5 - You, Who I Cherish The Most

32 3 10
                                    

Video credit: TamTam Lyrics

Video credit: TamTam Lyrics

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jakarta, Tahun 2022..

"Ko Apin, ih! Gue ngajak ketemu di sini bukannya mau ngomongin kerjaan ya!" seru perempuan berpipi tembam yang duduk di hadapanku sambil memberenggut.

Aku tertawa. Jika ada yang bertanya padaku, apa makhluk yang paling menggemaskan yang ada di hidupku, jawabannya adalah perempuan di hadapanku ini. Seorang perempuan bernama Larasati Luna.

Luna ini adalah adik tingkatku dulu saat kami masih menempuh pendidikan S1 di Universitas Capella. Sebenarnya kami lahir di tahun yang sama dan dia harusnya satu angkatan denganku. Namun faktanya, ia baru masuk di kampusku satu tahun setelah aku masuk. Oleh karena itu statusnya bukanlah teman seangkatanku, melainkan dia adalah adik tingkatku.

Terima kasih pada jurusan kami yang selalu mengadakan acara besar setiap tahunnya. Karena berkat salah satu projek pada acara itulah yang membuat aku mengenal sosok Luna. Sebuah projek drama lebih tepatnya. Dia menjadi salah satu dari dua orang junior yang harus aku ajari mengenai pembuatan skenario drama karena tahun lalu akulah yang bertugas di posisi ini.

"Namaku Luna. Salam kenal, Ka!" serunya bersemangat saat itu membuatku tersenyum.

Awalnya kami berinteraksi selayaknya kaka tingkat dengan adik tingkatnya. Karena pada saat itu aku tidak mengetahui apapun. Setelah beberapa minggu aku mengenal Luna, barulah aku mulai merasa aneh. Hal ini dikarenakan banyak teman seangkatannya memanggilnya 'Ka Luna' atau 'Ka Una'. Akhirnya aku pun menanyakan hal itu padanya dan fakta bahwa kami seumuran pun terkuak.

"Kalau gitu, berhenti manggil gue 'Ka'. Toh, kita seumuran. Santai aja," ucapku saat itu.

"Oke. Boleh gue-elo-an juga ya?" tanyanya yang aku balas dengan anggukan.

"Eh, tapi gue kebiasaan manggil 'Ka' nih," celetuknya.

"Ya, jangan dong. Gak ikhlas gue dianggep tua sama yang seumuran," ucapku membuatnya terkekeh.

"Gue plesetin deh. Ko Apin, oke? Oke! Gak terima penolakan!" serunya sambil memberikan cengirannya. Aku mendengus namun sedetik kemudian kembali tersenyum melihatnya mulai berceloteh dengan gembira.

Semenjak saat itu, aku dan Luna menjadi sangat dekat layaknya seorang sahabat. Ibuku yang berasal dari Jakarta yang kebetulan rumahnya berada di daerah yang sama dengan Luna membuat kami menjadi semakin dekat lagi. Layaknya bertemu teman lama setelah sekian lamanya.

Satu kata tentang pribadi Luna. Cerewet. Serius, aku tidak bohong. Perempuan itu tidak pernah sekali pun kehilangan topik untuk dibicarakan. Tapi, gak papa. Dia lucu, jadi aku maafkan, hehe. Belum lagi rasanya aku menjadi orang yang beruntung bisa menjadi salah satu orang yang mengetahui banyak hal tentang Luna.

Ah, kembali ke saat ini. Status kami sekarang bukanlah kaka-adik tingkat lagi, melainkan rekan kerja. Hayo siapa yang ngira hubungan selain rekan kerja?! Anyway, setelah lulus kuliah, aku mulai bekerja di salah satu penerbit menjadi seorang editor. Luna ini menjadi salah satu penulis yang menjadi rekan kerjaku.

Between You & IWhere stories live. Discover now