You Are My Puzzle - Chapter 15

11 2 2
                                    


Sachi tampak sibuk mengetik di kelas kosong yang tidak digunakan perkuliahan siang ini. Ia sedang dikejar deadline. Sejak beberapa hari lalu ia sudah dibaweli Mbak Lia untuk segera mengirim naskah meski deadline sesungguhnya masih sedikit lama. Jika tulisannya sudah selesai, ia juga harus segera mengirimkannya kepada Bharata untuk dibuat ilustrasinya.

Selain itu, ada satu tugas kuliah yang belum sempurna ia kerjakan. Tugas itu harus dikumpulkan besok sehingga hari ini pun mau tak mau ia harus menyelesaikannya. Di tengah kesibukannya itu, pintu ruangan yang bisa menampung puluhan orang itu terbuka. Namun Sachi tak peduli. Pikirannya sudah kadung larut dengan imajinasinya sehingga yang ia lakukan hanya merangkai kata di depan perangkat laptopnya.

Dari balik pintu itu, muncul Arthur dengan sikap perlahan dan hati-hati. Sepertinya, ia tidak mau mengganggu Sachi. Ia tersenyum melihat Sachi yang sangat serius bahkan rambutnya yang diikat juga terlihat sedikit acak-acakan. Ia mengeluarkan kamera analog kesayangannya dari dalam tas dan mengarahkannya pada gadis itu. Ia menjepretnya beberapa kali.

"Berhenti! Aku bisa mendengarnya suara kameramu. Berisik!" protes Sachi kemudian.

Arthur tersenyum lagi. Ia menurunkan kameranya. "Masih lama?" tanyanya.

"Masih. Ini baru cerita, belum tugas," jawab Sachi sambil terus menatap laptopnya.

Arthur perlahan mendekat dan duduk di sampingnya. Ia menghela napas cukup panjang sembari bersandar. Ia lantas memeriksa kameranya tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi. Ruangan itu terasa sunyi, meski ada dua manusia tetapi yang terdengar hanya suara keyboard laptop yang sedang Sachi jamahi. Merasa tak enak, Sachi lantas berhenti sejenak. Ia menoleh ke arah Arthur yang sibuk dengan kameranya sambil tersenyum tipis.

"Kenapa kamu diem aja dan malah senyum-senyum gitu?" tanya Sachi heran. Arthur tak menjawab, senyumnya makin melebar seiring dengan kamera yang terus dilihatnya. Sachi penasaran. Ia lantas ikut melihat gambar di kamera yang membuat Arthur senyum aneh seperti itu.

"Lihat apa sih? Kamu bukan ngetawain foto aku kan? Kamu gak ngambil foto aku kan?" katanya sambil merebut kamera Arthur. "Haaah? Ini foto aku. Haaah.. jelek banget! Hapus ah hapus!" kata Sachi.

Arthur yang masih tertawa panik. "Eh heh? Jangaaan! Enak aja main hapus-hapus!" ia kembali merebut kameranya.

"Gak mauuuu!" protes Sachi.

"Ini tuh gak apa-apa. Jadi jelek karena di zoom, kalo enggak mah gak keliatan," kata Arthur.

"Haaa... berarti emang jelek kan? Ah hapus-hapus!"

"Jangan! Enak aja!" Arthur menghindarkan kameranya dari Sachi. "Udah gak apa-apa, gak akan aku upload ke mana-mana. Aku kirim dulu ke kamu nanti," katanya.

"Gak mau ah! Sini-sini, hapuuusss!" Sachi terus berusaha merebut kamera yang terus dijauhkan Arthur dari jangkauan gadis itu.

Sampai akhirnya, tanpa sengaja tubuh Arthur hilang keseimbangan dan nyaris terjatuh dari kursi yang didudukinya. Namun dengan cekatan Sachi segera menarik tangannya berlawanan hingga tubuh Arthur kembali ke semula. Jika kejadian itu adalah sebuah adegan film, maka sudah pasti akan dibuat sedikit dramatis. Wajah Arthur dan Sachi pun akan di-zoom bergantian karena mereka bertatapan cukup dekat dan dalam waktu yang cukup lama.

Adegan tatapan itu berakhir setelah Sachi membuang muka. Arthur menghela napas dan ikut membuang muka ke arah berlawanan.

"Ya udah, kirim dulu aja fotonya!" kata Sachi kemudian. Arthur hanya menoleh sekilas. Ia kembali melihat kameranya seolah tak ada yang lain yang bisa dilakukannya. "Ah!" Sachi menepuk tangan Arthur.

You Are My PuzzleWhere stories live. Discover now