BAB 16 : PESTA ALANA

133 17 0
                                    

Suasana pesta mewah telah tiba, di sebuah hotel mewah bintang lima di daerah Senayan Jakarta pusat. Hotel mulia tempatnya. Untuk yang berdomisili di Jakarta, tidak jarang yang tidak tahu hotel mewah ini. Hotel Mulia Senayan adalah sebuah hotel yang terletak di daerah Senayan milik Grup Mulia. Hotel ini berdiri di atas tanah kawasan olahraga Senayan.

Lain dengan kondisi rumah Nenek, Angkasa masih saja terdiam sendiri di kamarnya, ia masih bimbang untuk datang atau tidak menghadiri pesta ulang tahun Alana. Baginya, undangan menghadiri pesta ulang tahun Alana adalah suatu kehormatan bahkan kewajiban, apalagi selain Alana yang mengundangnya secara pribadi, Ayah juga menyuruh Angkasa untuk datang kesana, beliau tidak menerima alasan apapun pada putranya untuk tidak datang.

Lain dengan Ibunya, itulah yang Angkasa khawatirkan. Angkasa khawatir ia akan bertemu dengan ibunya dan merusak mood Ibunya disana. Kalian tahu sendiri bagaimana sifat Davira bukan? Angkasa tidak ingin hal itu terjadi, ia tidak ingin merusak acara pesta ulang tahun itu juga.

“Mas?’’ Nenek tiba-tiba saja berada di depan pintu, menemukan cucunya itu masih duduk di meja belajarnya.

“Kok masih disini? Nenek kira sudah berangkat dari tadi.” Nenek berjalan menghampiri Angkasa.

“Angkasa takut Nek.” Ucap Angkasa pelan.

Nenek menghembuskan nafas berat, ia memeluk cucunya hangat, ia tahu persis ketakutan apa yang Angkasa bilang tanpa harus di deskripsikan. Bertemu Davira adalah salah satu kesempatan emas yang jarang Angkasa dapatkan, tapi bertemu dengan Davira juga adalah satu ketakutan terbesar bagi Angkasa. Ia paham betul bagaimana saat Angkasa di perlakukan masa bodo oleh Davira, ia paham betul bagaimana cucunya tidak sama sekali di sapa apalagi disambut. Ia paham betul bagaimana buruk anaknya memperlakukan Angkasa.

“Tidak Mas, Angkasa adalah anak kuat, Angkasa anak yang Tangguh. Nenek kan kasih nama Angkasa supaya Angkasa menjadi anak yang Tangguh dan kuat, jadi tidak ada satupun ketakutan yang tidak bisa Mas Angkasa taklukan.” Nenek mengusap lembut pipi anak itu, seraya kemudian berlutut dan mengusap pundak bugar Angkasa.

“Jauh sebelum kamu lahir, Nenek sendiri yang sudah mempersiapkan nama indah itu untuk kamu sayang. Kamu tahu kenapa Nenek pilih nama Angkasa untuk kamu?”

Angkasa menggeleng..

“Dunia ini luas, Allah menciptakan alam beserta isinya sangat tidak terbatas. Salah satu ciptaan Allah yang paling indah itu adalah Angkasa, langit. Nenek selalu memandangi langit setiap malam, berharap nanti Nenek bisa kesana dan melihat anak cucu Nenek berbahagia di bumi.

“Dan saat kamu lahir, kamu adalah orang yang cocok menyandang nama Angkasa. Angkasa yang luas, Angkasa yang tidak terhingga, Angkasa yang siap menampung apapun yang ada di dekatnya, Angkasa yang akan merangkul apapun yang ada di sampingnya, dan Angkasa yang tidak akan pernah lelah dengan apa yang terjadi padanya setiap harinya.

“Nenek yakin kamu adalah Angkasa yang nenek harapkan, kamu adalah Angkasa yang Allah berikan untuk Nenek, kamu adalah Angkasa hasil dari doa yang selalu Nenek langitkan sayang. Kamu Angkasa.” Ucap nenek membenarkan dasi Angkasa yang mencong.

“Apa Mama berdoa dengan doa yang sama seperti yang Nenek ucapkan?”

Nenek tersenyum, tidak bisa di sembunyikan, ada banyak genangan air mata di matanya, Nenek tampaknya cukup mendapat pukulan telak dari pertanyaan Angkasa, seraya lalu meraih tubuh Angkasa dan memeluknya.

“Doa Mama untuk kamu bahkan jauh lebih indah dari doa Nenek Mas, suatu saat Mas Angkasa pasti akan mendengar apa yang selalu Mama doakan setiap harinya untuk Mas Angkasa.” Nenek terisak di pelukan Angkasa. Air matanya tumpah ruah disana.

MENYELAMI ANGKASA [TELAH TERBIT DI LOVRINZ]Where stories live. Discover now