43

4.1K 418 20
                                    


  Tap...

Tap..

Tap..

Tap..

Hazel menuruni tangga ia sudah siap dengan seragam sekolahnya tak lupa dengan menggendong tas.

Brak..

Dari arah ruang tamu terdengar suara gebrakan yang cukup kencang, juga ada beberapa orang yang sedang berbicara.

Karena rasa penasaran tinggal tinggi akhirnya Hazel memutuskan untuk melihat apa yang sedang terjadi di rumahnya.

Cih..

Decihnya begitu ia melihat Deva dan teman temannya ada di rumahnya, tidak hanya itu ada beberapa polisi, kedua orang tua Hazel dan Sosok laki laki yang kurang Hazel kenal, namun terlihat dari penampilannya sepertinya ia bukan orang biasa, mungkin ia suruhan atau tangan kanan salah satu keluarganya.

"Putra dan putri ibu di tangkap atas kasus pencemar nama baik dan pembunuhan" ucap polisi dengan memberikan surat tugasnya.

"Astaga masalah kemaren belom selesai juga" kesal Hazel.

"Emang ada bukti?" Tanya Hazel lagi.

"Ada saksi dan foto juga cukup membuktikan kalo Lo pembunuhnya, dan untuk kasus Ziel itu urusannya sama Deva" ucap Shayan.

"Oh ya, terus ini siapa?" Hazel memperlihatkan polselnya yang sedang memvidio call seseorang.

"Noh liat kan kelakuan Abang Lo, semua yang gua ucapin gak bohong" ucap Hazel.

"Se....Shela" gugup Shayan ketika melihat adiknya.

"Shela Shela, malu maluin keluarga Lo, malu gua punya Abang kaya Lo, perusak kebahagiaan orang, gimana hadiah dari kakak cantik seru? Kesel? Atau hampir gila?" Tanya Shela.

Flashback rumah Shayan....

"Apa kak?" Tanya Shela.

"Kamu tau kan alesan Abang kamu di penjara?"

Shela mengangguk.

"Ya orang yang dia culik, Abang gua, awalnya gua fine fine aja dia di penjara dan gua anggap masalahnya kelar, tapi Lo tau dengan enaknya Abang Lo bebas setelah dua Minggu di penjara? Masuk akal?"

Shela menggeleng.

"Tentu apa lagi yang di culik sampe meregang nyawa, bukannya itu gak adil buat keluarga gua?"

Shela mengangguk lagi, jujur saja ia mulai merasa tidak enak dengan kakak cantiknya, dan ia sangat kecewa dengan kelakuan kakaknya yang sangat gegabah itu.

"Jadi Lo tau kan kedatangan gua kesini mau apa?"

"Bales dendam?" Tanya Shela.

Hazel mengangguk dan tersenyum manis.

"Tadinya gua mau bunuh Lo, tapi inget kalo Lo masih muda, yaudah gak jadi, sebagai gantinya Lo harus bantuin gua, kalo Lo gak mau terpaksa seluruh keluarga Lo termasuk kakek nenek, paman bibi bakal habis di tangan keluarga Josephine"

Shela membulatkan matanya tak percaya, abangnya ternyata sudah benar benar salah cari lawan.

"Jadi Lo pergi terserah kemana aja satu hari full, ponsel jangan aktif dan kasih tau rencana ini ke orang tua Lo, kalo mereka gak setuju maka Shayan gua bunuh di depan mata mereka langsung"

Shela mengangguk.

"Sana pergi, inget jangan kasih tau siapa siapa rencana ini"

Shela mengangguk lalu membungkuk.

"Atas nama bang Shayan Shela minta maaf kak, Shela tau kesalahan dia fatal banget, tapi Shela mohon jangan apa apaan dia, kalo kakak rasa kurang puas sama keputusan hakim kakak laporin aja lagi biar dia di penjara lagi"

Hazel menatap Shela datar.

"Sana pergi, nih uang selama kamu pergi biar gak kelaparan dan berujung mati nyusahin orang"

Shela tersenyum manis .

"Makasih kak, sekali lagi maaf ya, maaf banget"

Flashback end....

"Denger kan cerita adek Lo tersayang itu?" Ucap Hazel dengan wajah mencemooh.

"Kalau begitu putri saya tidak perlu di tangkap" Josep berbicara dengan tegas.

Polisi mengangguk.

Sementara isi kepala Hazel di penuhi dengan pertanyaan, memangnya bisa mencabut laporan semudah itu?

"Gua bisa tuntut Lo balik atas kasus pencemaran nama baik, Shayan Shayan, kalo bertindak itu coba di pikirin Mateng Mantang, Lo terlalu gegabah jadi orang, belom nemu bukit yang cukup udah main laporin, harusnya Lo tanya dulu dong sama Juan, Juan kan tau, ya kan Juan ya?"

Juan salah satu teman Deva terlihat kebingungan.

"Alah pura pura gak tau, orang Lo nguping pembicaraan gua sama Shela"

"Baik Bu pak, kami akan tetap memproses hukum untuk putra bapak dan ibu, Karena bukti bukti sudah lengkap dan menyatakan bahwa pelaku teror dan ujaran kebencian terhadap Nona Gina dan tuan Deva, mari" ajak polisi tersebut.

Ziel berdiri dengan wajah santainya, membuat Deva kesal, bukankah seharusnya Ziel itu tertekan atau merasa bersalah, namun apa, Ziel hanya menampakan raut wajah biasa saja.

"Sana pulang ke negara masing masing, jangan sampe kalian ke negara ini dan ketemu sama gua, kalo itu terjadi -" ucapan Hazel terpotong oleh salah satu teman teman Deva.

"Kalo terjadi mau apa?" Tanyanya, karena beberapa bulan lagi ia akan kembali ke negara ini untuk urusan pribadi.

"Gua seret muka Lo pada ke jalan"

.............

"Huaaa sindy Abang gua tersayang masuk penjara"

Hazel kini sedang rebahan di tempat tidur Sindy, ia membolos dan bertemu sindy di jalan jadi ia sekalian mengajak Sindy untuk membolos.

"Gara gara?" Tanya Sindy yang saat ini sedang bereksperimen dengan tubuh robot Theo.

"Gak tau katanya Abang gua neror si Deva sama Gina, tapi kalo ia masa sih"

"Bisa aja, kita gak tau apa yang ada di pikiran setiap manusia Zel, mungkin emang bener Abang Lo ngelakuin itu karena dendam mungkin" jelas Sindy.

"Dan menurut gua itu udah keputusan paling tepat sih, baik Abang Lo, baik pihak Gina dan Deva dua duannya sama sama dapet pelajaran dari kasus ini, belum lagi Shayan dan teman teman mereka yang lain juga udah mulai sadar sama kesalahannya" jelas Sindy lagi.

Hazel diam saja matanya menoleh ke luar jendela.

"Nih jaga baik baik, kalo processor yang ada di robot rusak masih bisa di copy sama processor di Tesserac tapi kalo dia duanya rusak udah gak bisa di perbaiki lagi"

"Thanks yaa"

"Lo harus hati hati, jangan sampe rusak dua duanya atau Lo bisa kehilangan Theo selama lamanya dan Lo gak bakal bisa nemuin atau buat copyan nya lagi" peringat Sindy.

"Iya Sindy bakal gua jaga baik baik, Lo tenang aja"


















Hay Hay Hay jangan lupa vote ya makasih.....

Hazel (End)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ