***

Farez melambaikan tangan kananya ke arah Vio yang kini berjalan menuju ke arahnya.

"Siang Mbak cantik." Kata Farez pada Vio yang sudah berdiri disampingnya dengan senyum manis.

Vio mengambil helm dari tangan Farez. "Gombal deh." Kata Vio sebelum memakai helmnya. Dan segera naik ke boncengan motor Farez.

Farez menoleh ke arah Vio dengan wajah ditekuk. "Aku itu kangen Mbak tau, aku kan gak ketemu Mbak empat hari. Masak pujian tulus aku dibilang gombal sih." Kata Farez pura-pura ngambek.

"Tapi inget tempat. Ini masih disekolah. Ayo jalan." Kata Vio tak memperdulikan sikap sok ngambek Farez.

Fares membuang nafas sejenak, kemudian mengangguk pelan dan menjalankan motornya meninggalkan pelataran sekolah.

Vio melepaskan helmnya dan menyerahkan kembali kepada pemiliknya. "Ibu sama Bapak lagi kerumah Pak De ku. Tapi Vano udah dirumah kok." Kata Vio setelah masuk kedalam rumah dengan Farez yang mengekor dibelakangnya.

"Yah, kok Vano dirumah sih. Gak bisa berduan dong sama Mbak." Kata Farez sembari menyamakan langkahnya dengan Vio dan merangkul bahu Vio manja.

"Mulai deh." Kata Vio memukul pelan tangan Farez yang merangkul bahunya. "Aku ganti baju dulu ya." Kata Vio setelah melepas rangkulan Farez dan menyuruh Farez duduk di sofa depan televisi.

Farez mengangguk, dan mulai menyandarkan tubuhnya di punggung sofa sembari menyalakan televisi.

"Kayak rumah sendiri ya Rez." Suara Vano membuat Farez yang semula fokus pada tontonan didepannya, menjadi menoleh pada Vano yang sudah duduk disebelahnya dengan tatapan malas.

"Lo ngapain kesini? Balik kamar sana, ganggu gue sama Mbak Vio berduan nanti." Kata Farez berniat mengusir Vano.

"Eh buaya, ini gue baik karena gak mau membiarkan kalian ngobrol berdua. Nanti yang ada lo berdua ditemenin sama setan, tau gak?" Kata Vano mulai memancing kekesalan Farez.

"Tau lah, kan setannya lo. Makanya gue nyuruh lo balik ke kamar."

"Sialan lo Rez." Maki Vano sembari  memukul bahu Farez.

"Van! Kok pakek kata kayak gitu sih?" Sela Vio yang kini sudah menaruh tiga gelas berisi jus jeruk diatas meja.

"Tau nih Mbak. Vano tu suka banget maki-maki orang." Kata Farez mengadu.

Vano menoleh kesal ke arah Farez, kok jadi dirinya yang kena. Farez memang tidak suka yang namanya sadar diri. "Ngaca woi. Lo sebelas dua belas sama gue." Kata Vano tak terima.

Farez menggoyangkan satu jari telunjuknya kekanan kekiri tanda tak setuju. "Gak ya, apaan sebelas dua belas sama lo." Bantah Farez.

"Lo tu ya... "

"Udah-udah, ini kok malah jadi berantem sih." Vio menghentikan perdebatan kedua laki-laki didepannya.

Farez dan Vano hanya mendengus bersamaan dan saling membuang muka.

Vio memberikan gelas berisi minuman ke pada keduanya, kemudian mengambil duduk di tengah-tengah antara Farez dan Vano.

Love You MBAK!Where stories live. Discover now