6.1 Behind & After Story

60 15 2
                                    

Point of View: Adrian

Aku sangat senang karena hari ini karena aku dan keluargaku akan pindah ke rumah baru

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku sangat senang karena hari ini karena aku dan keluargaku akan pindah ke rumah baru. Kata Bunda, rumahnya dekat dengan sekolah dan tempat les menyanyiku, sehingga aku tidak perlu kerepotan dan takut akan terlambat lagi. Namun di saat yang bersamaan aku pun gugup, apakah kami akan diterima dengan baik di sana?

"Sinta, ayo kenalan dulu sama Adrian. Ko ngumpet sih?" kata bibi yang rumahnya berada di sebelah rumah baru kami.

Aku menoleh melihat seorang anak perempuan yang bersembunyi di belakang bibi itu. Ia terlihat penasaran pada keluargaku tapi sepertinya takut juga. Aku terkekeh. Teringat akan lollipop yang diberikan kakek untukku, aku segera mengambilnya dan berjalan menuju anak itu.

"Aku Adrian Darmawangsa. Mari berteman!"

***

"Itu apa?"

Aku terkejut saat mendengar suara itu. Aku segera menoleh dan menemukan Sinta berdiri di sampingku dengan mata yang berbinar dan tangan yang menunjuk kalimba yang sedang aku pegang. Aku terkekeh melihatnya. Ternyata perempuan ini penuh semangat. Tidak sependiam dan pemalu seperti yang aku kira.

"Ini? Kalimba. Kau mau mendengarkan aku bermain?" tanyaku yang langsung disambut dengan anggukannya. Ah, menggemaskan sekali!

"Ayo duduk. Dengarkan permainan dan nyanyianku ya!"

Hari itu, untuk pertama kalinya aku bernyanyi untuk seseorang selain keluargaku. Matanya yang bersinar dan wajahnya yang menunjukan kekaguman membuatku bangga. Aku menjadi sangat bersemangat untuk semakin mengasah kemampuanku.

Mulai hari itu, aku menemukan sumber semangatku.

***

Aku terkejut saat mendengar Sinta memanggilku dengan kencang. Padahal aku baru saja turun dari mobil guru lesku yang mengantarku setelah lomba menyanyi. Aku menoleh dan mendapatinya berlari ke arahku. Sepertinya ia baru pulang juga.

"Jangan lari – lari, nanti jatuh," sahutku yang hanya dibalas cengiran olehnya. Aku menghela nafas dan tersenyum.

"Kaka keren banget tadi! Aku mau jadi kaya Kaka cantik yang tadi bareng Kaka!" serunya membuatku mengernyit.

"Kaka cantik?"

"Iyaaa! Kaka yang main piano. Aku mau belajar main piano biar bisa nemenin Kaka di panggung!" serunya sambil tersenyum hingga matanya menghilang. Aku terkesiap. Aku merasa ada suatu yang hangat mengalir dalam tubuhku. Aku tersenyum dan mengangguk untuk membalasnya.

"Aku tunggu,"

***

"Yan! Cipta tadi ngabarin gue dia harus pergi, neneknya meninggal!"

Kabar itu membuatku panik. Aku harus tampil beberapa jam lagi tapi Cipta yang harusnya mengiringi ku secara mendadak tidak bisa hadir. Aku berpikir keras, bagaimana caranya aku bisa tampil? Kami tidak menyiapkan berkas instrumen lagu yang akan aku bawakan, jadi tidak bisa diganti dengan hanya aku yang tampil di panggung.

Between You & IWhere stories live. Discover now