part 4

428 69 0
                                    

   Pagi menjelang, kepulan asap caffein berpadu bau masakan yang menggugah selera menyambut indra penciuman Mokta yang sejak tadi masih bertengger diranjang dengan ransel yang teronggok disampingnya.

  Hari yang panjang akan dia lalui.

  Rencana survey lokasi perkemahan dalam rangka purna jabatan dan sertijab akan dia lakukan siang ini.

  Bukan kegiatan baru sebagai anggota Dewan Ambalan seperti Mokta, apalagi dengan pengalaman dia berorganisasi sejak dijenjang sekolah menengah pertama hal hal berkaitan dengan alam dan perkemah sudah seperti makanan pokok ditiap tahunnya.

  "Abang bawa mobil, mau pulang telat sekalian survey lokasi perkemahan. Kalo sampe malem gak pulang berati tidor disekre, bunda sama Ayah gak usah panik". Pamit Mokta sembari mencium tangan kedua orang tuanya.

  "Kalau pulang telat kabarin Bunda, gada ngilang ngilangan apalagi gak bisa dihubungi. Bunda ambilin powerbank Ayah dulu, biar batre nya gak habis".

Mokta nyengir konyol, kebiasaan buruk dia susah dihubungi dengan alasan batre habis untuk ngegame sudah bukan lagi rahasia umum, apalagi dengan aktifitas dia yang super padat kadang tidak menghiraukan teknologi pintar itu.

  Setelah benda persegi panjang berwarna hitam itu masuk kedalam ranselnya, Mokta menyusul adiknya yang sudah digarasi dan menunggangi kuda besi andalannya.

  "Abang bawa mobil, duluan aja. Mau nelat dikit ke mamang". Sambil mengerlingkan matanya, dengan gaya sengak andalannya. Mokta memasuki mobil yang terparkir disamping motor kawasaki adiknya.

  " Cepuin ayah sabi kali yah". Aduk Moksa yang sudah mengenakan helm full face itu.

  "Cepuin aja kalo berani, ntar abang cepuin balik kalau kau suka ngasih makan arwananya ayah pakek nasi".

  Moksa melotot tajam beerbanding terbalik dengan Mokta yang menapikan senyum kemenangan.

   " Dadah dedek gemes, belajar yang bagus yak biar kalau ngancem abang gak kalah".

  Setelah gerbang terbuka lebar oleh mang Asep, Mokta dengan semangat menginjak pedal gas dan memutar kemudi untuk menyusuri jalanan kota yang sudah semakin ramai.

  Mobil yang dia kendarai berhenti dibangunan bernuansa merah biru khas tempat perbelanjaan sejuta umat, setelah memarkirkan dengan tepat Mokta lalu memulai misinya untuk memborong snack dengan uang  hasil rampokan omanya minggu lalu.

 6 bungkus snack, 2 kotak pocky, 5 kotak susu strawberry dan 3 kaleng soda sudah dia dapatkan dengan percuma tanpa memotong uang jajan yang rutin Ayahnya transfer ditiap minggunya.

  Amunisi perbekalan sebelum bertempur.

  Surat dispen sudah dia kantong beserta 5 surat lain untuk anggotanya, anggota perkab, dokumentasi, dan keamanan. Masing masing memiliki tugas tersendiri dalam sesi survey kali ini, kebutuhan dokumentasi dan pemberi tanda penunjuk arah akan dia mereka lakukan siang ini sebagai antisipasi keteteran pas hari h acara.

  Menggaet 1 guru pemandu ekstra rombongan akan berangkat pukul 9 dan akan menempuh satu setengah jam perjalanan.

  Stelah sampai dipelataran Guna Dharma Mokta berlarian kecil menuju  ruangan ekstra yang berada dilorong paling ujung bersebelahan dengan gudang lantai bawah. Beberapa anggota yang sudah siap dengan segala perlengkapanya menyambut ramah si pradana. Biar kukenalkan mereka, tentu saja ada  Mokta sipradana, Angga dengan kamera yang tergantung dilehernya, Dikta yang menenteng beberapa plakat penanda dan pilok pada tas besar berwarna hitam, ada juga Arsen dengan kotak P3Knya, lalu katrina yang didapuk sebagi sekretaris sekaligus mantan Mokta juga ikut serta didalamnya.

oktroubleWhere stories live. Discover now