Way Of Life 26 🏹

18 2 2
                                    

🌿🌿🌿🌿🌿🌿

Pagi ini tak banyak yang dilakukan Revan, ia hanya berjoging mengelilingi komplek perumahannya. Ia berlari dengan santai sembari menikmati musik ditelinganya, karena hari ini adalah hari liburnya jadi dia memanfaatkannya untuk berolah raga.

Musik yang sedari tadi ia dengar kini berubah menjadi dering sebuah telfon, ia mengernyitkan kening kala tak mengenal siapa penelfon tersebut.

"Halo? Benarkah ini Andrirevan keluarga dari saudara Xander?" Ucap seseorang dari sebrang sana.

"Iyah."

"Kami dari kepolisian, kami meminta anda untuk datang pagi ini."

"Saya akan datang."

"Terimakasih atas kerjasama anda."

Revan mematikan sambungan telfonnya, ia melihat jam ditangannya dan melanjutkan aktifitasnya yang sempat tertunda.

Setelah menerima panggilan dari kepolisian tadi, kini Revan sudah berada di kantor kepolisian. Ia masuk kedalam dan seorang polisi penjaga mengarahkannya keruangan kantor kepala sipir, Revan duduk di sofa yang di titahkan.

Tak lama kepala sipir datang dengan Xander, tahanan setahun lalu yang juga merupakan ayah kandungnya. Revan menatap dingin Xander, ia masih menyimpan dendam terhadapnya.

"Silahkan kalian berbicara, saya akan menunggu diluar." Ucap kepala sipir.

"Menjadi budak pembunuh adalah tugas kepala sipir?" Ujar Revan seraya tersenyum sinis.

Tanpa menghiraukan ucapan Revan, kepala siprlir tersebut pergi. Xander kini menatap putranya yang masih sangat membencinya, ia menuangkan teh pada cangkir Revan.

"Lama tidak bertemu nak?" Sapanya namun Revan masih enggan untuk menjawab.

"Apa yang membuatmu tidak pernah mengunjungi ayah? Apa harus ayah memanggilmu seperti ini?" Tanyanya.

"Ayah siapa yang anda maksud?"

"Revan dengarkan ayah."

"Rupanya kekuasaan anda sangat besar, bahkan kepala sipir pun tunduk pada tahanan seperti anda." Sinisnya.

"Ayah senang kamu datang, ada hal yang seharusnya ayah berikan padamu. Tidak masalah kamu membenci ayah, tapi seharusnya yang kamu benci adalah gadis itu."

"Anda tidak menyesal telah menghancurkan kebahagiaan saya, impian saya?!"

"Revan, masih banyak gadis lain diluar sana tanpa harus dia. Gegara dia kamu terpisah dari ayah dan ibu, bahkan ibu kamu pergi karena menyelamatkan kamu."

"Ayah mohon Revan sadarlah, setelah ayah bebas dari sini kita akan hidup bahagia Revan." Lanjutnya berusaha meyakinkan putranya.

"Kebahagiaan seperti apa yang anda bicarakan?" Tanyanya.

"Kebahagiaan hidup dalam bayang bayang putra pembunuh? Siapa yang akan mau hmm?" Lanjut Revan.

"Bukankah kekasihmu juga seorang pembunuh? Bahagia kah kamu?" Diam Revan tidak bisa melawan, kenyataannya memang benar Lexa adalah pembunuh.

Way Of LifeWhere stories live. Discover now