bossy part11 (revisi)

66.3K 2K 65
                                    


Acara makan malam itu sangat kaku. Pembicaraan kedua boss itu pun membuat Lauren ingin mati karena bosan. Dia hanya bisa meminum segelas sampange yang disedikan witers dengan coklat ice cream yang sudah hampir cair. Lauren sadar dengan tatapan Fabian yang sesekali melirik padanya. Tapi pria itu pun tidak peduli karena dirinya sudah hampir bosan. Jadi dia pun mencari kenikmatannya sendiri yaitu dengan segelas sampange dan semangkuk coklat ice cream.

"Saya akan memperkenalkan anda pada teman lama saya. Dia juga seorang pengusaha terbaik dan saya yakin kalian bisa bekerja sama," ucap Adrian.

"Ya, saya harap." Fabian kembali melirik pada Lauren yang sudah menghabiskan satu gelas sampangenya dan baru saja perempuan itu ingin menambah sampangenya. Jemari Fabian menyusup pada paha Lauren, seakan memintanya untuk berhenti. Namun, sesuatu yang Fabian rasakan membuatnya terhenti dan menoleh secara jelas pada Lauren. Tanpa menatap Fabian perempuan itu hanya tersenyum dan menghabiskan coklat ice creamnya seperti anak kecil.

"Baiklah Adrian, sepertinya ini sudah sangat larut. Saya ingin beristirahat." Adrian hanya menganggukkan kepalanya dan menjabat tangan Fabian. Lauren pun menjabat tangan Adrian dan melemparkan senyum terbaiknya. Keluar dari restoran hotel, Fabian menggandeng Lauren memasuk lift dan mendorong wanita itu ke pojok. Tanpa pembukaan pria itu mencium Lauren dengan sangat terburu-buru, menggigitnya, dan mendesakkan lidahnya ke dalam mulut. Sementara jemarinya menjalar pada paha Lauren dan berhenti pada bagian lipatan.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Fabian dengan dingin.

"Apa?" balas Lauren seakan tidak merasa takut dengan tatapan Fabian.

"Lauren!" napas keduanya saling berburu dan jemari Fabian seakan mencengkram daerah kewanitaan Lauren. Lauren hampir kehilangan kendali dan seakan berharap Fabian memberikan apa yang dia inginkan.

"Aku hanya lupa mengenakan cd," balas Lauren yang masih berusaha untuk mengendalikan dirinya. Dan perkataan Lauren itu seakan membuat Fabian marah. Pintu lift yang langsung tersambung ke kamar mereka itu pun terbuka. Fabian mengangkat tubuh wanita itu dan melemparnya ke kasur king size. Lauren tahu apa yang akan ia dapatkan. Dia tahu menantang Fabian adalah suatu kesalahan. Tapi itu seperti sebuah candu yang Lauren inginkan. Seakan dia ingin menikmati setiap apapun yang Fabian berikan padanya.

Fabian kembali melumat bibir Lauren dengan rakus. Tanpa ada jeda sedikit pun bagi perempuan itu untuk bernapas. Bahkan dress yang ia kenakan sudah terkoyak dan menampakkan tubuhnya yang ramping dan putih. Jemari Fabian mencengkram payudaranya dengan kasar, seakan benda itu adalah squishy yang biasa dimainkan anak-anak. Lauren mengerang dalam lumatan Fabian. Pria itu benar-benar menghukumnya. Dia hanya mempermainkannya. Membuatnya mengerang dengan setiap sentuhan, lumatan dan cengkramannya. Namun, sedikit pun ia tidak memberikan yang Lauren inginkan.

"Fabianhh... aku mohonhh... aahhh..." Lauren mengerang di sela permohonannya. Bibir pria itu menggigit payudaranya dengan kasar dan hanya memainkan jemarinya pada kewanitannya. Membuatnya semakin frustasi dan gila.

"Aku sudah pernah bilang, jangan bermain-main denganku," ucap Fabian dingin. Dia kembali melumat bibir Lauren dengan rakus, berpindah pada bawah kupingnya hingga kelehernya. Wanita itu terlihat semakin frustasi. Dia mengerang, memohon bahkan Fabian mendengar tangisannya. Tapi dia tidak suka sifat kekanakkannya. Baginya Lauren hanyalah miliknya. Dan hanya dia yang bisa menikmatnya. Tapi bagaimana dia bisa keluar dari apartemennya tanpa mengenakan pakaian dalam? Dan membayangkan ada pria lain yang menyadari itu atau pun melihatnya, membuatnya marah.

"Fabiaaannhhh..." Lauren mengerang dengan keras saat Fabian memasukkan jemarinya ke dalam liang surganya. Dan hanya sekali sentak ia kembali mengeluarkannya. Membuat wanita itu semakin menggila.

"Berjanjilah, kamu tidak akan mengulanginya lagi," bisik Fabian. Lauren tidak langsung menjawab, otaknya masih tidak bisa bekerja dengan baik. Dia mendambanya, dia menginginkannya dan dia benar-benar akan gila jika Fabian terus mengujinya seperti ini.

"Lauren!"

"Baiklah! Aku janji!" mendengar perkataan Lauren, Fabian pun menjadi melembut. Dia mengecup bibir wanita itu sekilas, turun pada puncak payudarannya dan memainkannya seperti squishy.

"Fabbhh..." Lauren merasakan kenikmatan itu. Saat jemari Fabian menyentuh kenikmatannya. Menghentakkan jemarinya di sana dan membuatnya hanyut dalam gairah. Ciuman Fabian turun pada perutnya. Mengecupnya dengan sekilas dan jatuh pada liang surganya.

"Aaah... Fabiaahhh..." Lauren mengerang dengan keras. Jemarinya mencengkram kepala pria itu dan membuka kakinya dengan lebar, menikmati kehangatan, gairah dan rasa frustasi yang seakan hampir meledak. Jari dan bibir Fabian seakan beradu, membuat otaknya seakan benar-benar tidak berfungsi. Dia mengerang dengan keras, merasakan rasa frustasi itu semakin meninggi, seakan ia terbang pada sebuah puncak tower hingga akhirnya terjatuh pada sebuah kenikmatan. Deru napas Lauren terdengar putus-putus, dia masih merasakan bibir Fabian di bawah sana sebelum akhirnya ia kembali mencium bibir Lauren dengan sangat panas. Lauren membuka kemeja Fabian dengan tidak sabar dia menariknya, membuat dua kancing terlempar. Sementara pria itu berusaha membuka celananya dan kembali merasakan tubuh wanita itu lebih dalam. Keduanya saling berpelukan, keduanya saling membutuhkan dan mereka seakan hanyut pada rasa gairah yang seakan tidak pernah terputus. Lumatan, hentakan dan geraman saling beradu. Seperti sebuah simfoni lagu yang menghentakkan kepala mereka. Keduanya tenggelam secara bersama, mencari sebuah kenikmatan dan hingga akhirnya mereka meledak dalam waktu bersamaan. 

imprisoned in the pastWhere stories live. Discover now