5.1 After Story

25 3 11
                                    

Point of View: Alvin

Aku terdiam menikmati embusan angin dari balkon kamarku

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Aku terdiam menikmati embusan angin dari balkon kamarku. Pandanganku terhenti pada dua buah tiket pesawat yang ada di atas meja kerjaku. Tiket pesawat yang akan membawa dua orang menuju Seoul. Tiket pesawat yang tadinya akan menjadi awal perjalananku dengan Luna.

Aku menghela napas. Jadi beginikah akhir dari kisah cintaku? Kalau dipikir – pikir, apakah dulu Luna juga seterpuruk ini saat menjalani kisahnya dengan Nathan? Pantas saja ia sampai memutuskan untuk pergi jauh dari Nathan.

Sudah seminggu dari saat Luna membawa kabar yang menurutnya baik tapi buruk untukku. Sudah seminggu juga aku belum menghubunginya lagi. Karena aku butuh waktu untuk menata hatiku kembali. Walau masih ada yang tertinggal, rasanya aku sedikit demi sedikit sudah mulai merasa lebih baik.

TING!

Suara yang berasal dari hp-ku membuat pandanganku teralih. Sebuah pesan masuk ke dalam hpku.


Larasati Luna

I'm done, Kooo!

Besok ketemu di Café biasa yah!

Jangan lupa bawa hadiahnya :p


Aku tersenyum tipis. Aku segera membalas pesan itu. Menyetujui untuk bertemu dengannya besok. Setelahnya, aku membawa kakiku melangkah menuju meja kerjaku. Aku memasukan tiket tersebut ke dalam sebuah amplop dan memasukannya ke dalam sebuah kotak. Terakhir, aku hias kotak tersebut dengan sebuah pita. Sepertinya ini akan menjadi terakhir kalinya aku membahagiakan gadis itu karena rasa sukaku padanya.

"Gue pinjem dulu pacar lo ya, Bang Galang,"

***

"AH!"

Aku menaruh kasar hpku. Aku merasa pusing sekarang. Kepalaku berdenyut hebat. Aku tau rekan – rekan kerjaku saat ini pasti sedang memperhatikanku. Bagaimana tidak, aku membuat kerusuhan disaat kantorku sedang hening karena fokus dengan kerjaan mereka. Tapi, aku tidak peduli. Yang pasti aku butuh pelampiasan sekarang.

"Masih pagi udah stress aja lo. Nih,"

Kalimat yang terucap dari suara yang sangat aku kenali itu membuatku segera menoleh dengan wajah memelas. Tepat sekali orang ini datang. Aku mengabaikan segelas kopi panas yang orang itu simpan di meja kerjaku.

"Bang, lo kalau kaga mau dikenalin sama perempuan kenalannya Tante, buat gue aja lah," celetukku yang langsung dibalas dengan pukulan di kepalaku.

"Ngaco," seru Bang Reza sambil duduk di kursi sebelahku. Aku merenggut sambil mengusap kepalaku yang tadi dipukul oleh lelaki di sampingku ini.

"Kenapa lagi sih lo? Dapet cewek aneh lagi? Lagian suruh siapa mainan aplikasi dating gitu," ucap Bang Reza.

"Kata sepupu gue temennya berhasil dapet jodohnya di sana. Ya kali aja jodoh gue juga nyasar di sana," celetukku sambil menaruh perhatian pada kopi yang tadi diberikan oleh Bang Reza.

Between You & ITahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon