Way Of Life 23 🏹

29 1 2
                                    

Happy Reading️♣️
.
.
.
.
.
.
.

¤¤¤¤¤¤¤

"Iyah nona, dokter ahli kardiotraks."

"Berarti dia bisa menyelamatkan kalian jika tertembak disini." Ucapnya seraya tertawa, dan hal itu membuat semua orang merasa takut.

"Baiklah kalau begitu aku yang akan menemuinya." Ucapnya.

Lexa mengambil senjatanya, ia mengarahkan senjatanya kearah beberapa orang itu berdiri. Lexa membuang putung rokoknya, kini tangannya sudah siap untuk menekan pelatuknya, targetnya bahkan sudah terkunci. Semua orang disana merasa ketakutan, para perempuan saling merangkul satu sama lain untuk meredam takutnya.

"1, 2."

Dor!

Lexa berdiri dan datang menghampiri korbannya, ia melihat korbannya yang sedang kesakitan. Ia sengaja menembak korbannya tepat dibagian kaki, karena ia akan mengintrogasinya nanti.

"Apa kalian gak mau buka mata?" Titah Lexa saat melihat semua pelayan dan bodyguardnya masih ketakutan.

Mereka bernafas lega karena masih hidup,bahkan tidak ada yang terluka. Mereka membalikkan badan dan menemukan seorang pria bertopeng tengah terkapar dengan luka tembakan dikaki, Akhirnya mereka bisa bernafas lega.

"Jika masih ingin disini siapkan saya makan, dan bawa pria ini kegudang belakang mansion." Ucapnya dan pergi masuk kedalam mansion.

Saat akan memakan bubur buatan Revan tadi, ia tidak sengaja menemukan ssbuah kertas kecil didalam mangkuk. Kertas tersebut bertuliskan bahwa ada penyusup di mansion, maka ia harus menyusun rencana cepat.

Target Lexa memang bukan para pelayannya, melainkan seseorang yang selalu memperhatikan pergerakannya. Ia sengaja membuat drama agar rencananya tidak diketahui oleh orang tersebut, dam jika orang terssbut sudah lengah akan dramanya maka ia mulai menyerang.

Para pelayan telah mempersiapkan berbagai makanan khas Italia, bahkan salah satu dari pelayan tersebut adalah chef ternama. Lexa mengambil kursi dan duduk untuk menikmati masakan itu, para pelayan yang menyajikan makanan sedikit was was pada Lexa.

"Jika ingin melayani saya kalian harus terbiasa dengan aktifitas saya."

"Baik nona."

Lexa menyantap makanannya dengan tenang, karena hari ini dia sangat lapar. Sepertinya dia harus menyesuaikan masakan Indonesia lagi kali ini, ia tidak suka makanan yang pedas.

Saat menikmati desert Lintang menelfonnya, ia membuka ponselnya dan mengangkat telfon tersebut.

"Jadi malam ini?"

"Hmm, tapi untuk ketemu saja."

"Kapan akan melakukannya?"

"Secepatnya."

"Baiklah aku akan ikut, oh ya sedang apa kau kemarin dengan Revan?"

"Apa?"

"Semalam aku menelfonmu, apa dia tidak mengatakan sesuatu? "

Way Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang