36

4.6K 501 40
                                    


Sesampainya di negara I Hazel bersama keluarganya langsung bergegas menuju rumah sakit yang sudah di beritahu lokasinya oleh Jaki.

"HANS" jerit Hanie Ketika melihat tubuh putra pertamanya yang sudah terbujur kaku dan mengalami beberapa luka yang di duga luka tersebut di akibatkan dari kekerasan berupa pukulan benda tumpul.

Luka tersebut terdapat di area tangan, badan dan punggung, setidaknya itulah luka yang terlihat dari luar.

Hazel menangis histeris, ia merasa bersalah, Hans ke negara ini karena ingin menenangkan diri juga agar Hazel tidak terganggu akan ke hadirannya tapi kedatangannya ke negara ini malah mempertemukannya dengan kematian.

"Bu tenang Bu" salah satu perawat berusaha memenangkan Hanie yang masih terus menjerit histeris.

Grep..

Ziel memeluk Hazel, Ziel tidak menangis karena ia tidak mau membuat Hazel tambah sedih jika melihatnya menangis.

"Ibu dan bapak mari ikut saya ke ruangan" salah satu perawat yang di perintahkan oleh dokter untuk membawa Josep dan Hanie ke ruangan sang dokter dan dokter akan menjelaskan semua luka dan kekerasan yang Hans alami.

Di koridor depan ruang jenazah sudah ada Deva dan kawan kawannya menunggu.

Bugh.

Tanpa di duga Hazel melepaskan pelukan itu dengan kasar dan langsung mendorong Deva dengan seluruh kekuatan yang ia miliki, karena tak siap dengan dorongan tersebut tentu saja Deva terhuyung ke belakang.

"Gara gara Lo" lirih Hazel dengan menunjuk Deva.

"Hazel" panggil Ziel lalu Ziel menggelengkan kepalanya seolah memberi kode untuk tidak menuduh Deva.

"GARA GARA DIA BANG, COBA AJA DIA MAU NURUT SAMA BANG HANS, BANG HANS CUMA GAK MAU DIA TINGGAL SEMENTARA DI RUMAH PACARNYA, LOGIKANYA GINI AJA, BANG HANS GAK MAU DIA DAPET FITNAH YANG NGGAK NGGAK APALAGI DIA MODEL, DAN LO HARUSNYA LO NOLAK DEVA BUAT TINGGAL SEMENTARA DI RUMAH LO, MESKIPUN SEMENTARA KALO ADA MEDIA YANG MERGOKIN KALIAN ITU BISA BERIMBAS KE KARIR DEVA, MIKIR SAMPE SITU GAK SIH" bentakan Hazel menggema.

"Emang bener bang Hans Lo itu kecentilan"

Plak

Tanpa di duga Hazel di tampar oleh Deva cukup kuat hingga membuat pipinya memerah.

"Sialan"

Bugh

Bugh

Bugh

Ziel yang tidak terima adiknya di perlakukan seperti itupun naik pitam dan langsung menghajar Deva dengan membabi buta, Deva tidak balik membalas pukulan demi pukulan yang Ziel berikan karena ia juga sadar jika tindakannya yang menampar Hazel cukup kasar.

"Stop" bunda Deva berusaha memisahkan mereka begitu juga dengan teman teman Deva yang kerap di sapa Enha.

Hazel melihat itu sama sekali tidak ada niatan untuk merelai mereka, malah yang ada di benaknya ia ingin Deva terluka lebih parah.

Jahat memang.

"Udah yuk bang kita pergi dari sini" ajak Hazel tanpa menoleh ke arah Deva dan yang lainnya termasuk kedua orang tua Deva dan Diva juga yang ada di sana tidak Hazel gubris kehadirannya.

Hazel dan Ziel pergi dari koridor kamar mayat baru saja beberapa langkah mereka kembali menoleh saat mendengarkan ucapan Deva.

"Bukan Abang yang lakuin ini, tapi ibunya Gina" ucap Deva dengan lirih.

"Minta di bunuh ni orang, dia pikir dia siapa orang penting berani banget macem macem sama keluarga Josephine" meski ziel berbicara dengan pelan namun jelas orang orang mendengar ucapannya.

"Cuma perkara di bilang gak jelas dan kecentilan, meski gak salah juga bag Hans bilang gitu, gimana seandainya aku bunuh adiknya, dan aku bilang aja ke mommy sama Daddy suruh siapa dia rebut permen aku" Hazel berbicara dengan mengubah gaya bicara dan bahasanya, yang terlihat seperti anak kecil.

"Hah siapa?" ucap Hendrik salah satu teman Deva.

"Yuk bang" Hazel tersenyum manis dan membawa Ziel pergi dari sana.

.........

Rumah duka sudah di siapkan, mereka menjadikan markas Enha sebagai rumah duka karena Hans yang akan di makamkan di negara ini.

Hanie masih terus histeris di tenangkan oleh Josep yang berada di sampingnya, sambil memeluk peti jenazah Hans.

Hazel menatap adegan itu dengan tatapan kosong begitupun Ziel di sampingnya.

"Zeze" panggil Deva dengan merentangkan tangannya memberi kode kepada Hazel untuk masuk ke dalam pelukannya.

Namun Hazel diam saja tidak menggubrisnya.

"Zeze dengerin bang Dev dulu, ze dengerin dulu" pinta Deva.

"Mikir apa sih Lo tuh?? Bunuh Abang gua?!"

Sentak Hazel dengan menunjuk seseorang yang berada di belakang Deva.

Deva mengikuti arah telunjuk Hazel dan terkejut lah Deva ketika Hazel ternyata sudah mengetahui pelaku dari kejadian ini, padahal saat di rumah sakit tadi ia hanya menyebut mama Gina saja.

Ternyata Hazel sudah mengetahui jika Shayan ikut terlibat.

Shayan yang sedang di apit oleh dua polisi hanya bisa menunduk.

"Kita pamit dulu Tan, kita ada keperluan di negara A" pamit Deva kepada Hanie.

Deva tidak sendiri, ia pergi bersama dengan Gina, Hendrik dan Riki.

Hazel semakin menatap tidak suka ke arah Deva dan Gina, bisa bisanya di saat seperti ini mereka malah memutuskan untuk pergi.

"Lo bener bener gak punya otak Deva, gua gak bakal biarin hidup Lo tenang mulai saat ini Deva" maki Hazel meski lirih namun ziel dapat mendengarnya dengan jelas

"Abang ke belakang dulunya" pamitnya kepada Hazel.

Hazel mengangguk.

"Theo cari tau" perintah Hazel.

Di taman belakang terlihat Ziel yang sedang berbicara dengan seseorang orang berpakaian casual, entah apa yang mereka bicarakan sayang sekali karena Theo kurang mendengar dengan jelas percakapan mereka.

"Baik tuan" ucap pria berpakaian casual itu.

Theo tau jika orang itu kemungkinan orang kepercayaan Ziel maka dari itu Ziel berbicara di belakang.

Kira kira itulah yang Theo sampaikan kepada Hazel.

Hazel mengangguk kemudian ia tersenyum manis.

"Kita selesain dulu ini" ucapnya.






Baca TOXIC di akun uns_kyy04

Hay Hay Hay.....

Hazel (End)Where stories live. Discover now