"Aku gak butuh uang kamu Lan, aku butuh kamu," isak Kirana tak tertahankan. Tidak sekali dua kali, Kirana telah melakukan hal ini bertahun-tahun dengan Dylan tetapi cowok itu terus memperlakukannya seperti ini. Seperti membuangnya.

"Tapi gue cuma butuh tubuh lo Ran, paham?" tukas Dylan melangkah pergi meninggalkan Kirana sendirian.

Kirana berlari mengejar Dylan, cewek itu lantas menggenggam tangan Dylan. "Lo gak bisa lakuin ini sama aku Lan."

Dengan kasar Dylan menghentak tangan dingin Kirana. "Kenyataan gue bisa. Ngerusak lo terus gue tinggalin, mudah kan?"

"Suatu hari nanti kamu pasti butuh aku, Lan!!" pekik Kirana dan Dylan membalasnya dengan senyuman licik.

"Lo bener cowok kayak gue pasti butuh cewek buat dirusak."

***

Clarissa menumpukan tangannya di kedua lututnya, mengambil oksigen sebanyak mungkin untuk mengisi paru-parunya yang terasa sesak. Ia menyapu keringat yang membasahi dahinya seraya menatap pagar besar yang sudah tertutup rapat. Gawat! Clarissa telat! Gerbang sekolah sudah ditutup dan akan dibuka lagi saat jam sekolah telah selesai.

Clarissa merutuki dirinya sendiri ketika mengingat ia sulit dibangunkan di pagi hari. Berulang kali Mamanya memanggil bahkan berteriak tapi nyatanya Clarissa tidak kunjung beranjak dari tempat tidurnya. Jangankan bangun, sekedar  membuka mata saja enggan.

"Aduhh!! Kenapa bisa bangun kesiangan sih, Cla?!" rutuk Clarissa melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 8 yang artinya kegiatan upacara tengah berlangsung.

"Cak?! Cak Roni!!" teriak Clarissa memanggil seorang satpam yang tengah tidur di ruangannya.

"Ishh, Cak Roni bukannya kerja malah tidur," sungut Clarissa. Hancur sudah rencananya untuk meminta Cak Roni membukakan gerbangnya.

Alhasil jadi lah Clarissa berdiri di depan gerbang. Clarissa memandangi sepatunya, tidak tau ingin melakukan apa. Jika masuk ke dalam ia akan diberika hukuman dan jika Clarissa kembali ke rumah Mamanya pasti akan marah. Clarissa menghembuskan napas lesu. Tulang selangkanya lemas.

"Kenapa? Telat?"

Clarissa tersentak ketika sebuah suara menyapa gendang telinganya. Ia mnoleh mendapati Altair beserta motor besarnya sudah berdiri tepat di hadapatnya. Sejak kapan cowok itu berada di sana?

"Kak Atar?"

"Udah dibilang berangkat bareng tapi dengan sombongnya lo nolak," ejek Altair.

"Bukan nolak, Kak, aku pengin berangkat sendiri. Bosen ditempelin sama Kakak mulu," elak Clarissa.

"Dihh, sok jual mahal lo cebol!"

"Kalau jual murah namanya mantan Kak Atar," celetuk Clarissa. Seketika wajah Altair menegang. Ia menegak salivanya gugup.

"Emang lo tau mantan gue?" Dibalas anggukan oleh Clarissa.

"Mpok Mirna, kan? Janda sebelah rumah besar Kakak?" Tawa Clarissa meledak. Ia memukul secara brutal punggung Altair. Bahkan suara renyahnya terdengar jelas.

Altair meringis. "Sakit, cebol!!" Altair mengelus jejak penyiksaan Clarissa dengan pelan. Bocah ini tidak ragu untuk melakukan kekerasan kepadanya.

"Yaa maaf ... lagian muka Kak Atar serius banget. Kayak punya mantan aja," ledek Clarissa menjulurkan lidahnya.

"Udah berani ngejek gue ya?" tantang Altair. Wajah tegangnya sirna begitu saja.

Clarissa menghiraukan perkataan Altair, cewek itu langsung naik ke motor besar Altair tanpa meminta izin terlebih dahulu. Altair menaikkan sebelah alisnya.

"Ngapain lo?"

"Jalan-jalan yuk, Kak. Cla bosen jadi anak baik terus, mau coba bolos sekali-kali," jawab Clarissa mengundang senyum tipis Altair. Senyum itu tidak terlihat karena helm fullface Altair yang menutupinya.

"Semuanya gak gratis."

"Tenang aja nanti sampai rumah Cla bayar," sahut Clarissa.

"Pake vitamin?"

"Vitamin apa?"

"Gue kasih tau nanti," kata Altair penuh arti.

"Tapi Cla gak punya vitamin di rumah. Nanti kita mampir dulu ya ke apotek?"

"Bukan vitamin itu yang gue maksud." Altair membalikkan setengah tubuhnya menghadap Clarissa sehingga wajah keduanya hanya terpaut beberap sentimeter saja.

"Maksud Kakak?"

Tangan Altair mulai merambat ke tengkuk Clarissa. Sepasang matanya menatap lensa gelap milik Clarissa, menguncinya tanpa mau melepaskan sedikit pun. Cowok itu memangkas jarak di antara mereka dengan perlahan membuat atmosfer sekitar menjadi sedikit panas. Sedangkan Clarissa dibuat tak bisa bergerak karena rasa gugup yang mengikatnya.

"This sweet lips," bisik Altair membuat bulu kuduk Clarissa berdiri tegak.

Melihat Altair yang semakin dekat Clarissa hanya bisa menutup matanya. Tak bisa berbuat banyak karena tubuhnya seperti kaku, tak bisa digerakkan sama sekali. Clarissa menahan napasnya.

Hattchim!!

Sedetik kemudian secara tidak sengaja Clarissa bersih, tepat di wajah Altair. Cowok itu menyapu wajahnya, menghilangkan kuah yang berasal dari Clarissa. Secara otomatis Altair menjauhkan wajahnya, menahan emosi yang bergemuruh di dadanya. Sedangkan Clarissa hanya bisa menyengir kuda.

"Clarissa ....," panggil Altair pelan namun seperti alarm bahaya bagi Clarissa.

"Maaf Kak, tadi beneran gak sengaja. Sebenernya aku juga mau kok dicium sama Kakak," ucap Clarissa polos.

Dengan perasaan kesal Altair menghidupkan mesin motornya. Mendiamkan Clarissa yang sibuk merayunya dengan obrolan tak masuk akalnya. Biar saja, Altair akan memberi Clarissa pelajaran yang tak akan pernah dilupakan oleh cewek itu. Sunggu kejadian tadi membuatnya kesal, sedikit lagi ia merasakan vitamin itu tetapi dengan mudahnya Clarissa menggagalkan itu semua.

"Awas lo!" ucap Altair membatin.

.
.
.
.
.
.
HALO GAISS JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMENNYA YA MAAF BARU BISA UPDATE MUEHEHEHE
.
.
.
.
TBC

ToxicWhere stories live. Discover now