3

23.8K 1.9K 58
                                    


"Belajar yang rajin, tapi kalo cape boleh bolos aja gak apa apa, gak bakal ada yang larang juga" Ziel mengusap pucuk kepala Hazel, kemudian beralih dengan Hans yang mengecup kening Hazel.

Jika kalian pikir mereka sedang berada di dalam mobil maka jawabannya salah, saat ini mereka bertiga sedang berada di kelas, lebih tepatnya lagi mereka sedang berada di bangku Hazel, mereka mengantarkan Hazel hingga bangku tempatnya duduk.

Banyak siswa dan siswi menatap aneh kepada Hans dan Ziel, lebih tepatnya kepada Hazel, karena setau mereka Hans dan Ziel tidak memiliki adik perempuan lagi selain Alma, apalagi dengan perlakuan Hans dan Ziel kepada Alma dan hazel sangat berbeda.

Bisanya mereka akan bersikap dingin dan acuh kepada Alma, namun berbeda dengan sikapnya kepada Hazel.

"Kakak kerja dulu ya, uang jajan udah kakak kasih, bye" setelah mengucapkan itu Hans pergi meninggalkan kelas Hazel  di ikuti oleh Ziel di belakangnya.

Kring.. kring..

Bel masuk berbunyi membuat seluruh murid memasuki kelas dengan tergesa gesa karena takut sang guru yang mengajar masuk lebih dulu dari pada mereka, karena itu sama saja dengan terlambat dan mereka bisa saja di hukum.

"Lo murid baru ya? Kenalin gua Nelly Florence Lo bisa panggil gua Nelly or Lily, tapi gua lebih suka dipanggil Nelly, nah ini temen gua namanya Resya Citraloka, panggil aja Esya, kalo dia yang judes namanya Caroline Ellora, panggil aja Carol, di bacanya Kerel ya bukan Carol" Nelly sosok gadis yang kelihatannya periang tiba tiba datang entah dari mana, dan berbicara seolah sudah akrab dengan Hazel membuat Hazel sendiri cukup risih dengan Nelly.

"Gua Hazel Josephine, kalian bisa panggil gua Hazel" Hazel ikut memperkenalkan namanya, bukan karena apa ia hanya tidak mau di cap sombong di hari pertamanya sekolah.

"Lo anak keluarga Josephine? Bukanya anak perempuan Josephine cuma satu ya, tu si Alma, Lo ngaku ngaku?" Tuduh Nelly dengan menunjuk ke arah Hazel.

"Lah ngapain gua ngaku ngaku, gak ada untungnya juga" belanya.

"Seluruh dunia juga tau kali, kalo keluarga Josephine cuma punya satu anak perempuan" Esya membela Nelly.

"Gua gak- Alma itu anak pungut" ucapan Hazel terpotong oleh Carol yang sedari tadi diam saja menyimak pembicaraan mereka.

Nelly dan Esya menatap bingung ke arah Carol dan hazel secara bergantian.

"Keluarga Josephine punya satu anak angkat, Alma, gak mungkin Hazel yang anak angkat orang bola matanya aja warna hijau sama kaya kepala keluarga Josephine" setelah mengatakan itu Carol pergi begitu saja meninggalkan teman temannya.

"Tapi kenapa dinamainya Hazel?" Tanya Nelly.

"Karenya nyokap gua suka hazelnut" jawab Hazel cepat tentu saja ia berbohong.

"Ehhhh Carol tungguin gua, ayo Nelly, kita duluan ya" panik Esya ketika di tinggalkan Carol.

"Bel baru bunyi mereka keluar" gumam Hazel.

"Jangan heran nona namanya juga antagonis utama" suara Theo tiba tiba terdengar di kepala Hazel, ralat sebenernya Theo berbisik

"Kalo sesuai novel ini di chapter berapa?" Tanya Hazel di dalam hatinya.

"Chapter 6 adegan di mana, Carol terkena tamparan teman dari  pemeran utama pria" jelas Theo.

Hazel mengangguk mengerti, ia tidak mau terlibat kedalam novel, sebagai mana mestinya ia hanya ingin menjadi penonton saja.

"Selamat pagi anak anak, silahkan buka buku-

......

Jam istirahat yang sangat di tunggu oleh seluruh murid, termasuk Hazel yang saat ini sudah berada di kantin, ia duduk di paling pojok dengan meja yang sudah di penuhi oleh makanan.

Plak...

Suara tamparan terdengar jelas mengisi keheningan kantin, Hazel menatap kejadian tersebut sambil menikmati hidangan.

"Hiks kan aku udah bilang maaf, salah kamu sendiri kenapa lewat sini" suara Alma terdengar menyedihkan namun tidak di pendengaran Hazel.

"Heh denger ya anak pungut, ini jalan umum, siapa Lo sampe larang gua buat lewat sini, Lo juga jadi laki ringan tangan banget, Lo pikir gua gak bisa bales?"

Plak..

Carol menampar Reza, Reza Ekaritna, salah satu teman dari tokoh utama pria, ya Reza yang tadi menampar Carol, karena ia kesal dengan perlakuan Carol yang menurutnya sudah kelewatan.

"Ka..kamu kan tau aku anak keluarga Josephine, kamu masih berani sama aku, mau perusahaan keluarga kamu bangkrut" Alma berbicara dengan menundukkan kepala layaknya mengheningkan cipta.

"Itu Mulu anceman Lo, tapi apa dari dulu perusahaan keluarga gua aman aman aja tuh" Esya berbicara tanpa menatap Alma ia justru menatap kukunya dengan sesekali meniupnya karena ia baru saja memoleskan kukunya dengan pewarna.

"Belagu banget Lo, kekayaan keluarga Lo itu gak ada apa apanya di bandingin keluarganya Alma, jadi orang gak usah sok deh" Olive mariela salah satu teman dekat Alma.

"Lo aja yang sok, gak tau apa apa tapi ngebela yang salah" maki Nelly.

Kembali kepada Hazel yang kini asik meminum jusnya.

"Enak banget ya minumannya sampe gak sadar ada orang?" Ucap seseorang yang membuat Hazel langsung terkejut bukan main.

"Huh astaga, gua kaget tau" kesalnya.

"Haha sorry, gua Joshua Bramasta" Joshua mengulurkan tangannya tanda ia ingin berjabat tangan dengan Hazel.

"Dia temennya tokoh utama laki laki kan? Theo tolong cari data dirinya segera" perintah Hazel dalam hati.

"Benar nona dia Joshua, yang selama alur novel berjalan ia hanya di gambarkan sebagai sosok pendiam dan tidak banyak berbicara, bahkan saat adegan seperti tadi juga ia tidak ikut berkomentar, ia malah menghampiri anda di sini, baik nona sebentar" jelas Theo.

Ting..

Hazel membuka ponselnya ia tau jika itu dari Theo, Theo yang mengirim data informasi milih Joshua.

"Loh ini serius? Kenapa pake perkenalan segala? Cari tau alesan dia ngelakuin ini" Tanya sekaligus perintah dari Hazel, jujur saja ia sempat terkejut ketika mengetahui fakta dari tada yang Theo berikan.

"Oh Hazel Josephine, salam kenal ya" Hazel menggenggam tangan Joshua tanda ia menerima jabatan dari Joshua.

"Tau, gua temen Abang Lo Ziel"

"Ohhh" Hazel mengangguk.

"Kedepannya kejadian kaya gini, gak usah kaget lagi, mereka emang begitu, gak pernah akur" ucapnya panjang lebar.

Hazel kembali menikmati makanannya sementara Joshua memilih untuk memainkan ponselnya.

"Udah Carol Lo minta maaf sama Alma, Alma Lo juga minta maaf sama Carol" ucap Jeno Marcello si tokoh utama di novel ini.

"Gak bisa dong, orang gua cuma lewat, kebetulan dia jatoh, terus Lo salahin ke gua, itu namanya fitnah" Carol tak terima dirinya di salahkan pun langsung pergi meninggalkan kantin tak lupa di ikuti oleh kedua teman temannya.













Hay Hay Hay....

Hazel (End)Where stories live. Discover now