28

6.2K 633 34
                                    


Karena kejadian yang menghebohkan tadi, acara kumpul keluarga terpaksa di bubarkan, tepat saat Hazel memberitahu jika ziel tertidur, saat itu juga petugas medis yang di hubungi datang dan memeriksa keadaan Ziel.

Untung saja keadaan ziel baik baik saja, tidak sampai hilang ingatan, atau lebih parahnya lagi pendarahan, tidak ziel hanya mengalami luka kecil.

Karena di bubarkan jadi Hazel memiliki waktu lebih untuk ia habiskan sendiri, Alma? Ia di hukum, ia tidak di beri uang saku, serta semua fasilitasnya kembali di sita, lalu anggota keluarga yang lain menghabiskan Sabtu sorenya dengan kesibukan masing masing, keluarga Deva juga sudah pulang ke kediamannya.

Tap.

Tap.

Tap.

Suara langkah Hazel menggema, membuat ziel dan Hans yang berada di ruang keluarga menoleh.

"Mau kemana dek?" Tanya Hans.

"Perpustakaan kota" jawab Hazel tanpa menatap Hans.

"Mau Abang anter?" Tawar Ziel.

"Gak makasih, Lo sakit" tolak Hazel.

"Ah elah, gua luka bukan lumpuh, gua anter ya" bujuknya.

"Gak Lo bau"

"Mulut Lo ya"

Bruk..

Ziel melempar bantal tepat ke wajah Hazel, membuat Hazel hampir terjatuh ke belakang.

"Sialan, kalo gak gua tangkap adek jatoh, kalo becanda gak gitu" ziel di marahi Hans.

"Yaudah si gak jatuh juga" ucap Hazel.

"Udah gua anter"

Hans langsung menggandeng tangan Hazel dan membawanya keluar.

"SORRY DEK, BECANDA, BALIK BELIIN KOPI" teriakan Ziel menggema.


.......

Hans dan Hazel baru saja sampai di depan perpustakaan kota yang terlihat cukup sepi mungkin karena ini hari libur jadi tidak banyak pengunjung yang datang.

"Mau di jemput jam berapa?" Tanya Hans.

"Gak usah, bareng temen" jawab Hazel, tentu saja ia berbohong.

Ia saja diam diam menjauhi teman temannya, mungkin hanya Reza dan Haikal yang dekat dengannya itupun karena mereka satu kelompok, dan sepanjang perjalanan pulang tadi ia terus chatiingan dengan mereka dan ternyata mereka banyak memiliki kesamaan, singkatnya mereka bertiga cukup sefrekuensi.

"Yaudah, hati hati, ini" Hans memberikan beberapa lembar uang.

Hazel mengeluarkan raut bingungnya.

"Ambil aja, Abang kerja juga buat kamu" ucapnya.

Dengan terpaksa Hazel mengambil uang tersebut toh ia juga membutuhkannya, setelah ia ambil Hans langsung menariknya kedalam pelukannya.

Hans memeluk Hazel dengan erat, sangat erat hingga Hazel merasa sesak di buatnya.

"Maafin Abang ya, selamanya kamu tetep adik Abang" ucapnya, setelah itu Hazel langsung turun dari mobil yang ia naiki.

"Bye" Hazel melambaikan tangannya dengan wajah datar.

Hans menatap kedua mata Hazel dengan dalam, lalu mengangguk dan mengendarai mobilnya untuk pulang.

Hazel memasuki area perpustakaan, untuk mencari novel, tempo hari Hazel tidak menemukan novel yang serupa dengan kehidupan dulunya di perpustakaan sekolah, jadi ia memutuskan untuk mencarinya ke perpustakaan kota.

3 jam berlalu...

Sudah 3 jam Hazel mencari namun lagi lagi ia tidak menemukan novel serupa.

Merasa usahanya sia sia, Hazel duduk di lantai karena kelelahan dan menekuk lututnya lalu menjadikan tangannya sebagai tumpuan.

"Cari ini?"

Seseorang menjulurkan novel kepada Hazel.

Hazel melihat novel tersebut, lalu beralih ke seseorang yang menjulurkan novel tersebut.

"SINDY?"  Ucapnya dengan sedikit berteriak karena ia terkejut tentu saja.

Hazel langsung berdiri dari duduknya.

Bagaimana bisa Sindy ada di dunia ini? Itulah pertanyaan dalam hatinya.

"Lo? Kok bisa?" Tanya Hazel yang langsung memeluk Sindy, begitupun sindy ia membalas pelukan tersebut dengan erat.




........

"Saya mau kalian culik anak perempuan satu satunya di keluarga Josephine, bawa ke bekas pabrik yang ada di sebelah barat, terserah kalian apakan, mau di bunuh atau apapun, terserah kalian lakukan saja, saya beri waktu kepada kalian selama 1 bulan untuk menculiknya" seseorang dengan nada suara yang berat memerintahkan kepada pembunuh bayaran untuk menculik seseorang.

"Ah atau lebih cepat lebih baik" lanjutnya.

"Baik, akan segera kami lakukan di bulan depan, untuk pembayaran harap di selesaikan" ucap salah satu dari 3 pembunuh bayaran tersebut.



......

"Jadi Lo mau tanya tanya tentang apa, satu satu tapi, biar gua gak pusing jawabnya"

Saat ini Hazel dan Sindy berada di sebuah cafe, mereka memesan ruangan private agar tidak ada orang lain yang mendengar percakapan mereka.

"Tubuh gua gimana?" Pertanyaan yang muncul pertama kali.

"Tubuh Lo, kritis, kemungkinan Lo bisa hidup lagi kecil" jawab Sindy.

"Hai Theo" Sindy menyentuh Tesserac yang di kenakan Hazel, ya kalung yang menyimpan sebuah prosesor kecil milik Theo, sehingga Theo bisa terhubung dengan Hazel.

"Hai nona Sindy" terdengar suara berat khas laki laki yang agak kaku seperti robot.

"Lo kenapa bisa ada di sini?" Tanya Hazel lagi.

Huftt

Sindy menghela nafas.

"Lo inget, meteor yang jatuh tepat ke rumah gua? Waktu itu meteor itu ngeluarin semacam black hole yang langsung nyedot gua dan semua barang barang yang ada di kamar gua, gua gak yakin berapa lama gua di dalem black hole itu yang jelas gua inget, tiba tiba gua ada di kamar yang bener bener persis kamar gua, gua penasaran gua telusuri kamar itu, terus gua keluar dan Lo tau di dunia ini gua punya keluarga"

"Dan saat itu juga gua sadar gua kesedot black hole dan keluar di white hole"

Hazel mendengarkan cerita Sindy dengan serius.

"Bukannya kalo Lo kesedot black hole, Lo gak bakal bisa keluar, singkatnya harusnya Lo mati, tubuh Lo bisa hancur berkeping keping dan white hole itu gak bisa di masuki"  ucap Hazel.

"Gua juga mikirnya gitu, malah gua mikir kalo gua abis ngelewatin wormhole, tapi apapun itu gua bersyukur bisa ada di dunia ini, gua bisa ngerasain punya keluarga di dunia ini, bahkan gua juga punya pacar"

Hazel mengangguk pelan.

"Lo bener, harusnya gua bersyukur, karena keluarga gua di dunia ini sama di dunia lama bener bener beda, di dunia ini mereka semua perhatian sama gua"

"Oh ya, gimana caranya balik ke dunia lama?"

Sindy tersenyum.

"Nanti Lo tau sendiri, nih baca" sindy memberikan novel yang selama ini Hazel cari.















Hay Hay Hay....

Hazel (End)Where stories live. Discover now