bossy part7 (revisi)

98.3K 2.2K 78
                                    

Perjalanan bisnis adalah hal yang paling menyenangkan untuk Lauren. Bagaimana tidak? Apalagi perjalanan bisnis ke singapura. Dia bisa mengambil kredit card tuan bossy setelah semalam suntuk berolahraga dan membeli apapun yang dia mau di sana. Dan Lauren yakin, pria itu tidak akan mendadak miskin jika dia membeli iphone baru, atau pun tas bermerek. Dan juga dia bisa bersenang-senang di sana. Dia bisa pergi kemanapun yang dia mau, tentunya dengan seorang supir yang akan siap mengantarnya. Padahal Lauren sudah bilang kalau dia bisa pergi dengan angkutan umum, tapi tuan bossy itu tetap pada peraturannya. Lauren harus pergi dengannya atau bersama sopir. Dan pilihan yang paling membuatnya tenang adalah dengan sopir.

Dua koper sudah siap dan Lauren masih mengecek untuk beberapa data, schedule, dan juga ia mengontak sekretaris rekan bisnis yang akan Fabian temui di sana. Untuk memastikan mereka akan bertemu dimana dan mencocokkan waktu. Setelah semua sudah benar-benar rapih. Lauren merapihkan seluruh pekerjaannya dalam satu tas dan memasukkannya ke tas kecil. Agar bisa ia masukkan ke kabin. Meletakkan semuanya pada satu tempat dan meyakinkan tidak ada yang tertinggal. Kini Lauren beranjak ke dapur. Dia membuat makanan yang paling simple, telur dadar. Dia ingin memesan makanan di luar, tapi dia sendiri tidak tahu ingin makan apa. Jadi pilihannya jatuh pada telur dadar. Baru saja Lauren meletakkan piring telur dadar di meja bar, Fabian baru memasuki pintu depan apartemen dan berjalan mendekati Lauren. Pria itu ada pertemuan pribadi dengan saudaranya yang sedang bermain ke Indonesia, katanya dia hanya akan ada seminggu di sini. Dan karena besok Fabian sudah harus terbang ke singapure, jadi dia mengajak adiknya itu bertemu malam ini. Dengan mengenakan sweater berwarna maroon dan celana jins hitam. Rambut coklat dan tebalnya masih terlihat sangat rapih. Lauren harus mengalihkan tatapannya dari pria itu yang seakan tidak pernah ada habisnya. Mengalihkan tatapannya pada telur dadar, Lauren mendengar langkah sepatu pantofel Fabian melangkah mendekat dan berhenti di meja bar. Pria itu mengambil satu gelas alkohol dan menuang minumannya ke dalam gelas. Lauren benar-benar tidak nyaman dengan tatapan pria dihadapannya ini. Lauren tahu apa yang akan di katakan olehnya.

"Berapa kali aku katakan, kamu harus makan dengan benar, Lauren." Lauren hanya mendengus dengan perkataan tuan bossy. Perempuan itu mendongak dan menatap pria bermata biru itu, seakan menunjukkan kalau ia tidak ingin dibantah.

"Katakan dari sisi mananya, telur dadar itu bukan makanan yang baik?"

"Setidaknya kamu harus menambahkan sayuran di dalam telur dan untuk orang-orang indonesia, bukankah kalian terbiasa dengan nasi?"

"Aku bukan orang kebanyakan. Aku benci nasi dan aku tidak ada waktu memotong sayuran," balas Lauren. Dia mendengar dengusan kasar Fabian dan saja Lauren kembali ingin menyuap telur dadarnya. Fabian sudah lebih dulu mengambil piring dan sendok yang dari tangan Lauren dan membuangnya ke tempat sampah.

"Fabian!" Teriak Lauren. Fabian hanya menatap perempuan yang terlihat kesal sekilas dan berbalik membuka kulkasnya. Dia mengambil beberapa butir telur dan sayuran. Dia memotong sayuran menjadi potongan korek api dan memasukkannya ke dalam mangkuk berisi telur. Menambahkan beberapa bumbu, mengocoknya dan langsung menggorengnya. Tidak berapa lama telur dadar sehat ala tuan bossy sudah jadi.

"Makan." Lauren menatap pria yang masih menatapnya setelah mengucapkan nada perintah, setelah membuatnya kesal.

"Aku kenyang!" balas Lauren. Dia mengambil gelas alkohol Fabian dan meminumnya. Mengacuhkan perutnya yang sudah terasa perih. Tatapan dingin Fabian diacuhkan Lauren. Dan dengan sengaja dia menuang vodka ke gelas yang sama dan kembali meminumnya. Dan tanpa permisi Lauren pergi dari meja bar dan memasuki kamar. Rasanya perutnya sudah terasa sangat perih. Dan semuanya semakin terasa sakit setelah ia meminum alkohol. Memasuki kamar mandi, Lauren menguncinya dengan rapat dan memuntahkan seluruh isi perutnya. Baru saja dia mengeluarkan isi perutnya, Lauren mencoba untuk berdiri, namun kepalanya terasa sangat sakit dan belum sempat ia menahan tubuhnya tubuhnya sudah meluruh jatuh. Lauren merasa tubuhnya benar-benar sudah tidak memiliki tenaga, sebelum ia kehilangan kesadarannya, Lauren melihat Fabian mendobrak pintu dan berlari ke arahnya.

imprisoned in the pastWhere stories live. Discover now