BAB 9 : TAMU BARU

147 14 0
                                    

Disclaimer

[Agar membaca bab ini sendirian pada malam hari]

[Agar tidak marah-marah atau ngedumel ke author setelah membaca bab ini]

[Ayo tebak!!! Kira-kira tokoh baru di bab ini akan jadi seperti apa yaa untuk kisah Angkasa? Hehehe]

[Enjoy reading!! ><]

***

Suara deruman Lamborgini Huracan keluaran teranyar milik Angkasa menepi di garasi rumah mewah Davira. Mendengar kedatangan seseorang, Bima berjalan kearah jendela dan melihat putra sambungnya telah sampai disini.

"Assalamualaikum." Sapa Angkasa saat memasuki rumah mewah tiga lantai tersebut.

''Waaalaikumussalam.''

Di ruangan depan itu ada Davira yang sedang duduk menggunakan dress berwarna hitam dengan heels yang senada, sementara di sofa sampingnya ada seorang perempuan berumur tidak jauh beda dari Angkasa tampaknya. Dan Bima yang berdiri menyambut Angkasa dan mempersilahkannya duduk.

''Duduk mas..'' Ucap Bima mempersilahkan Angkasa untuk duduk disampingnya.

Angkasa tidak terkejut sama sekali dengan adanya orang asing di rumah itu. Angkasa sudah merasa masa bodo dengan siapa dan apa yang keluar masuk dari rumah itu, namun yang Angkasa nomor satukan adalah jangan sampai dia keceplosan berucap atau berkata-kata yang kurang tepat yang dikhawatirkan akan membuat ibunya semakin membencinya nanti.

''Selamat sore Yah..'' Angkasa mencium tangan Bima. Setelah bersalaman dengan Bima, dia beralih mendekati Davira untuk bersalaman dengan wanita itu.

''Selamat sore Mah..'' Angkasa menjulurkan tangan untuk meminta bersalaman, namun beberapa detik berlalu, Davira tidak kunjung menjulurkan tangannya. Mendapati signal yang kurang baik, Angkasa lalu beranjak dan kembali duduk di samping Bima.

''Jadi begini mas, perkenalkan.. Namanya Alana. Alana ini ponakan Ayah dari Malaysia. Alana dan keluarganya akan pindah ke Indonesia dalam waktu dekat ini. Tapi karena mengurus pindah kewarganegaraan bukan hal yang gampang, jadi Alana terbang duluan ke Indonesia dan akan tinggal disini sementara. Sementara keluarganya akan menyusul nanti." Jelas Bima panjang lebar.

Angkasa mengangguk paham.

''Alana.'' Wanita itu mengulurkan tangan.

ALANA
Alana!! Si tokoh baru yang akan melengkapi kisah Angkasa. Kira-kira menurut kalian gimana liat Alana dari segi visual? Apakah akan menjadi cewek yang baik dan lempeng-lempeng aja? Ataaaauuuuuuuuuu..?????

''Angkasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''Angkasa." Angkasa menjabat tangan Alana sambil mengangguk.

''Oh iya.. Alana juga akan bersekolah di sekolah yang sama seperti kamu, di AMBARA HIGH SCHOOL ACADEMY. Semua data dan keperluannya sudah saya urus tadi siang, jadi tugas kamu, bantu dia untuk beradaptasi di sekolah. Kamu bantu dia belajar dengan baik supaya Alana menjadi anak yang cerdas dan mendapatkan peringkat terbaik di sekolah.'' Ucap Davira tegas dengan nada sedikit ketus.

Angkasa mengangguk...

''Mulai besok kamu sudah bisa sekolah ya sayang.. Jangan khawatir, anak ini akan membantu kamu di sekolah." Kata Davira, seraya berdiri dari kursi dan menghampiri Alana. Davira mencium kening Alana lalu tersenyum lepas sembari mengusap pipinya.

''Baik tante, terimakasih banyak..'' Jawab Alana dengan nada canggung.

''E- ee.. Ehhhh.. Call me mommy ya sayang.. Jangan panggil tante. Anggap tante sebagai mama kamu, yaa sayang yaaa" Lanjut Davira.

''Baik tant- ehhh.. Mamaaa." Tutur Alana.

''Aku pergi dulu, ada meeting sama client baru. Aku tidak bisa meninggalkan meeting itu. Aku pamit." Davira mencium pipi Bima, kemudian dia mengusap kepala Alana dan memberikan senyum kepada keduanya tanpa memberikan senyuman apalagi usapan lembut untuk Angkasa. Jangankan usapan lembut dan ciuman, bahkan untuk melirik saja pun Davira rasanya berat melakukan itu.

Angkasa yang sedari tadi sadar akan hal itu dia hanya menunduk dan berusaha menahan air matanya agar tidak keluar. Bagaimana tidak? Ini rasanya sangat sulit diterima akal dan dicerna hati. Bagaimana mungkin seorang ibu tega berbuat demikian. Membelai orang lain dan menganggapnya sebagai anak sendiri, sementara Angkasa? Yang sudah jelas anak kandungnya sendiri tapi Davira tidak pernah berbuat demikian.

Angkasa hanya ingin pengakuan dari Davira bahwa Angkasa adalah anaknya, Angkasa adalah anak kesayangannya dan Angkasa adalah anak laki-lakinya Davira. Hanya itu, tidak lebih! Apa sulit bagi Davira memvalidasi itu?

"Kamu sudah boleh istirahat Alana, kamu pasti masih cape kan?" Kata Bima, ia mempersilahkan Alana untuk beristirahat di kamar barunya.

''Baik om.. Alana permisi ya." Ucap Alana pergi.

Bima menepuk pundak Angkasa dua kali, lalu ia mengusap pundak anak kuat itu dengan penuh cinta dan kasih sayang. Bukan hanya Angkasa yang merasakan sakit. Bima juga sangat merasa perih saat Davira memperlakukan hal yang tidak ia lakukan pada anaknya itu.

Lima belas tahun Bima mengenal Angkasa, selama itu pula ia melihat anak kuat ini selalu menengadah keatas untuk meminta dipeluk sang ibu, ia tahu persis bagaimana dulu Angkasa saat sakit dan bermimpi buruk ingin dipeluk dan diselamatkan oleh ibunya saat dikejar hantu.

Bima juga hafal betul bagaimana Angkasa selalu berdoa setiap harinya, ia selalu meminta Tuhan mengabulkan doanya, ia hanya ingin dipersatukan dengan ibunya sendiri. Hanya itu keinginan Angkasa. Tidak lebih.

''Kamu anak paling kuat Mas.. Kamu anak hebat, tidak salah Allah memberikan ayah anak sekuat dan sehebat kamu mas Angkasa." Ucap Bima ringkih. Nada suaranya terbata-bata lantaran bulir air mata memenuhi kelopak mata dan tumpah di wajahnya.

Mendengar itu, Angkasa lalu memeluk Bima erat, dia menenggelamkan wajahnya di pelukan Bima. Ia tumpahkan air mata dan seluruh kesedihannya disana.

''Nangis saja Mas.. Ayo menangislah.. Jangan pendam rasa sedihmu berlarut-larut. Ayah tidak ingin melihat kamu terus memikul beban kesedihan itu terus-menerus." Kata Bima terus mengusap pundak Angkasa.

''Angkasa mau Mama Yah.. Angkasa cuma mau dipeluk Mama..'' Ucap Angkasa dengan nada lemah.

''Iya mas.. Ayah tahu, ayah paham itu.. Angkasa pasti dipeluk Mama nanti.. Pasti mas.. Pasti itu."

MENYELAMI ANGKASA [TELAH TERBIT DI LOVRINZ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang