40. Family are strangers

431 22 1
                                    

Hazel melenguh merasakan sakit disekujur tubuhnya, gadis itu terbangun dengan kepala berat. Dia menatap kesekitar, ternyata hujan sudah reda, menyadari itu Hazel melebarkan matanya. Gadis itu semalaman berada diluar, dia terus menangis sampai ketiduran meringkuk didepan pintu.

Dengan bantuan pegangan gadis itu berdiri, dia lihat masih sangat sepi tapi mobil papanya sudah berada dihalaman. Apa Kai sudah pulang? Sejak kapan? Dan dimana sekarang?

Bersamaan dengan itu, Jarrel keluar dari rumah dengan seragam sekolah rapi.

"Lo mau sekolah?,"

Merasa tak ditanggapi Hazel mengikuti langkah Jarrel sampai kedepan teras gadis itu kemudian berhenti, masih terus memperhatikan Jarrel yang mengambil motornya digarasi.

Hazel tiba-tiba bersin, hidungnya terasa gatal dan tersumbat. Gadis itu memeluk tubuhnya sendiri yang kembali merasa kedinginan. Sampai Jarrel keluar dari garasi dan memanasi motornya, Hazel belum juga mau pergi dari sana.

"Papa udah pulang?," tanya Hazel berdiri tepat disamping motor Jarrel.

Seperti biasa Jarrel mengabaikannya, hingga cowok itu melesat keluar pagar dan hilang dari pandangan Hazel. Masih terus bersin, Hazel memilih untuk segera masuk kedalam berniat mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Selain itu Hazel juga ingin melihat keadaan papanya lantaran sangat khawatir.

Benar saja didalam masih sepi, hanya pekerja rumah yang tengah bekerja dipagi buta begini. Saat kaki Hazel baru menapak ditangga pertama terdengar seseorang memanggilnya, Hazel berbalik badan.

Bi Mina berjalan cepat dari arah dapur menghampiri Hazel,"Non Hazel? Non baru pulang? Non gapapa?," bi Mina meraih wajah Hazel dan menangkup pipi gadis dengan lembut. Hazel menggelengkan kepalanya kecil berusaha meyakinkan bi Mina bahwa dirinya tidak apa-apa.

"Loh kok anget? Non Hazel demam?," cecar bi Mina khawatir.

Melihat ketulusan hati bi Mina, membuat Hazel menginginkan kasih sayang dari mamanya. Bi Mina mengecek dahinya hingga bagian tubuhnya yang lain, karena sudah sangat hafal akan banyaknya luka yang Hazel dapat membuat bi Mina begitu perhatian pada diri Hazel.

"Ini dahinya non juga harus bibi obatin ya?,"

"Enggak bi, Hazel gapapa kok, nih buktinya baik-baik aja kan?," Hazel merentangkan tangannya menunjukkannya pada bi Mina bahwa dirinya benar-benar baik dan bi Mina tidak perlu khawatir berlebihan padanya. Tapi sialnya, Hazel kembali bersin-bersin dan itu semakin membuat bi Mina khawatir padanya.

Meski begitu Hazel tak pernah menang mengelak dari permintaan bi Mina, karena pada akhirnya Hazel menurut untuk diobati dan dirawat sepenuh hati oleh bi Mina. Untuk hal ini Hazel memang cukup beruntung memiliki bi Mina dihidupnya.

Orang yang bukan siapa-siapa jauh terasa seperti keluarga, sedangkan keluarga sendiri terasa seperti orang asing yang tinggal dalam satu atap.

Terlebih saat kita diasingkan dan dianggap layaknya musuh.

Hidup kadang sebercanda ini, setidaknya itu bukanlah karma melainkan rasa cintanya tuhan pada kita yang terlalu dalam.

Lelah itu wajar dan menyerah itu langkah yang salah.

Mengeluhlah

Menangislah

Selagi itu bukan hal buruk, lakukanlah..

Kita hanya manusia biasa, jadi memohonlah..

Ada saatnya kita bahagia, sebab skenario tak pernah salah.

Hazel nenurut dan kembali menaiki tangga bersama bi Mina yang menuntunnya.

Begitu sampai dikamar, Hazel langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya dengan bi Mina yang tengah menyiapkan kotak p3k untuk mengobati lukannya.

Usai mengganti pakaiannya yang lembab, Hazel berjalan ketempat tidurnya dan tak lama dari itu bi Mina kembali dari mengambilkan segelas air hangat dan kompresan untuknya.

"Bi, papa dirumah?," tanya Hazel setelah menerima air hangat dari bi Mina dan meminumnya.

Bi Mina duduk tepat disamping tubuh Hazel yang terbaring,"Iya non, bapak tengah malem baru pulang,"

Kenapa Hazel tidak tahu? Padahal gadis itu tertidur didepan pintu, apa sepulas itu tidurnya? Hazel terus berpikir keras, sampai bi Mina selesai mengobati lukanya dan memplester dahinya gadis itu masih sibuk dengan lamunannya.

Dengan telaten bi Mina mengompres dahi Hazel,"Non izin aja ya sekolahnya?,"

"Dia akan tetap sekolah hari ini!,"

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Where stories live. Discover now