Bagian 011

337 16 0
                                    

°°°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°°°

Nino berjingkat kaget saat Farez memukul meja begitu keras dengan tangan yang terkepal.

"Rez!" Panggil Nino saat Farez berdiri dengan kasar hingga membuat kursi yang dudukinya terdorong hingga ambruk.

Nino seketika menyusul Farez yang kini berjalan mendekat pada dua orang yang tengah berbicara berhadapan, kedua tangan Farez tekepal hingga buku jarinya memutih.

Dan Nino tahu jika itu salah satu ciri khas jika Farez tengah menahan emosi.

Vio yang masih berbicara dengan Rama, salah satu rekan kerjanya yang kebetulan memiliki usia yang sama dengannya dan Hani.

Hani yang tadi berangkat bersama dengan Vio, kini tengah berada di toilet karena sedang buang air kecil.

Sehingga dengan terpaksa Vio harus menunggu Hani sendirian, dan dengan kebetulannya Rama yang datang sendiri dapat menjadi teman berbicara Vio sembari menunggu Hani.

Vio tidak menyadari bahwa Farez kini tengah berjalan menuju ke tempatnya dengan perasaan marah.

"Ohh, ini yang katanya rekan kerja?!" Suara keras Farez terdengar dingin, membuat Vio dan juga Rama menoleh kearahnya.

"Farez?!" Kata Vio terkejut melihat keberadaan Farez.

"Ini yang katanya ada acara makan malem sama rekan kerja? Sama dia
!" Tanya Farez mengangat sebelah alisnya sembari tangannya menujuk kearah Rama.

"Rez." Vio menyingkirkan tangan Farez yang menunjuk tidak sopan ke arah Rama.

"Kenapa? Mbak gak suka rekan kerjanya aku tunjuk-tunjuk, hah?!" Kata Farez menahan emosi.

"Rez, dengerin saya dulu. Jangan kayak gini." Vio berusaha menahan tubuh Farez yang berusaha maju ke arah Rama.

"Apa yang harus aku dengerin Mbak?!" Tanya Farez sembari melepaskan tangan Vio yang masih menahan tubuhnya.

Vio diam sejenak. "Saya beneran ada acara makan malem sama rekan kerja saya, dan Rama... " Vio menoleh sekilas pada Rama. "Rama juga salah satu rekan kerja saya... teman perempuan saya... " Kata Vio berusaha untuk menjelaskan.

Namun belum selesai berbicara Farez lebih dulu menatapnya semakin tajam dan membuat Vio menjadi sulit untuk melanjurkan perkataannya.

Tapi raut bingung dan takut yang Vio perlihatkan malah membuat Farez semakin percaya kalau Vio tengah mencoba berbohong.

Farez mengepalkan tangannya lagi saat Vio malah diam dan tidak melajutkan penjelasannya pada Farez, namun dari pada mempermalukan Vio didepan umum Farez lebih memilih menahan emosinya itu.

Tak ingin emosinya meluap saat mendengar penjelasan Vio yang terhenti tersebut, Farez memilih berjalan pergi dari hadapan Vio tanpa berucap satu kata pun.

Love You MBAK!Where stories live. Discover now