapa dia harus les? Les ke Arthur pula? Kenapa Arthur seperti bisa dalam segala hal?! Eisshh.. menyebalkan!" keluhnya kesal.

Sejurus kemudian, Bharata sudah berada di coffee shop. Sachi dan Arthur memang seperti sedang menunggunya.

"Kamu akhirnya datang juga, kenapa tadi kamu pergi?" tanya Sachi sesaat setelah Bharata datang. Matanya terlihat sembab.

"Oh, aku tidak tahu kamu ada di sini," katanya pura-pura.

Arthur meliriknya seperti tahu bahwa Bharata hanya berpura-pura. "Dia tidak tahu, aku yang melihatnya!" kata Arthur seolah mendukung pernyataan Bharata yang tidak sebenarnya.

"Begitu? Apa Mbak Lia bilang sesuatu?" tanya Sachi kemudian.

Bharata mengangguk. Tanpa berlama-lama, ia pun langsung menceritakan apa yang ia bicarakan dengan Mbak Lia tadi.

"Kamu kenal penulis yang mau jadi ghost writer?" tanya Sachi.

"Enggak ada, tapi aku bisa cari!" katanya percaya diri.

Arthur kembali melirik Bharata, kali ini seperti tak yakin. "Aku akan membantumu!" sahutnya kemudian.

"Tidak perlu, aku bisa mencarinya sendiri!" tolak Bharata.

"Baik, aku juga akan mencarinya sendiri dan merekomendasikannya padamu!" Arthur tak mau kalah.

Sachi melirik kedua lelaki itu, seperti ada yang tidak beres di antara keduanya. Tiba-tiba saja ia ingat, mengapa ia berada bersamaan dengan mereka? Ia refleks menutup mulutnya.

"Kalian kenapa sih? Tidak usah-tidak usah, biar aku saja yang cari sendiri!" kata Sachi kemudian setelah sempat diam beberapa detik.

Bharata dan Arthur melihat Sachi heran. Mereka juga sempat kembali saling lirik.

You Are My PuzzleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang