part 23

257 54 11
                                    

"sen oper!"

"Yak!"

"Nice"

Mokta menyugar rambut gondrongnya, senyum kemenangan tercetak jelas pada deretan gigi putih yang dibingkai dengan bibir ranumnya.

"Nice shoot bro!"

"Jelas, siapa dulu," sombongnya.

Tak

"Gue yang assist ya. Elu tinggal makan doang ya kali kagak gol," sambar sitersangka yang melempar botol minum bekas pada kening Mokta.

"Sakit ya tolol," kesal Mokta sembari mengusap kepalnya.

Arsen tak acuh, dia masih mengembalikan nafasnya yang satu satu setelah berlari mengelilingi lapangan ditengah trik matahari yang sedang gagah gagahnya.

Danial meluruskan kakinya, sekaligus menendang kecil kaki Mokta yang sudah merebah ria dilantai lapangan.

"Malam jumat ngamen yuk, mas Awang bilang yang biasa ngisi lagi pada absen semua"

Mokta menurunkan tangannya yang dipakai untuk menutupi sebagian wajahnya, menimang nimang sebelum kembali bangkit untuk menegak habis air mineral disampingnya.

"Boleh - boleh gue bawa patner duet gimana?"

"Bilang aja mo ngajak mantan kan lu, halah si bangsat bisa aja alesannya", sambar Ojie.

Yang dimaksud ngamen oleh Danial adalah mengisi acoutikan dikedai kecil kecilan yang dimiliki Mas Awang dan bang Dimas yang juga sekaligus senior dalam kepramukaannya dahulu.

"Kaya Katrina bakalan mau aja, bangun woe udah mantan," sembari menempeleng kepala Mokta tang menjadi korban untuk kedua kalinya.

Mokta tidak terima kepalanya yang berat ditempeleng seenak jidat oleh Ojie, dengan berbekal dendam membara dia bangkit lalu mengapit kepala pemuda berperawakan bongsor tersebut dengan lengannya.

"Anjeng, ketek lu bau cuk. Lepas bangke!", Kesal Ojie yang hampir seluruh wajahnya bersentuhan dengan lekukan tubub Mokta yang memberikan aroma tidak sedap.

"Kalau gue bisa bawa Katrin, gak mau tau elu mesti nyetok susu kotak sama pisang aroma sampe gue kenyang"

Mau tidak mau Ojie menyanggupi tantangan Mokta, mencari aman dari pada wajah yang menurut dia tampa  itu habis terserap bau ketiak Mokta yang sumpah demi apapun memang bau.

🌜🌜🌜

Dan senayan
Menjadi saksi
Bodoh dan sayang,
hancur lebur kita terjadi

Disebelah mana seharusnya aku merebah, pelipur lara hanya sebatas waktu yang memakanku tanpa sempat berpamitan

Kita menangis
Diperjalanan pulang
Mencari jalan tak pernah sampai tujuan
Terlanjur hangus, terburai dan berantakan.

Biar ku beritahu, sudut kota paling romantis saja tanpa malu dengan keras menertawakan aspal basah yang manut kuceritakan tentangmu.

Nadin amizah - menangis dijalan pulang

✍️✍️

Hembusan kasar menyemburkan kabut dari pemuda yang kini menyenderkan tubuhnya pada balkon kamar. Dengan benda berbahan dasar tembakau yang terselip diantara jari tengah dan telunjuknya menyala disalah satu ujungnya.

Mokta benci, gangguan tidur yang sering dia derita sejak kelulusan SMP semakin sering menyambangi malam malamnya.

Sekalemg soda dengan rasa teh menjadi teman gabutnya malam ini, tidak ada yang salah dengan kehidupannya dia hanya sedikit benci dengan insomnianya saja.

oktroubleWhere stories live. Discover now