BAB 18 : LUKA ANGKASA

164 11 0
                                    

Angkasa dan Dipta Nampak khawatir dan takut saat mendapati Varend memasuki ruang UGD. Mereka yang duduk bersebrangan dengan Bintang sangat terlihat lebih was-was ketimbang Bintang. Bintang khawatir Varend masuk UGD karena habis di tonjok siswa songong tadi. Ia khawatir Varend kenapa-napa. Bukan tanpa alasan ia khawatir pada saudara Angaksa tersebut. Varend di tinju cowok sialan itu karena melindunginya, melindungi Dipta yang berantem dengan cowok bengis itu.

“Varend pasti kuat kok.” Dipta menenangkan Angkasa, seraya mengusap pundak Angkasa dengan tenang.

Angkasa sudah menghubungi Nenek dan tante Alma. Bagaimanapun ia harus menelpon Ibunya Varend supaya Varend bisa ditemani Ibunya jikalau ada apa-apa. Ia juga ingin meminta maaf pada tante Alma karena memposisikan Varend di situasi seperti ini.

Dari kejauhan terlihat Nenek, tante Alma dan Davira datang dengan tergopoh. Nenek dan tante Davira sedikit berlari menghampiri Angkasa yang tengah duduk disana. Sementara Davira ia hanya berjalan santai namun tidak dengan wajahnya yang penuh dengan dendam dan amarah. Wajahnya memerah bak menahan gejolak api yang ingin segera menyembur keluar.

“Tante.. maafin Angkasa tante, gara-gara Angkasa Varend jadi masuk rumah sakit tante. Angkasa benar-benar minta maaf tante.” Ucap Angkasa berlutut.

“Nggak tante, ini bukan salah Angkasa, bangun lo Sa, ini bukan salah lo.” Kata Varend mencoba membangunkan Angkasa.

“Kenapa Mas? Apa yang terjadi?” Tanya Nenek ikut panik.

“Ini semua karena saya Bu. Varend membantu saya dari cowok-cowok yang bully saya di sekolah, Varend berantem di sekolah untuk melindungi saya. Maaf bu, saya tidak tahu akan seperti ini.” Ucap Bintang menangis. Tante Alma yang mendapat penjelasan dari Bintang lalu merangkul dan memeluknya. Tidak dengan Angkasa.

Davira yang baru saja tiba lantas menarik Angkasa, memaksanya untuk berdiri. Angkasa yang ditarik Davira untuk berdiri lalu berdiri dengan sigap. Davira menarik Angkasa beberapa Langkah dan-

BUGHHH!!!!!

Davira menampar Angkasa dengan tas yang ia pegang. Ya! Kalian tidak salah dengar, perempuan itu menampar, bahkan memukul kepala Angkasa dengan tas kulit beralaskan besi itu. Angkasa lalu tersungkur mendapat hantaman dari Davira.

Semua orang yang ada disana tentu terkejut dengan perlakuan Davira yang diluar akal sehat itu.

“Cukup Davira.” Teriak Nenek.

Namun tampaknya Davira tidak sama sekali memperdulikan Nenek, ia tetap dengan jiwanya yang bebal. Ia lantas mencengkram pipi Angkasa lalu memelototinya.

“Sudah saya ingatkan berkali-kali, JANGAN PERNAH MEMBUAT MASALAH!! KELAHIRAN KAMU KE DUNIA SUDAH MENJADI MALAPETAKA UNTUK SAYA!! JADI BERHENTI BERULAH DAN MENJADI IBLIS PEMBUNUH SAYA!! KAMU MAU BUAT SAYA MATI CEPAT?! HAH?!!!!!” Kata Davira dengan lantang.

Angkasa hanya terdiam, walau kepalanya dibuat menengadah, namun matanya tetap tertutup untuk menunjukan rasa hormatnya pada Ibunya itu.

“Maaf mah.” Kata Angkasa takut.

“ANAK HARRRAMM!!” Davira lagi-lagi menampar Angkasa. Namun kali ini tamparan itu di tepis oleh Nenek. Nenek langsung memeluk Angkasa dan mendorong Davira.

“Cukup davira, kamu tidak berhak menyentuh apalagi menyakiti Angkasa. Dia cucu saya, dia anak baik, dia anak yang tidak pernah buat keonaran sedikitpun.”

Davira terkekeh mendengar pembelaan ibunya untuk Angkasa.

“Bagus bu, bagus!! Supaya anak ini lebih tahu diri dan tahu posisi bagaimana menjadi anak yang baik?! Bukankah ini yang kamu harapkan angkasa? Mendapat perhatian dan pendidikan dari seorang ibu? Hah?!!! Ini cara saya mendidik anak!!!” Ucap Davira lalu berbalik meninggalkan Angkasa dan yang lainnya.

“Ini bukan salah angkasa tante, ini hanya kesalahpahaman, justru Angkasa yang menyelesaikan kesalahpahaman ini, Bintang di bully di sekolah, Varend membela siswa yang bully Bintang, Varend sama aku berantem, sampe akhirnya Angkasa datang dan memisahkan kita dari perkelahian itu tante.” Dipta membuka suara.
Davira balik badan, ia menatap setiap orang yang ada disana terutama Angkasa.

“Cukup Dipta, terimakasih atas klarifikasi kamu, tapi fakta menyatakan Varend kini berbaring di UGD atas tingkah Angkasa yang brandal itu. Tante mohon kamu tidak perlu lagi membela Angkasa. Dia tidak perlu pembela, biarkan dia membela hidupnya dan bertahan sampe mati.”

Semua orang cuma melongo, Davira kemudian benar-benar pergi. Sementara Angkasa dia diajak duduk berdampingan dengan Nenek. Sontak Nenenk terkejut saat melihat baju Angkasa basah oleh darah segar. Saat Nenek melihat sumber darah itu, betapa terkejutnya Nenek saat mengetahui bahwa darah yang mengalir itu bersumber dari kepala Angkasa bagian belakang. Kepalanya berdarah, sepertinya bocor karena terkena besi pengangga tas perempuan sundal itu.

“Ya Tuhan.. kamu berdarah sayang.” Ucap Nenek panik.

“Tidak apa-apa Nek, cuma bocor aja kayaknya.” Kata Angkasa singkat.

Semua orang yang ada disana langsung mencari suster, Bintang lalu menghampiri Angkasa yang bersandar di pundak Nenek yang juga memegangi kepalanya agar mencegah kepalanya terus mengeluarkan darah.

“Alma dokter Alma.” Perintah Nenek.

“Sa.. Angkasa?” Panggil Bintang khawatir.

“Jangan kemana-mana ya Bintang, disini aja.” Kata Angkasa lemah mengusap rambut Bintang dan-

Angkasa terjatuh di lantai, Nenek dan Bintang berusaha membangunkan Angkasa. Bintang menangis melihat Angkasa terkapar dengan banyak darah di kepalanya. Ia tahu ia sangat bodoh dan konyol, bisa-bisanya ia menangis dalam keadaan seperti ini. Tapi apalah daya? Air matanya datang di saat yang sangat tidak tepat.

“Angkasa? Gue mulai memahami perasaan lo Sa. Gue paham betapa berat dan perihnya jalan hidup yang lo lalui. Ini yang gue lihat, bagaimana kepahitan yang lo lalui sebelumnya Sa? Gue ada dsiini Sa, sampai kapanpun gue ada disini buat lo. Gue nggak akan kemana-mana Sa, satu Langkah pun gue nggak akan pergi ninggalin lo.” Batin Bintang menjerit.

“Apa ini yang menyebabkan Angkasa takut dansama sekali hilang kepercayaan kepada perempuan!? Bahkan ibunya, perempuan yang harusnya menjadi orang terdekat dalam hidupnya saja ternyata dengan jelas memberikan luka hebat untuk Angkasa.”

***

MENYELAMI ANGKASA [TELAH TERBIT DI LOVRINZ]Där berättelser lever. Upptäck nu