"Pernikahan di dalam Islam," lirih Annora membaca ulang tulisan Ravindra. Degup jantung Annora sudah tidak karuan. Dia juga terlihat kesusahan menelan salivanya.

"Untuk apa dia meminjamnya?" Lirih Annora.

"Permisi mbak, saya mau mengisi bukunya juga," ucap salah seorang yang berada di samping Annora.

"Eh iy-iya, maaf," Annora pun segera pergi dari tempat itu.

*****

"Annoraaaaa aku bangga sama kamu," teriak Zahra dengan suara cemprengnya, sehingga membuat orang yang berada di kelas 11 IPS 1 itu spontan melihat Zahra.

Sedangkan Annora hanya diam dan mengulas senyum melihat tingkah sahabatnya ini.

"Eh, kekencengan ya teriaknya," ucap Zahra yang spontan memegang bibirnya.

Annora terkekeh dan segera membersihkan mejanya.  Menaruh beberapa alat tulis yang ia tinggalkan di laci meja ke dalam tasnya. Hari ini, Annora akan meninggalkan kelas ini.  Dia akan mendapatkan kelas baru sekitar dua Minggu setelah liburan. Dia juga akan menjadi kakak kelas tertinggi di madrasah ini. Ya, Annora menaiki jenjang selanjutnya. Yaitu kelas 12 IPS 1.

Annora melirik sejenak ke arah meja Ravindra. Nihil, tak ia temukan jejak Ravindra disana. Tasnya juga sudah tidak ada. Mungkin, Ravindra sudah pulang sedari tadi, pikirnya.

"Annora, kamu kok biasa-biasa aja sih. Ga ada bahagia-bahagianya. Padahal, kamu hari ini mendapatkan juara dua umum lagi," celetuk Zahra yang membuka suara setelah Annora selesai dengan aktivitasnya.

Annora tersenyum menatap piala yang bertuliskan juara dua umum tingkat kelas 11, Madrasah Aliyah Jakarta. Dia juga menatap dua paper bag yang sudah berisikan hadiah. Satu paper bag yang bertuliskan juara satu kelas, dan satu paper bag lagi bertuliskan juara dua umum Madrasah.

"Aku bahagia kok Zahra. Alhamdulillah, inilah hasil dari usaha dan doa aku, juga berkah dari Allah," ucap lembut Annora.

"Maa syaa Allah," ucap Zahra kemudian mengambil satu kursi dan ia letakkan di dekat Annora. Kemudian, Zahra duduk di atas kursi itu. Ia menatap hadiah-hadiah juara Annora sekilas lalu mengulas senyum.

Zahra melihat ke arah Annora sejenak. Tapi, kenapa Annora seakan-akan ada yang ia pikirkan. Annora juga tidak sebahagia itu, seperti ada yang mengganjal di hati Annora.

"Kamu ada masalah, Ra?"

Annora hanya diam melamun dan tidak membalas pertanyaan Zahra. Entah apa yang ada di pikiran Annora saat ini.

"Ra?"

"Annora!" Ucap Zahra yang sedikit meninggikan nada bicaranya.

Annora spontan menoleh ke arah Zahra, "apa Zahra?"

"Kamu ini, dari tadi juga ditanyain, ga dijawab," ketus Zahra.

"Kamu nanya apa?"

"Tuh kan. Ini nih, akibat dari melamun. Jadi ga sadar sahabatnya lagi bicara," dumel Zahra.

"Maaf," kekeh Annora.

"Kamu ada masalah apa, Ra?" Tanya Zahra, yang mengulang pertanyaannya.

"Itu Za. Ravindra," jawab Annora. Annora kemudian melirik sekitar kelas. Syukurlah, tinggal mereka berdua sekarang.

"Kenapa Ravindra?"

"Tadi aku ketemu dia di perpustakaan, sebelum pembagian raport. Dan kamu tau? Dia mengembalikan buku di perpustakaan-"

"Cek ilee, Ra. Kamu kaget gitu dia bisa baca buku juga, ha?" Tanya Zahra yang memotong ucapan Annora.

"Makanya kamu itu dengerin dulu," ketus Annora.

"Emang ada apa?"

"Kamu tau ga sih," rengek Annora yang mengingat hal di perpustakaan tadi.

"Apa emang, ha?"

"Dia minjam buku yang judulnya. Pernikahan di dalam Islam zaaaaa," ucap Annora yang semakin overthingking dibuatnya.

"What! Pernikahan di dalam Islam!" Seru Zahra yang juga kaget.

"Iya," Annora pun menghela nafas beratnya.

"Jangan-jangan, dia mau nikah. Jangan-jangan, dia juga ngejauhin aku karena hal itu. Dia mau nikah, nikah muda. Apa lagi dia pasti mampu untuk nikah, dia kan CEO, Za. Dia udah mampu kalo dia mau. Jangan-jangan benar, dia mau menikah. Tapi bukan dengan aku. Arghhhhh Zahraaa!"

Zahra menepuk jidatnya, sungguh gila pemikiran sahabatnya yang satu ini. Overthingking nya terlalu jauh, hingga menikah. Astagfirullah! Zahra harus banyak-banyak ngucap.

"Kamu kenapa, Za? Kok ngucap? Aku salah, kah?" Tanya Annora dengan wajah sedihnya.

"Kamu mikirnya terlalu jauh sih. Mana mungkin dia mau menikah. Astagfirullah, positif thinking Annoraaaa!" Seru Zahra yang juga lelah dengan pemikiran Annora. Padahal disini, Annora yang mikir. Tapi, Zahra yang cape dibuatnya.

"Ga bisa, aku overthingking nya tingkat tinggi, Za!"

Zahra memutar bola matanya malas.

"Zahra. Ish kamu, ih!" Ketus Annora yang kesal dengan Zahra.

"Gini ya Ra. Aku bilangin. Mungkin aja Ravindra minjam buku itu hanya sekedar penasaran. Lagian juga, apa salahnya. Usianya juga udah cukup, delapan belas tahun untuk tau tentang pernikahan. Dan, masalah dia mau nikah muda, sepertinya tidak. Dia juga mungkin mau fokus ke sekolah dia, dan juga mengurus bisnisnya itu. Kalo dia nikah, bertambah lagi dong tanggung jawab dia. Dan lebih berat lagi. Sepertinya itu tidak mungkin untuk sosok seperti Ravindra," ucap Zahra sekaligus menenangkan Annora.

Annora menganggukkan kepalanya mendengar untaian-untain dari Zahra.

"Jadi, dia hanya penasaran, Za?"

"Yes."

"Kalo dia mau menikah beneran, gimana, Za?"

"Siapa tau calonnya kamu," ucap Zahra yang membuat Annora tersenyum salah tingkah.

To Be Continued

Mereka hanya berhenti berkomunikasi bukan mencintai:)

Jangan lupa vote!

Jazakumullah 🤍

Annora Untuk Ravindra [End]Where stories live. Discover now