57. What nonsense?

288 31 4
                                    

Ketukan dari arah luar balkon kamarnya, membawa Hazel beranjak dari meja belajar. Siapa yang malam-malam begini mengganggunya? Hewan macam apa itu? Apa kelelawar tak sengaja menabrak pintu balkonnya atau mungkin seekor burung?

Saat gordennya dia singkap, pemandangan seorang pria membelakanginya menjadi penyambut netra hazelnya. Dia terkejut atau bahkan sangat-sangat terkejut, siapa orang itu?

Dengan cepat Hazel membuka pintunya lantas pergerakannya membuat pria itu berbalik menatapnya yang ternyata adalah,"Aiden?,"

Cowok bernama lengkap Aiden Arnav Biantara itu melangkah lebih mendekat kearahnya, sedangkan Hazel hanya diam ditempatnya dengan tubuh membeku.

Aiden terus mengikis jarak diantara mereka membuat Hazel menahan napasnya, lalu tangan cowok itu terlihat terangkat membuat mata Hazel seketika memejam.

Namun, yang Hazel rasakan selanjutnya membuatnya berdebar tak karuan.

"Air matanya terlalu berharga," bisik Aiden tepat disamping telinga Hazel usai cowok itu mengusap kedua pipinya bergantian.

Hazel membuka matanya merasa merinding, sebab napas cowok itu terasa menyapa lehernya dan menghadirkan rasa geli yang menggelitik leher putihnya. Sontak saja Hazel mendorong dada Aiden agar menjauh darinya.

"Mau apa lo?!," jutek Hazel sambil membuang muka.

Kenapa Aiden harus datang disaat yang menurutnya tidak tepat? Lagipula untuk apa juga cowok itu datang?

Hazel tidak suka bila ada yang mengganggunya disaat dia sedang berusaha menenangkan diri setelah mendapat kasarnya perlakuan papanya. Dia hanya tidak ingin dikasihani.

"Lo marah?,"

Sama sekali tak menggubris Hazel tetap tak mau menatap Aiden sedikitpun.

Setelah banyaknya kejadian tak terduga antara Aiden dan Tami yang Hazel saksikan dengan mata kepalanya sendiri, kenapa Aiden baru bertanya sekarang?

Lagipula tanpa Hazel jelaskan Aiden sudah pasti tahu jawaban dari pertanyaan yang cowok itu lontarkan untuknya.

"Semua nggak seperti yang lo pikirin Hazel,"

"Iya, tapi seperti yang gue lihat, gitu kan maksud lo?," sambar Hazel terkekeh kecil.

"Zel! Dengerin penjelasan gue dulu!,"

"Dengerin apa? Dengerin kalo lo bakal dinikahin sama Tami? Iya?!,"

Cowok dengan pakaian serba hitam itu hanya diam tak bisa menjawab ucapan Hazel, dia ingin marah dengan Tami tapi tidak bisa. Keadaan Aiden sekarang serba salah. Dia ingin memperbaiki hubungannya dengan Hazel tapi banyak hal yang menghalanginya, termasuk Hazel yang kini terlanjur kecewa padanya.

"Mending lo pulang! Well, gue nggak ada waktu buat ngeladenin manusia brengsek!,"

"HAZEL!," bentakan Aiden sukses membuat Hazel terkejut sekaligus takut, menyadari hal itu Aiden mengusap wajahnya lelah, cowok itu menghela sebelum berbicara dengan intonasi rendah,"Gue tau gue salah, gue minta ma'af.. untuk yang malem itu gue bener-bener nggak tau, tiba-tiba aja Tami kepleset dan gue berusaha nahan tubuhnya tapi dia malah jatuh ke gue dan yaa.. Gue nggak bisa cegah semuanya Hazel,"

Hazel menggeleng tak peduli,"Whatever.. I don't care Aiden,"

"Please zel percaya sama gue, lo cuma satu-satunya cewek yang gue mau,"

"Mau ngomong gitu sampe kapan? Gue udah bosen dengernya,"

"Gue serius Hazel," ujar Aiden dengan muka memelas sambil menggapai tangan Hazel untuk digenggamnya tapi Hazel malah bergerak mundur.

"Gausah sentuh gue! Najis," Hazel mendecih merasa jijik.

Aiden pikir, Hazel bisa disentuh seenaknya seperti perlakuan cowok itu ke Tami? Tidak! Jangan pikir Hazel mau berdekatan dengan cowok itu lagi. Aiden benar-benar sudah kelewatan, entah sengaja ataupun tidak Hazel tetap kecewa.

"Yang perlu lo tau, first kiss gue itu lo bukan Tami,"

Tubuh Hazel mematung dengan kernyitan dahi yang kentara berusaha memahami apa yang cowok di depannya ini ucapkan. Firts kiss? Dengannya? Oh--

"Ingetkan waktu lo tenggelem di kolam sekolah?,"

Tbc.









Baca bentar boleh?

Kalian mungkin ngerasa cerita ini panjang banget terus juga belum ditemukan titik ending, so im sorry.

Aku cuma mau bilang, kalo aku udah punya target dan cerita ini bakal ending dipart 100 an kurang lebih. Soalnya kan satu partnya cuma sekitar 500 kata, alasannya ya biar yang baca nggak bosen kalo kebanyakan. Tapi kalo kalian udah bosen juga gapapa gausah dibaca.

Jangan lupa vote n komen, boleh juga kasih kritik sarannya yang membangun. Sekian.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang