"Seren, kamu free tanggal 12 nanti?" Jordan baru bersuara setelah makanan yang mereka pesan tersaji di meja, tidak dipindahkan ke piring agar mengurangi cucian yang sering membuat jengkel.

Serenade mengingat-ingat tanggal yang disebutkan, lalu menggeleng pelan. "Tanggal segitu nggak ada jadwal ngerias pengantin. Jadi, aku bakal di studio seharian."

Jordan tersenyum lebar. "Good. Disty mau pake jasa kamu buat dirias. Katanya buat acara ulang tahun brand yang jadiin dia model. Kamu bisa, 'kan?"

Ada banyak kata seharusnya ketika Jordan mengungkit Disty yang ingin menyewa jasanya saat makan malam berlangsungㅡdan Disty memang tahu Serenade adalah MUA karena diberi tahu Jordan saat makan siang tempo hari. Seharusnya Jordan tidak membicarakan Disty, seharusnya Disty tidak menghubungi Jordan, seharusnya Serenade marah nama itu tetap ada di antara mereka, dan seharusnya Serenade menolak kala paham arti tatapan suaminya yang penuh harap agar Disty bisa dibantu.

Andai saja sejak awal Serenade bohong terkait jadwalnya, Jordan tidak akan melanjutkan permintaan itu. Di sisi lain, Serenade pun berperang dengan prinsipnya untuk tidak menolak klien kecuali klien itu menyusahkan. Disty kelihatannya bukan orang yang menyusahkan, maka tidak sepatutnya Serenade menolak agar dia tetap profesional. Akhirnya Serenade mengangguk setelah lama membuat pertimbangan, meski dengan hati berat karena sebenarnya tidak mau menerima Disty di studionya.

"Oke. Atur jamnya aja."

Jordan makin melebarkan senyum dan mata beningnya kian berbinar kala mengucapkan terima kasih, lalu menghubungi Disty melalui pesan untuk memberi tahu bahwa Serenade menerima job-nya.

"Kamu ... deket banget sama Disty. Deketnya juga kayak agak beda dibanding sama Laura."

"Soalnya aku sama Disty pernah dijodohin, Seren. Kebetulan dia yang paling deket sama aku."

Fakta terbaru yang Jordan katakan dengan rahang entengnya, menjadi jawaban kebingungan Serenade mengapa mereka bisa sedekat nadi meski sudah lama tidak bersua. Sayangnya fakta itu tidak menyenangkan di rungu, malah makin memperburuk suasana hati Serenade yang sempat mengira hanya dialah perempuan terdekat Jordan ketika masa perjodohan. Rupanya ada yang lain dan membuat posisi Serenade terancam.

"Kenapa nggak jadi sama dia?"

Di saat suasananya memburuk pun, rasa ingin tahu Serenade masih tinggi. Dia ingin memastikan apakah Disty memang ancaman atau orang biasa yang bisa Serenade jadikan teman. Namun, melihat tatapan Jordan melembut, Serenade tidak yakin opsi kedua itu terjadi.

"Ada sesuatu yang bikin kami nggak cocok. Sama kayak beberapa perempuan lain yang nggak nemu sepakat juga."

Serenade mengangguk perlahan, masih saja meluapkan kalimat yang seharusnya dia tanam saja di lidah. "Aku ... pilihan keberapa?"

Jordan yang awalnya menatap makanan di meja, perlahan mengangkat pandang dan menjawab, "Kamu pilihan terakhir, Seren. Enggak ada perempuan lain lagi setelah kita nikah."

Jawaban yang masuk akal, tetapi belum memuaskan Serenade yang masih dipenuhi keganjilan di dada.

"Kalau Disty? Dia pilihan keberapa?"

Terkutuklah Serenade karena sudah menanyakan hal sensitif yang tidak patut dikeluarkan demi menyelamatkan hati dari fakta lain. Sayang, sudah terlambat untuk menarik, sebab Jordan telanjur menunduk dan tatapan matanya menghangat kala mengingat sosok yang sedang jauh. Serenade pejamkan mata dan berharap rungunya menuli seketika agar dia tidak mendengar apa-apa. Sialnya Serenade tidak bisa berbuat apa-apa ketika satu jawaban mengudara dan memupuskan segala keindahan rumah tangga yang hanya bertahan sementara.

EvanescentWhere stories live. Discover now