Long Distance Relationship

9.2K 1.3K 180
                                    

Jaemin mengangkat kepalanya yang terbenam dalam bantal, matanya sangat sembab serta pucuk hidungnya memerah, rambutnya sudah berantakan. Pria itu masih sesenggukan dan memandangi kamarnya.

Dia raih ponselnya di sebelah ia berbaring dan melihat jam di mana waktu masih menunjukkan pukul sembilan pagi. Jeno pasti masih di pesawat.

Sejak tadi, dia terus menangis di kamarnya, masih merasa menyesal karena tidak mengantar Jeno ke bandara. Dia terus merasa bersalah pada Jeno terlebih saat mereka bicara lewat telepon.

Dia putuskan membuka aplikasi pesan dan mengetik pesan untuk sang suami, agar saat Jeno tiba, pria itu membacanya. Setelahnya dia benamkan lagi kepalanya pada bantal dan menangis sesenggukan.

Beberapa menit setelahnya, dia angkat kembali kepalanya.

“Hikss lapar” Isaknya seraya beranjak, dia duduk di atas ranjangnya, memandangi ranjangnya yang berantakan.

Selepas perbincangan tadi, dia memilih pulang dan langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menangis sesenggukan seraya berguling tak menentu, menggigiti bantal atau meremas selimut untuk menyalurkan rasa sakit hatinya karena menyesal.

Setelah menangis Berjam-jam, kini dia merasa lapar. Dia pun memutuskan untuk mencuci wajahnya lebih dulu kemudian turun, meminta chef membuatkan makanan untuknya.

Sementara pelayan dan chef lain yang tak bertugas, hanya memandangi Jaemin yang duduk lesu di kursi makan dengan pandangan kosong. Mereka heran melihat bos mereka dengan mata bengkak dan memerah akibat menangis, seperti habis di tinju.

Jaemin menoleh saat pelayan menyuguhkan mie permintaan Jaemin. Dia pandangi makanan di atas meja dengan lesu lalu menarik tubuhnya yang bersandar, satu tangannya meraih garpu dan mulai menikmati mienya.

Namun baru satu suap, Jaemin kembali meludahkan mie itu ke piring dan mendorong piring agar menjauh.

“Tidak enak” Lirih Jaemin seraya beranjak.

Para pelayan dan chef pun hanya bisa iba melihat Jaemin yang melangkah dengan gontai bak mayat hidup. Tidak seperti Jaemin yang suka marah-marah dan dingin pada mereka. Bos yang mereka kenal tempramental itu berubah hari ini.

🐇🐇🐇

Jeno tersenyum saat sopir membukakan pintu untuknya, dia pun masuk ke kursi belakang sementara sopir masih memasukkan kopernya ke bagasi. Dia sandarkan tubuhnya lalu merogoh ponsel di saku kemejanya dan mulai mematikan mode pesawat.

Kedua alisnya terangkat naik saat mendapati pesan dari aplikasi kakaonya. Ada satu pesan dari sang suami yang langsung membuat senyumnya kian lebar.

“Aku minta maaf tidak bisa mengantarmu ke bandara dan tidak bisa mengatakan setidaknya selamat tinggal. Aku juga minta maaf untuk mengatakan ini lewat pesan, aku takut aku akan menangis jika mengatakannya langsung padamu. Aku tidak punya cukup keberanian untuk mengatakannya. Semoga penerbanganmu aman”

Jeno tersenyum sepanjang membaca rentetan kalimat yang di kirim sang suami. Dia tahu, Jaemin mulai mencintainya dan dia akan memahami jika Jaemin masih ragu untuk memulai. Dia akan menunggu Jaemin kembali.

Pria itu menyandarkan tubuhnya selama mobil melaju untuk membawanya pulang. Setibanya di rumah, dia langsung mandi dan makan, dia memilih bersantai karena dia masih libur. Jadilah ia hanya duduk pada kursi di dekat kolam.

Dia periksa ponselnya dan mencari kontak sang suami untuk di hubungi, butuh beberapa saat bagi Jeno menunggu hingga akhirnya Jaemin mengangkat.

“Halo” Sapa Jaemin, pria itu menyembulkan kepalanya dari balik selimut masih dengan wajah kacau.

THE TRAPS [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang