"Tujuan dia kabur ngapain sih! Sudah tau pernikahan di depan mata malah buat ulah. This is not Salhiera, ini bukan dia banget." Bang Hanafi juga terlihat frustasi dengan kelakuan adiknya itu.

Salmiera mengeluarkan ponselnya dan mencoba untuk menghubungi kembarannya tersebut. "Percuma Dek, semua sudah Kak Nifa coba tadi. Bahkan dia nggak bawa mobilnya." Ucap Kak Hanifa memberitahu.

"Sudah cek CCTV? Kita bisa tahu dia pergi jam berapa dan naik apa? Nggak bawa mobil, kan dia?" Tanya Salmiera dan semua orang langsung saling menatap satu sama lain.

Bang Hanafi langsung berlari menuju ruang pusat CCTV yang ada di rumah, dan disusul yang lain.

Setelah mereka semua mengecek CCTV di rumah, mereka dibuat tambah frustasi lagi, pasalnya Salhiera ternyata sudah memikirkan ini, dia mematikan bagian-bagian CCTV yang akan dia lewati agar dirinya tak terdeteksi pergi dari jam berapa dan bagaimana.

Satpam dan seluruh orang-orang yang bekerja di rumah pun juga tak ada yang menyadari bahwa salah satu putri atasan mereka pergi, pergi dalam artian kabur.

"Astaga gue lupa Salhiera akan berpikir dua kali lebih maju dari pada gue, dia yang paling pintar di antara kita." Salmiera tersenyum miris menggelengkan kepalanya pertanda sudah sangat frustasi, bagaimana dia lupa kalau kembarannya itu lebih pintar darinya.

Ayah menghembuskan nafas, lalu berbicara, "Kita harus mencari Salhiera, tapi terlebih dahulu kita harus memberitahu kabar ini ke keluarga Malik." Ucap Ayah final.

Ayah segera memanggil keluarga calon suami dari Salhiera, bagaimanapun mereka harus tau mengenai hal ini karena pernikahan tinggal di depan mata.

Rombongan keluarga Malik pun akhirnya datang, terdapat sepasang suami istri dan satu orang anak laki-laki, yang dipastikan itu adalah calon suami dari Salhiera.

Salmiera menatap kedatangan keluarga dari calon suami kembarannya, lalu dia menatap Bunda yang berada di tengah Salmiera dan Kak Hanifa, lalu Ayah yang berada di sebelah Bang Hanafi. Wajah Ayah tampak tenang, sedangkan Bunda sangat terlihat wajah cemas terukir di sana. Salmiera menggenggam erat tangan Bundannya, menyalurkan kekuatan agar Bunda sedikit lebih tenang.

"Ada apa ya Om Husein tiba-tiba manggil kami sekeluarga untuk datang." Calon suami Salhiera yang pertama mengeluarkan suaranya.

Ayah menghembuskan nafas sebelum berbicara, "Jadi begini, Lik, Ra, maksud aku mengundang kalian datang ke rumah ingin memberitahu kabar buruk."

Raut wajah mereka yang tadinya cerah dan sumringah tiba-tiba luntur karena ucapan Ayah Salmiera.

"Salhiera kabur." Dua kata yang dikeluarkan Ayah sukses membuat mereka terkejut, apalagi calon suami. Salhiera.

"Kabur gimana ya Bang Husein? Bisa diperjelas maksudnya?" Ucap lembut ibu dari calon suami Salhiera.

"Salhiera pergi tadi pagi Ra, dia meninggalkan surat ini." Bunda mengeluarkan surat yang langsung diambil oleh Ronald, "Kami baru tahu tadi, aku juga nggak tahu kenapa Salhiera begini, aku minta maaf." Sambung Bunda yang langsung mengambil tangan Ibu dari calon suami Salhiera, Ronald.

Salmiera melihat ekspresi wajah dari calon suami kembarannya tersebut, Ronald hanya mengangkat alisnya dan mengerutkan dahinya saat membaca surat dari Salhiera.

"Masih bisa kita cari kan, Om? Aku yakin pergerakan Salhiera gak akan jauh karena dia pergi baru hari ini," ucap Ronald optimis.

Ayah mengangguk, "Iya masih bisa kita cari."

"Kalau belum ditemukan sampai hari pernikahan bagaimana? Dibatalkan? Nggak lucu sekali Hus. Sebagian undangan sudah kami sebar ke beberapa keluarga besar kami." Ayah dari Ronald, Malik angkat bicara.

"Iya, kami juga sudah menyebar undangan ke beberapa keluarga. Aku tahu Lik, kamu pasti memikirkan nama baik keluarga kita, kan? Ini yang sedang aku pikirkan sejak tadi, jika Salhiera belum ketemu hingga hari pernikahan tiba." Ayah memberhentikan ucapannya lalu melihat ke arah istri dan anak-anaknya.

"Salmiera bisa menggantikan." Ucapan Ayah sukses membuat semua orang terkejut, terutama Salmiera, dia langsung berdiri.

"Nggak bisa gini dong, Yah!" Emosi Salmiera sepertinya sudah naik.

"Om bercanda, bagaimana mungkin Om mempertaruhkan anak Om yang lain, egois Om. Nggak Om, saya akan cari Salhiera sampai dapat sebelum hari pernikahan kami." Ronald juga angkat bicara tentang keputusan Ayah Husein, lalu melihat ke arah kembaran calon istrinya.

"Ronald, Salmiera, itu adalah opsi terakhir Nak, kita masih bisa mencari Salhiera. Lagian kalaupun itu menjadi opsi terakhir kita, Ibu rasa itu keputusan yang benar adanya, Salmiera dan Salhiera kembar dan sama-sama anaknya Om Husein dan Tante Shafiyya kan?" Ronald langsung menatap sang Ibu dan menggelengkan kepalanya

Sedangkan, Bunda langsung menggapai tangan Salmiera dan melihat ke arah mata sang putri.

"Salmiera ini opsi terakhir kok Nak." Salmiera tak suka cara Bunda menatap matanya, seperti tersirat Bunda memohon.

"Salhiera kenapa lo membuat segalanya jadi rumit dan membuat semua orang bingung. Dan kenapa harus gue ikut terseret ke dalamnya." Salmiera bermonolog dalam batinnya, terdapat kekecewaan yang berkali lipat pada kembarannya tersebut, akibat dari kaburnya membuat Salmiera ikut terseret semakin jauh.

Hallo! Terima kasih karena sudah membaca cerita ini.

Gimana part ini? Semoga pada suka yaaa.

Segala hal dalam cerita ini hanya fiktif belaka yang dibuat untuk menyalurkan ide buah pikiran. Dimohon untuk tidak membawa ke luar dan dianggap serius!

Kritik dan saran yang membangun sangat terbuka di kolom komentar.

Kesalahan penulisan yang tidak sesuai dengan EYD dan KBBI mohon dimaafkan.

Salam hangat dari Penulis

Makassar, 2023







Pengganti  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang