Bagian 015

314 10 0
                                    

°°°

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

°°°

"Lhoh... kok udah kesini aja Bang, kan belum saya suruh kesini, tumbenan?" Kata Rani sembari menahan tawa, saat wajah laki-laki yang baru saja ia bukakan pintu, menatapnya dengan pandangan jengah karena perkataannya.

"Mama kira, aku Abang-abang penjual sayur langganan Mama. Yang kesini harus dikontak dulu." Kata Farez dengan cemberut setelahnya.

Rani tertawa hingga sudut matanya mengelurkan air mata, setelah puas melihat wajah anak sulungnya saat ini.

"Kan biasanya kalau hari libur gini, lebih milih ke distro dari pada pulang kerumah. Pakek segala di suruh pulang dulu sama Mama baru kamu kesini." Kata Rani kemudian menarik lengan Farez untuk masuk kedalam rumah.

"Kok sepi?" Tanya Farez setelah sampai diruang tengah.

"Pada ke terminal." Beritahu Rani pada Farez yang sudah duduk manis diatas sofa.

"Jemput siapa?" Tanya Farez dengan sebelah alis yang terangkat.

"Itu... " Baru saja Rani akan menjawab pertanyaan Farez.

Suara salam serta lanjutan kalimat yang cukup keras dan melengking dari arah pintu utama membuat kalimat Rani terhenti.

"Assalamualaikum wahai penghuni rumah!"

Membuat Rani menggeleng pelan, sedangkan Farez memegang dadanya akibat terkejut dengan suara yang cukup keras hingga membuat remot ditangannya jatuh ke lantai.

"Mama!" Teriak perempuan dengan kedua tangan yang menenteng tas salempang dan ransel.

Rani tersenyum melihat kehebohan tersebut dan dengan segera merentangkan kedua tangannya setelah berbalik badan.

Tanpa ragu perempuan tersebut langsung berlari dan masuk kedalam pelukan Rani, Rani tersenyum lagi kemudian mengelus sayang rambut perempuan dalam pelukannya saat ini.

"Nadda kangen banget sama Mama Rani." Kata Nada dengan nada yang berubah parau dengan sedikit serak.

Rani tahu keponakannya itu sedang menahan tangis didalam pelukannya.

"Mama juga kangen banget sama Nadda, kalau mau nangis nanti aja. Nanti kita quality time ditaman belakang, atau mau sambil belanja di mall." Kata Rani mengelus naik turun punggung keponakannya itu.

Nadda melepas pelukannya kemudian menatap Rani dengan mata berkaca-kaca kemudian tersenyum sembari ngangguk pelan.

Artinya Nadda setuju dengan usulan Rani.

Farez menggeleng pelan saat melihat tingkah Nadda saat ini, sepupu yang tinggalnya memang berbeda provinsi dengannya itu selalu saja heboh saat berjumpa dengan mamanya.

Tapi Farez dapat memaklumi hal tersebut, karena memang Nadda sudah menganggap Rani lebih dari sekedar tante. Sejak ibu Nadda meninggal dunia, Nadda hanya memiliki Rani sebagai tempat untuk bertukar cerita antar sesama perempuan.

Love You MBAK!Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz