Way Of Life 22 🏹

37 3 0
                                    

♣Happy Reading️♣️
.
.
.
.
.
.
.

¤¤¤¤¤¤¤

Malam ini Lexa tengah menyusun rencana untuk membunuh Januar, ia harus memikirkan cara agar bisa masuk melewati penjara. Tapi bisakah dia menyusup diam-diam? Sebuah apel ditangannya menjadi teman kala ia berfikir, ia pergi menuju ruang sejata dibawah tanah.

Ia menemukan sebuah pisau kecil namun sangat tajam, ia mencoba menggoreskannya pada lengannya. Ekpresi wajahnya masih datar seakan tidak merasakan apapun yang menembus kulitnya, darah berwarna merah segar keluar dari tangannya.

"Masih bagus rupanya." Pujinya dan menaruh kembali pisau tersebut.

Drt!  Drt!

Lexa mengambil telfonya yang berada disaku, ia mengernyit karena ada nomor baru yang menelfonnya.

"Aku didepan."

Lexa segera naik keatas, siapa yang bisa bertamu ke mansionnya. Setahunya tidak ada seorangpun yang tahu mansion ini kecuali keluarganya dan bodyguard penjaga.

Ia berjalan kearah pintu tanpa merasa bahwa sedari tadi tangannya terus mengeluarkan darah segar, dan menetes sepanjang ia berjalan. Saat membuka pintu hal pertama yang ia lihat adalah seorang lelaki yang tadi siang mengklaim dirinya sebagai miliknya, Andrirevan Putra Mahardika nama lelaki tersebut.

"Lo?!"

Revan melihat wajah terkejut Lexa dan ia sudah menduganya sejak awal, namun yang menjadi fokusnya sekarang adalah tangannya yang berlumur darah. Ia segera menarik Lexa agar duduk disofa, ia juga meminta tolong pada pelayan untuk mengambilkan kotak obat.

"Lepasin tangan gua."

"Suka nyakitin diri sendiri hmm?" Tanya Revan dengan nada dingin.

"Bukan urusan lo."

"Urusan aku karena kamu milik aku."

"Gua belom setuju."

"Apa aku minta?" Diam Lexa hanya bisa terdiam, ia melihat Revan yang dengan telaten mengobati lukanya. Padahal ini luka kecil, ia bahkan sering mendapat luka besar.

"Sakit?" Tanyanya lembut, seakan tersihir Lexa hanya bisa menggeleng.

"Lepas."

"Lain kali jangan dicoba ditangan, sekalian dileher ya sayang?" Ucap Revan, sedangkan Lexa berlalu pergi meninggalkan Revan diruang tamu sendiri.

"Jantung gua kumat lagi kah ya?" Gumamnya dan pergi mengambil air, setelahnya ia pergi menonton tv, ia tidak perduli bahwa Revan masih disini melihat semua pergerakannya.

Revan berjalan mendekat kearah Lexa, ia langsung berbaring disofa dan menjadikan paha Lexa sebagai bantal.

"Lo ngapain sih?!" Lexa yang merasa risih pun berusaha menyingkirkan kepala Revan, namun pergerakannya dihentikan oleh nya.

"10 menit, aku ngantuk belum tidur dari kemaren." Ucapnya.

Lexa berdehem dan membiarkan Revan tidur dipangkuannya, sepertinya lelaki itu memang kelelahan. Revan menarik tangan Lexa dan menaruhnya diatas kepalanya.

Way Of LifeWhere stories live. Discover now