42. Back to visit

343 23 1
                                    

Jalan raya sangat padat, polusi udara tersebar dimana-mana. Siang ini terik terasa menyengat kulit, Hazel membayar angkot yang ditumpanginya sebelum dia turun.

Merapikan menampilannya sebentar, gadis dengan cardigan baby blue dan ransel warna senada itu mulai menjejakkan kakinya diarea rumah sakit. Ditangannya ada buah yang sengaja dia beli ditoko buah pinggir jalan dekat sekolah.

Sedari tadi pikirannya terus membawanya kepada Aiden, dia tidak bisa tenang sebelum melihat keadaan Aiden langsung.

Hazel masuk ke lobi utama rumah sakit disana dia celingukan sebentar, lalu memutuskan untuk bertanya pada resepsionis.

"Pasien atas nama Aiden Arnav Biantara diruangan mana ya?,"

"Sebentar ya kak," pinta resepsionis itu langsung sibuk menatap layar komputer dihadapannya.

"Atas nama Aiden Arnav Biantara ada diruang 79A VIP,"

Setelah mendapat informasi dimana keberadaan ruangan Aiden, Hazel mulai menelusuri sepanjang ruang rawat rumah sakit. Gadis itu menaiki tangga darurat untuk sampai dilantai berikutnya, tepat dimana ruang VIP berada. Dengan bantuan plang yang terpasang didepan pintu, Hazel mulai mengurutkan mencari dimana ruang rawat inap Aiden.

Hazel tersenyum lega begitu dia menemukannya, tapi saat dia baru ingin masuk seorang pria berjas rapi keluar dari sana.

"Kamu?,"

"Om," sapa Hazel menyambut interaksi pertama mereka dengan menjulurkan telapak tangannya keudara berniat menyalami, tapi karena tak kunjung ada balasan Hazel menurunkan tangannya canggung, gadis itu lalu menundukkan kepalanya sopan.

"Mau apa kesini?,"

Meski mendapat keketusan Daviandra Biantara, papa Aiden. Hazel tetap tersenyum dan menanggapinya dengan sopan.

"Saya mau jenguk Aiden om, dia ada kan?,"

"Nggak perlu, pergi kamu!,"

"Tapi om--,"

"Saya minta kamu pergi, silakan,"

Karena tak ingin sama dengan kejadian kemarin, Hazel memilih untuk menurut dan pergi dari sana. Tapi gadis itu tak benar-benar pulang, melainkan bersembunyi dibalik dinding menunggu Davi pergi dari sana dengan lift yang membawanya.

Hazel bernapas lega, dia memang anak yang keras kepala. Apapun keinginannya saat itu maka harus segera terealisasikan. Dia segera kembali menuju ruangan Aiden dengan langkah perlahannya lantaran berjaga-jaga, saat tangannya berhasil memegang knop pintu dan membukanya.

Prakk

Hal pertama yang dia lihat berhasil membuatnya shock, bahkan buah yang dia bawah dia jatuhkan tanpa sadar membuat orang yang ada diruangan itu menatapnya.

Melepas pelukannya,"Hazel?," sebut Aiden terkejut.

Sedangkan cewek yang barusan berpelukan dengan Aiden itu tersenyum sinis kearah Hazel seraya bersedekap dada angkuh.

"Hazel lo dateng?,"

Hazel membekap mulutnya masih dalam keterkejutannya, menggeleng-nggelengkan kepalanya tak kuasa menahan lelehan air bening yang menggantung dipelupuk matanya. Napasnya tercekat ditenggorokan, dia menulikan pendengarannya dari panggilan-panggilan Aiden.

"Mau apalagi kamu datang kesini gadis pembawa sial?!,"

Perlahan Hazel memundurkan langkahnya sampai punggungnya menabrak pintu, Hazel berbalik dan berlari keluar dengan sekuat tenaganya.

Dia tidak percaya ini, Aiden berani memeluk cewek lain selain dirinya. Apa Aiden benar-benar sudah tak peduli pada perasaannya?

Setelah kembali berbaikan dan Hazel memberi Aiden waktu untuk menyelesaikan semuanya dengan Tami, lalu apa semua ini? Apa hanya sebuah kebetulan? Atau mungkin kesengajaan?

Lalu Aiden? Cowok itu mempermainkannya? Aiden tak benar-benar mencintai Hazel dan memilih untuk bersama Tami yang sebenarnya adalah cewek yang Aiden cintai? Pikiran Hazel benar-benar kacau sekarang, dia tidak bisa berpikir positif terhadap apa yang barusan dilihatnya.

"Hazel!,"

Hazel menghentikan larinya dan menoleh, dari jarak yang lumayan jauh Hazel melihat Aiden menyusulnya. Gadis itu menunjukkan air matanya tanpa sadar, membuat Aiden semakin merasa khawatir.

'Nggak Aiden! Gue nggak bisa liat lo deket sama cewek lain' batin Hazel membalas tatapan Aiden tak percaya.

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Where stories live. Discover now