Bagian 021

243 10 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Farez mengangkat kedua tangannya ke atas untuk meregangkan tubuhnya yang terasa lelah setelah hampir tiga jam duduk dikursi kerjanya untuk membuat beberapa desain gambar celana yang harus ia revisi karena masih tidak sesuai dengan keinginan pemesannya.

Farez melihat sekilas jam dinding diruang kerjanya, kemudian membereskan buku dan peralatan gambarnya dan dengan segera meraih tas punggungnya untuk segera ke kampus karena ada jam matkul siang ini.

"Nanti bukanya gak usah sampai malam ya, cukup sampai pukul empat aja." Kata Farez pada ketiga karyawannya.

"Iya Kak." Jawab Rama, di ikuti dengan anggukan dua karyawan lainnya.

"Kalau gitu saya pergi dulu. Semangat ya kerjanya." Farez mengangat kepalan tangannya keatas memberi semangat kepada ketiga orang didepannya.

Setelahnya Farez segera berjalan keluar dari distro dan menuju ke motornya.

Baru saja akan menyalakan mesin motornya, Farez tiba-tiba merasa ada yang mengawasinya.

Farez menoleh kearah berlakang dan samping kanan kirinya. "Ini perasaan gue aja apa emang ada yang baru aja ngawasin gue ya?" Batin Farez.

Setelah memastikan kalau memang tidak ada orang disekitarnya, Farez dengan segera menyalakan mesin motornya dan berlalu pergi dari pelataran distro.

Farez segera turun dari motornya dan berjalan menuju ke arah kantin dimana ketiga temannya berada.

"Rez! Sini." Teriak Rian memanggil Farez untuk duduk di meja pojok kantin.

Farez menganguk sekilas kemudian berjalan menghampiri ketiga temannya itu.

Farez menatap bingung kearah Nino setelah mengambil duduk disamping Nino.

"Kenapa?" Tanya Farez tanpa suara sambil menatap ke arah Vano dan Rian yang duduk didepannya.

"Galau kayaknya." Balas Vano tanpa suara juga.

Farez hanya menggeleng pelan mendengar jawaban dari Vano.

"Kenapa lo No?" Tanya Farez basa-basi pada Nino, sembari menepuk bahu Nino.

Nino hanya menggeleng singkat, kemudian membuang nafas pelan.

"Kalau Mita sama cowok lain, ya lo juga cari cewek lain No. Jangan galau gitu." Celetuk Vano kemudian membuka bungkus cemilan.

"Jomblo kayak lo mana ngerti sih Van." Rian menoleh ke arah Vano. "Kalau udah terlanjur cinta, sama satu orang udah paling sulit kalau lo suruh berpaling dan cari yang lain." Lanjut Rian dengan nada tak bersabat.

Vano berdecak pelan kemudian mendorong dahi Rian. "Gue jomblo itu urusan gue, jangan lo olok-olok." Protes Vano. "Gue juga tahu kalau lo itu buaya rawa gamom! Makanya lo ngomong gitu." Ejek Vano.

Love You MBAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang