BAB 1 : MIMPI BURUK

480 31 2
                                    

Hallo semuanya.. Jangan lupa follow sebelum baca. Yukk bareng-bareng spam komen dan vote cerita ini, jangan cuma ngintip dan jadi silent reader wkwkk.. Bantu share juga cerita ini biar makin banyak yang sayang sama Angkasa hehe ><

*****

Suasana siang di sekolah hari ini terasa berbeda dari hari-hari biasanya. Karena sebentar lagi akan ada ujian kenaikan kelas, jadi para guru mengadakan rapat semester untuk menyambut ujian kenaikan kelas para siswa. Dan karena sekolah Angkasa adalah sekolah swasta, jadi bentuk ujian yang diadakan di sekolah sedikit berbeda dengan sekolah negeri pada umumnya. Salah satunya bentuk ujian terbagi menjadi dua bagian, ada ujian praktek dan ujian tertulis.

Waktu sudah menunjukan jam dua belas siang. Matahari bersinar terik diatas kepala. Beberapa siswa tidak sedikit berjalan santai sembari menenteng es cekek yang dibelinya di kantin sekolah sebelum mereka berlalu dari gerbang sekolah.

Es cekek? Kenapa ada es 'Murahan' yang dijual di sekolah elite seperti ini? Lagipula kenapa mereka tidak membawa botol minum sendiri saja sebagai salah satu kepedulian mereka terhadap lingkungan. Katanya sekolah swasta?

Memang terdengar menjengkelkan kalau masih saja terdengar pertanyaan seperti itu, tapi apalah dikata? Itulah yang memang terjadi di sekolah ini. Walau sudah menjadi peraturan tertulis bahwa siapapun yang berjualan di kantin tidak boleh memberikan siswa dan siswi makanan atau minuman dalam bentuk takeaway (Apalagi es cekek) tapi masih saja banyak siswa yang bandel dan sundal memaksa ibu kantin untuk membuatkan mereka es cekek.

Gerbang sekolah dipadati oleh siswa-siswi yang berhamburan untuk pulang ke rumah masing-masing, tidak hanya oleh pejalan kaki, tapi juga pemotor melewati gerbang sekolah yang sama untuk jalan pergi dan pulang sekolah.

Angkasa dan Ipul berjalan menuju parkiran sambil tergopoh, keduanya berlarian tidak sabar untuk bermain game PS2 yang ada di rumah ipul. Namun sebelum pergi ke rumah Ipul, mereka akan pergi ke rumah Angkasa untuk makan siang terlebih dahulu. Rumah Angkasa dan Ipul tidak terlalu jauh, hanya sekitar 10-15 menit menggunakan motor.

Keduanya masih menggunakan seragam olahraga, karena sebelum jam pulang dadakan ini mereka memang mengikuti mata pelajaran olahraga. Di tengah hiruk pikuk jalanan yang penuh dengan pejalan kaki, Ipul tidak berhenti berbicara tentang bagaimana dia sangat bersemangat bermain PS2 baru pembelian Ibunya yang baru saja datang arab setelah bekerja menjadi TKW disana selama kurang lebih 3 tahun lamanya.

"Pokoknya nanti gantian ya Pul, sekali main aja. Kalo udah kalah harus gantian." Kata Angkasa tidak kalah bersemangat.

"Iya.. Iya.. Tenang aja, pasti gantian kok." Jawab Ipul mengangguk.

Setelah melewati gerbang sekolah, mereka harus belok kanan dan melewati jalan aspal besar yang menurun, jalan itu tidak terlalu curam, tapi karena banyaknya siswa yang berjalan kaki disana, jadi cukup mengganggu konsentrasi Angkasa saat membawa motornya.

Dari kejauhan, Angkasa melihat ada pemotor yang berjalan di jalur yang tidak seharusnya, berdasarkan peraturan lalu lintas di Indonesia, setiap pengendara harus berjalan di lajur kiri, bukan kanan. Tapi Angkasa melihat ada pengendara motor brandal tak tahu aturan yang berjalan cukup ngebut jauh di depannya.

Karena Angkasa tidak ingin tiba-tiba motor itu menabraknya, naluri manusiawi Angkasa langsung berkontribusi untuk melakukan sesuatu. Otaknya memberi sinyal pada tangan yang menggerakkan stang motor untuk sedikit membelokkan motor dan berjalan di lajur kanan juga.

Sialll!!!!

Entah kegilaan apa yang ada dalam otak orang itu, tiba-tiba saja motor yang di depannya mengambil lajur kiri yang memang seharusnya, maka dengan sigap Angkasa juga membelokkan stang motor dan sedikit menaikan laju kendaraannya.

Suasana siang yang terik dan jumlah siswa yang bejubel memenuhi jalan, membuat Angkasa sedikit kewalahan dan sedikit kehilangan keseimbangan, hingga dia tidak bisa menarik rem belakang yang ada di stang kiri motornya, alhasil membuat motor ini tidak sengaja menabrak salah satu siswa yang ada disana.

BRAKKKKKK..!!

Motor pun terjatuh, Ipul terlempar ke sisi jalan, dia meringkuk disamping got dengan sedikit luka memar di dahinya, sementara Angkasa, dia ikut berguling dengan motor itu. Membuat kulit kepala kirinya sedikit mengelupas oleh gesekan aspal panas.

Bukan hanya itu, di bagian bibir bawahnya juga ada luka yang mengeluarkan cukup banyak darah segar yang langsung membasahi baju sekolahnya, sementara siku tangan kanannya mendapati luka yang juga cukup serius yang harus  ditangani segera.

Teriakan sudah pasti langsung terdengar, para siswa dan beberapa orang di sekitar yang melihat kejadian itu langsung menghampiri Angkasa lalu membopongnya, dia dibaringkan di salah satu rumah tetangga yang ada disana. Salah seorang bapak paruh baya berteriak panik menyuruh istrinya untuk mengambil handuk basah untuk menutupi luka-luka di tubuh Angkasa yang terus mengeluarkan darah.

Banyak siswa yang mengerumuni tempat itu, motor yang tergeletak di tengah jalan juga langsung di evakuasi, pun begitu dengan Ipul. Dia dibantu oleh beberapa siswa untuk di evakuasi juga, yang alhamdulillah, ternyata anak itu hanya mengalami benjol di jidat dan beberapa bagian tubuh yang lecet ringan.

"Whhuueekkkkk..." Whhhuekkkk..."

Angkasa memuntahkan seluruh makanan yang ada di dalam perutnya saat di pangkuan bapak-bapak yang masih memeluknya, tidak hanya sisa makanan yang ia muntahkan, tapi sisa makanan itu bercampur dengan darah segar yang entah bagaimana hal itu bisa terjadi. Sepertinya ada organ vital Angkasa yang terluka, itu kenapa Angkasa bisa muntah darah.

"Tolong.. Hubungi keluarga anak ini, tolong hubungi sekarang.. Yang tahu rumahnya atau bagaimanapun, tolong lakukan sesuatu.'' Suara Ibu yang juga turut memegangi handuk di tangan kanan Angkasa berteriak panik meminta bantuan, berharap ada orang yang lekas menghubungi keluarga Angkasa.

Angkasa terlihat sudah sangat lemas, ia sayup-sayup membuka dan menutup matanya beberapa kali dengan lemah, keningnya mengerut dan bibir yang berusaha keras untuk mengucapkan sesuatu.

"Pp..ppuu..langgg.." Ucap Angkasa lirih.

"Iyaa, kita obati lukamu dulu ya nak, setelah itu kita pulang."

"Ippp..pul maa.. naa?''

"Ipul? Ipulll siapa ipul?'' Tanya bapak itu pada siswa yang menonton dari balik pintu.

"Ipul udah aman bang, dia nggak kenapa-napa." Ucap salah satu siswa.

"Pengen ppp.. Puuulanggg.. penggenn Ma...maaaa." Ucap Angkasa lemah.

"Whhhuuuaaekkkkkkkk." Angkasa kembali menyemburkan isi makanan di perutnya, kini darah lebih mendominasi muntahan yang ini, isi makanan itu bak sup berkuah darah yang berceceran di lantai.

Para siswa yang melihat kejadian ini pun terlihat jijik dan mual, mereka satu persatu mundur dan berlari ikut muntah melihat kejadian ini.

"Saa.. Angkasaaa.'' Terdengar suara teriakan seorang wanita dari kejauhan, suara itu menerobos para siswa yang sedang mengerumuni rumah evakuasi dadakan ini. Pria itu terbelalak saat melihat Angkasa sedang terkapar di pangkuan bapak-bapak dengan banyak darah di sekitarnya.

"Astagfirullah..." Ucapnya lirih.

"Mmmm.. AaaammmAAAAAAAAAAAAAAAA." Angkasa tersenyum lirih.

''Ini Mama Sa, Mama.." Ucap lelaki itu.

"Mmmaaa... Mmaaaaaaaaaaa." Angkasa kembali terbangun dari mimpi buruknya, mimpi yang sudah menjadi trauma terbesar yang mendarah daging di hidupnya. Kejadian beberapa tahun silam yang masih teringat jelas menghiasi jengkal demi jengkal ingatan dalam kepalanya.

MENYELAMI ANGKASA [TELAH TERBIT DI LOVRINZ]Where stories live. Discover now