2.1 Behind Story

34 5 0
                                    

Point of View: No One (Orang ketiga)

Safa berjalan menuju ruang ekskul lukis untuk mengambil sebuah kanvas dan beberapa cat dan kuas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Safa berjalan menuju ruang ekskul lukis untuk mengambil sebuah kanvas dan beberapa cat dan kuas. Cakra bilang ada tempat bagus dan enak untuk melukis, membuat Safa berseru kegirangan untuk diantar ke sana. Jadilah besok mereka sepakat untuk pergi ke sana mengingat sekolah pun libur karena tanggal merah. Karena persediaan catnya sudah tinggal sedikit dan kuasnya ia simpan di loker ruang ekskul, Safa memutuskan untuk mengambilnya di ruang ekskul sebelum pulang.

"Oh! Kanvas siapa ini?" ucapnya saat menemukan sebuah kanvas di meja kerjanya.

Safa pergi menghampiri kanvas tersebut untuk melihatnya. Ia terkejut saat melihat kanvas itu sudah tergoreskan beberapa pola membentuk sebuah lukisan. Tebak apa yang terlukis? Dua orang yang tengah terduduk sambil memandang langit malam bertabur bintang. Lukisan itu berhasil membuat sudut bibir Safa tertarik.

Pandangan Safa teralihkan pada sebuah amplop di dekat lukisan itu. Ia pun mengambilnya dan membaca surat itu.


Hai, Ka!

Bagaimana lukisanku? Hehe..

Ini lukisan pertama yang pernah aku buat. Aku tidak mengacaukannya kan, Ka? Karena aku ingin memberikannya padamu. Apa kau bangga memiliki murid sepertiku? Aku harap iya.

Ka Safa pernah bilang padaku kalau kau suka sekali langit malam yang bertabur bintang. Namun sayangnya kota kita terlalu cerah di malam hari sehingga menghalangi mata kita untuk melihat keindahan malam. Jadi di lukisan pertamaku aku ingin melukiskan kesukaanmu itu. Anggap saja itu kau dan Bang Cakra yang tengah menikmati langit malam, hehe.. Kaka mau menyimpannya kan?

Terima kasih sudah mengajarkanku banyak hal, Ka. Terima kasih sudah melukis dengan berbagai warna di 'kanvas putih'ku. Semoga kau berbahagia selalu dengan Bang Cakra.

Muridmu,

Farel


Safa tersenyum membacanya. Ia kembali melihat lukisan Farel dan tersenyum puas. Lukisan Farel benar – benar membuatnya berdecak kagum. Sebenarnya Farel pernah menunjukan lukisan ini padanya untuk ia komentari. Waktu itu menurut Safa lukisan Farel sudah sangat bagus. Tapi lihatlah sekarang. Farel memberikan beberapa detail yang bahkan tidak pernah terpikirkan oleh Safa. Bagaimana bisa ia tidak menyukai lukisan ini?!

Bahkan aku tidak percaya anak itu adalah seorang pemula. Lukisannya terlalu indah untuk seorang pemula yaampun..

***

"Cakra! Tungguin!!" seru Safa sedangkan sang oknum yang dipanggilnya hanya tertawa.

Cakra sengaja berjalan sedikit lebih cepat tadi untuk menggoda pacarnya ini. Ia pun terdiam dan menunggu Safa yang kesulitan untuk menyeimbangi langkahnya karena barang – barang yang ia bawa. Cakra kembali terkekeh saat Safa berhenti tepat di hadapannya dengan wajah kesal.

Setelah mereka berpacaran, tingkah Safa sedikit demi sedikit berubah. Gadis itu jauh lebih ekspresif dari sebelumnya. Cakra tidak merasa itu hal yang menyebalkan, justru ia sangat menyukai Safa yang sekarang. Gadis itu sudah mulai menunjukan dirinya yang sesungguhnya dan bersikap santai.

"Ututuu, sini aku yang bawa," ucap Cakra sambil mengambil alih barang bawaan Safa.

"Daritadi dong," sahut Safa membuat Cakra kembali terkekeh.

"Eh, bukannya tadi kamu bilang cuma mau ambil cat sama kuas aja? Ko bawa kanvas juga?" tanya Cakra sambil menunjuk kanvas yang ada di pelukan Safa.

"Oh, ini? Mau aku bawa pulang, hehe," ucap Safa.

"Yaudah sini aku yang bawa," ucap Cakra sambil mengulurkan tangan untuk mengambil kanvas tersebut. Namun tangannya justru menggantung di udara karena Safa menjauhkan kanvas tersebut.

"Aku aja yang bawa!" ucapnya membuat Cakra mengernyit.

"Yaudah terserah kamu. Yuk, pulang," ucap Cakra kembali melangkah. Kini ia melangkah perlahan menyesuaikan langkah Safa.

"Oh, aku kira kanvas kosong, ternyata udah dilukis. Bagus loh itu, kamu yang lukis?" tanya Cakra. Safa menggeleng.

"Murid kebanggaanku yang lukis. Bagus kaaan?!" seru Safa sambil memamerkan lukisan yang ia pegang. Cakra terkekeh.

"Iyaaaa, Bu Guru," ucapnya sambil mengacak rambut Safa.

Safa mendengus lalu memegang lukisan yang ia bawa dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk merapihkan rambutnya. Setelahnya ia kembali berjalan sambil menyunggingkan senyumannya membuat seseorang yang tengah memperhatikannya dari kejauhan ikut tersenyum kecil.

 Setelahnya ia kembali berjalan sambil menyunggingkan senyumannya membuat seseorang yang tengah memperhatikannya dari kejauhan ikut tersenyum kecil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Author's note:

Dengan ini, kisah Farel dan Safa yang diperankan oleh Dino dan Umji berakhir :)

Yaps, ini adalah cerita dari pasangan baru hehe buat kalian pembaca lama mungkin bakal ngeh kalau sebelum revisi chapter ini gaada. So how is it, peeps?!

Aku rasa kisah tentang cinta pertama yang tidak berhasil ini merupakan kisah yang familiar juga. Walaupun mungkin di luar sana juga banyak yang kisah dengan cinta pertamanya berhasil sih. Bagaimana dengan kalian? Apakah kisah cinta pertama kalian berhasil atau justru seperti Farel?

Apapun hasilnya, aku harap kalian tetap menjalani hidup dengan bahagia yaaa~

Terima kasih sudah mengikuti kisah ini♥

Between You & IWhere stories live. Discover now