back to you

244 39 20
                                    

Sampai bel berderingpun Mokta masih terpejam dengan damai, dengan posisi yang tidak elit bahkan kalau tidak sakitpun akan merasa pusing saking ramainya ruang kelas yang didominasi manusia manusia extrovert itu. Lembar ulangannya sudah tertata rapi dengan yang lain, inisiatif Danial yang merasa prihatin dengan wajah pucat temannya itu.

Sebetulnya siswa kelas akhir dibebas tugaskan setelah selesai menjalani try out tapi memang dasarnya mereka yang sok ngide buat futsalan dilapangan upacara jadilah mereka masih menghuni kelas yang sudah ditinggalkan pengawasnya.

Ojie menyenggol lengan Danial, memberi kode kepada temannya untuk membangunkan satu satunya manusia yang terlelap diantara lautan suara bising itu.

Danial maju, menepuk pelan lengan Mokta yang dia gunakan untuk bantalan kepalanya.

"Cok bangun, udah bubaran."

Menunggu beberapa detik baru Mokta menunjukan tanda tanda sadar dari tidurnya.

"Langsung cabut gih, mau gue anterin apa ngojol?"

Mokta menyenderkan bahunya pada penyangga kursi, mengerut keningnya samar saat dirasa pening masih mendominasi kepalanya saat ini. Inisiatif dia mengambil pouch berisi alat trmpurnya ditas, mencopot penutup jarum yang akan digunakan untuk menusuk jarinya.

Danial bergidik ngeri ketika Mokta tanpa beban menusuk lalu mengarahkan benda berbentuk persegi kecil kaearah darah yang merembes diajarinya.

"Fuck, pantesan lemes"

Fahrozie ikut melongo, walaupun dia sendiri tidak tau indikasi berapa pengidap diabet membutuhkan pertolongan.

Buru buru Mokta mengambil sekotak jus buah dengan merek terkenal yang selalu dia bawa untuk jaga jaga. Sembari menghabiskan minumannya, dia melihat dua temannya yang masih kaget dengan apa yang Mokta lakukan walau sudah paham apa yang terjadi.

"Gue cabut ajadeh, gak ikut futsalan yak" ucapnya lirih.

"Ngojol ajadeh Mok, jangan motoran sendiri, Ngeri nyusruk ntar. Apa mau gue anterin dulu?" Tawar Danial.

"Gadeh, bentar lagi segeran ini. Yok kalau mau kelapangan, mau ngadem disana aja"

Setelah membereskan barang barang yang tertinggal dilaci, tiga insan manusia itu melangkah kearah lapangan outdoor yang biasa digunakan untuk upacara bendera yang memang terletak berhadapan dengan kelas mereka.

Mokta melempar tasnya asal ketempat yang sedikit teduh, bawah pohon beringin yang paling senter karna mitos kuntilanak botak yang katanya sering menampakan diri ketika malam jumat.

Pohon rindang adalah satu satunya yang Mokta butuhkan, dengan beralaskan tas punggung berisi beberapa buku dan hoodie yang dia lipat asal, Mokta mencoba memejamkan matanya kembali.

Matanya berkedip lambat, rasa lemas juga ngantuk mendominasi kepala mokta untuk menjemout alam bawah sadar. Sembari indra pendengarannya menangkap gelak tawa teman temannya yang tidak mengenal cuaca panas untuk tetao bermain dengan bola bundar itu.

Srekkk

Hampir dia terlelap sebelum hidungnya menangkap bau khas yang dia sudah dia hafal diluar kepala.

"Lemes banget, kek handuk habis dipake mandi seRT"

Mokta bangkit, mengucek matanya asal. Gadis dengan model rambut bondol itu berhasil menarik atensinya penuh.

"Gue lagi sakit nih Cat, lo gak mau minjemin pundak atau paha lo buat tiduran apa?"

Catrina mendengus jengah, tapi tak juga dia tolak untuk mendekatkan pundaknya dan menarik kasar kepala Mokta untuk bersandar kepadanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 02, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

oktroubleWhere stories live. Discover now